2. Balasan yang Membahagiakan
Bayu menunggu bel pulang berbunyi dengan mondar-mandir di kelas, karena jam terakhir Bayu kali ini tidak ada guru.
"Bay! Lo bikin gue pusing ngeliat lo mondar-mandir kayak setrika." Sohib Bayu yang bernama Hasyim menggerutu kesal sambil melipat tangannya di depan dada. "Lo kenapa, sih?"
"Gue gugup, Bro!"
"Gugup kenapa?"
Bayu mencengkram kerah baju Hasyim tiba-tiba. "Kira-kira, surat gue bakal dibales, nggak? Itulah yang bikin gue gugup."
"Surat ke Kak--"
Bayu menutup mulut Hasyim dengan telapak tangan. "Jangan sebut namanya, nanti gue ketahuan naksir Kak Raya!"
Hasyim memandang Bayu dengan malas, sambil menyingkirkan tangan Bayu dari mulutnya. "Terus, ngapain jadi lo yang nyebut namanya keras-keras, PINTER?"
Bayu meringis. Apalagi saat anak-anak perempuan meliriknya sambil berbisik-bisik. "Whoops."
"Udahlah, malah bagus kalo mereka tau kalo lo naksir Kak Raya." Hasyim mendengus keras.
"Kenapa bagus?"
"Cewek-cewek jadi mundur buat deketin lo, Bay. Jadi, gue punya peluang lebih besar untuk melepas masa lajang gue secepatnya."
"Najis," gumam Bayu kesal. "Ambil deh semua cewek di sekolah ini. Gue cuma mau Kak Raya, kok."
"Yeah! Itu baru mantap!"
Bel pulang akhirnya berbunyi. Bayu mengambil tas dan langsung berlari keluar dari kelas. "Gue duluan ya, Syim!"
"Eh, gue ikut!" Hasyim buru-buru menyusul Bayu.
Setelah sampai di depan loker, Bayu membaca ayat kursi tiga kali, baru ia merasa berani untuk membuka lokernya.
Mata Bayu melebar saat melihat kertas putih yang dilipat-lipat dengan rapi di dalam lokernya. "Alhamdulillah...."
Bayu membuka kertas itu dengan hati-hati dan membacanya pelan. Ia tidak bisa berhenti tersenyum.
Ok, kita ketemu di parkiran.
-Raya.
Bayu memeluk surat balasan itu dengan erat. "Ah, Kak Raya bales surat gue dengan lima kata. Rasanya ini kayak keajaiban."
Bayu begitu bahagia, ia jadi teringat saat pertama kali bertemu dengan kakak kelasnya itu...
[]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top