BAB 2 | Andhara Ngidam
"Bagaimana jika suatu saat nanti, rasa yang aku punya berubah saat bersamamu?" —Andhara Kirana Mahestri.
***
Andhara keluar dari kamarnya ketika waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 wib. Andhara meringis, ketika tiba-tiba dirinya menginginkan sesuatu. Andhara pergi ke dapur untuk mencari makanan agar dirinya bisa tidur lelap. Andhara dan Aksa tidur di kamar terpisah.
"Sayang, jangan malam ini ya, Mama nggak mau merepotkan orang di rumah ini menuruti keinginan kamu," ucap Andhara mengusap perutnya.
Aksa yang ingin mengambil minum mendengar Andhara bicara pada calon buah hatinya hanya diam membuka kulkas.
"A-Aksa."
Aksa menoleh menatap Andhara yang gelisah," Lo mau ngapain?"
"Mau makan," jawab Andhara keceplosan.
Dahi Aksa mengerut. Aksa mengingat ucapan Mama Tyas tempo hari.
"Aksa, orang hamil itu maunya di manja. Terus, dia akan mengalami masa ngidam."
"Ngidam?" ulang Aksa.
"Iya, masa di mana ibu hamil enggak bisa tidur kalau kalau keinginannya belum terpenuhi."
"Lo ngidam?" tebak Aksa.
Andhara menunduk, memilin ujung baju dasternya. Aksa menggaruk tengkuk memandang sikap Andhara yang berbeda dari biasanya.
"I-iya, Dara mau makan nasi goreng," cicitnya.
"Yaudah, gue beli," putus Aksa berbalik meninggalkan Andhara.
"Ta-tapi, Dara mau A-Aksa yang masak," lanjut Andhara membuat Aksa berbalik.
"Lo nyuruh gue? Jangan manja deh," ketus Aksa.
Raut wajah Andhara berubah. Aksa memijit pelipis. Aksa tidak ingin keesokan harinya melihat drama roman picisan orang tuanya lagi. Aksa sudah bisa menebak, mereka akan membela Andhara daripada Aksa notaben anaknya sendiri.
"Oke, gue buatkan! Tapi, ini demi keponakan gue," putus Aksa mengacak rambutnya gusar.
Andhara mendongak. Seulas senyum tersungging di bibirnya. "Dara tunggu di meja makan," ucap Dara dengan mata berbinar-binar.
Aksa bingung harus memulainya dari mana. Aksa bergegas ke kamar mengambil ponsel. Aksa mengetikkan pencarian di youtube, cara membuat nasi goreng simple. Aksa menggaruk rambutnya ketika suara di youtube mengucapkan bawang merah, bawang putih, ladaku, cabai dan cara membuatnya.
Aksa mulai menyiapkan bahan sesuai petunjuk di youtube. Aksa menghela napas, ketika bertempur dengan bumbu dapur dan teman-temannya. Nasi goreng ala Aksa terhidangkan. Aksa tidak tahu, bagaimana rasanya, yang penting ngidam Dara terpenuhi, pikirnya. Aksa membawa sepiring nasi goreng ke meja makan. Andhara yang melihat Aksa dengan sigap merebut nasi goreng di tangan Aksa.
"Lama, Dara lapar."
"Pengen cepat ya, lo masak sendiri," gerutu Aksa.
Dara mulai menyuap nasi goreng ke mulutnya. Aksa meringis ketika Dara tidak merasakan apa-apa. Aksa bernapas lega. Setelah menghabiskan nasi gorengnya, Andhara menguap.
"Tidur! Sisanya biar gue beresin."
Andhara hanya mengangguk mendengar perintah Aksa seperti bocah. Aksa membawa bekas piring nasi goreng Andhara ke dapur.
"Aksa? Kamu ngapain malam-malam begini, di dapur?" tanya Papa Ardian melirik piring di tangan Aksa.
"Makan piring."
Papa Ardian mengetuk dahi Aksa yang menjawab asal." Mustahil. Kamu masak?"
"Hm," balas Aksa menuju dapur di ikuti Papa Ardian.
Papa Ardian melirik wajan di kompor gas yang berisi nasi goreng.
"Kamu masak nasi goreng?"
"Aksa ke kemar," putus Aksa setelah meletakkan sisa piring di wastafel.
Ardian mengomel melihat kelakuan Aksa. Papa Ardian yang lapar, mencoba nasi goreng buatan Aksa.
"Aksa! Nasi goreng kamu asin! Pedas banget lagi!" teriak Papa Ardian.
***
Pagi datang menyambut Andhara, yang mengusap perutnya dengan keringat yang membasahi wajah.
"Dara, buka pintunya, Mama bawa sarapan."
"Buka aja Ma, nggak di kunci," balas Andhara dengan napas tersengal-sengal.
Mama Tyas masuk membawa nampan berisi roti isi beserta susu hamil seperti biasa.
"Kamu, sakit Dara?" Mama Tyas melihat wajah pucat Andhara yang duduk lemas di kasur.
"Nggak Ma, Dara diare."
"Diare? Kamu makan apa? Padahal Mama nggak kasih makanan yang bisa buat kamu sakit," ujar Mama Tyas mengerutkan dahi, "mama bawa ke dokter ya."
"Nggak usah Ma, istirahat aja di kamar, nanti Dara pasti sembuh," tolak Dara membaringkan tubuhnya yang lelah.
"Mama buatkan teh pahit ya, biar kamu enggak diare lagi," kata Mama Tyas.
Andhara mengangguk. Mama Tyas keluar dari kamar Andhara. Aksa menikahi Andhara karena permintaan terakhir dari Arkan. Jika tidak, Aksa tidak akan menggantikan posisi Arkan menjaga Andhara serta calon keponakannya.
"Ma, Dara ke mana? Kok, enggak kelihatan? Biasanya tiap pagi, dia yang siapin sarapan," sahut Papa Ardian mencari keberadaan menantunya itu.
"Dara diare Pa," imbuh Mama Tyas.
Uhuk uhuk
Aksa tersedak. Aksa segera mengambil minum, meneguknya dengan cepat.
"Kamu kenapa, Aksa? Jangan-jangan, ini ada hubungannya sama kamu?" tuding Mama Tyas.
"Eng-enggak lah, paling Dara yang salah makan," jawab Aksa mengalihkan perhatian.
"Salah makan atau salah yang buat makanannya?" sindir Papa Ardian mengingat kejadian malam tadi.
Aksa mempelototi Papa Ardian. Papa Ardian mencibir Aksa yang selalu tidak sopan pada orang tuanya.
"Benar Aksa?" selidik Mama Tyas.
"Iya. Dara ngidam minta nasi goreng. Mama tahu lah, Aksa enggak bisa masak! Mana Aksa tahu bumbu dapur. Jadi, jangan salahin Aksa," bela Aksa.
"Kenapa enggak beli?"
"Dara enggak mau, katanya mau di buatin sama Aksa."
"Baguslah, sering-sering aja Dara siksa kamu," celetuk Mama Tyas.
"Coba aja. Aksa enggak bakal mau nuruti permintaan Dara lagi," ancam Aksa.
Mama Tyas menoleh menatap Aksa garang." Nggak apa-apa. Nanti, kamu pergi ke kampus, Shareen juga pergi ke kampus," balas Mama Tyas santai pergi ke dapur.
"Shareen enggak salah. Papa, Mama kenapa sih? Aksa itu anak Papa, Mama. Bukan Andhara," protes Aksa.
"Aksa! Kamu jangan kekanak-kanakan. Sebagai kepala rumah tangga, kamu wajib memperhatikan istri kamu," peringat Papa Ardian.
Aksa meletakkan sendok dengan garpu di piring. Selera makan Aksa hilang ketika menyangkut Andhara.
"Aksa bukan bang Arkan Pa."
"Aksa, pernikahan bukan ajang main-main. Kamu harus ingat, janji suci yang kamu ucapkan harus kamu pertanggung jawabkan sampai Dara udah enggak ada lagi," peringat Papa Ardian.
"Lihat nanti, Pa. Setelah keponakan Aksa lahir, Aksa mau pisah sama Dara. Satu tahun, Aksa rasa cukup keponakan Aksa mengenal siapa Aksa, dan siapa ayahnya yang sebenarnya."
Aksa bangkit dari duduknya, menyampirkan ransel di bahu. Tanpa pamit, Aksa menyelenong pergi.
"Dara? Kamu udah lama berdiri di situ?"
Papa Ardian mendapati Andhara berdiri tidak jauh dari meja makan.
Andhara menghapus air matanya yang sudah menganak sungai seolah semua baik-baik saja.
"Enggak, Pa. Dara mau ke dapur buat susu hamil," dalih Andhara melempar senyum.
Papa Ardian membulatkan bibir. Andhara menuju dapur. Andhara menghapus air matanya yang jatuh tanpa diminta.
"Brengsek! Siapa yang lempar gue!" umpat Aksa ketika helm full face miliknya terkena lemparan bola kaki.
"Hahaha! Om Aksa kena! Sakit?" ejek bocah berusia enam tahun bernama Andi mengambil bola miliknya yang memantul.
"Awas ya, kalau bola lo kena gue lagi, gue robek bola kaki lo!" gertak Aksa pada Andi yang bermain bola kaki di depan rumahnya.
Dugh!
"ANDIIIIII!"
==================================
Cerita Young Marriage sampai di sini dulu ya! 🙈
Buat yang mau baca kelanjutan ceritanya, baca langsung di dreame anhy29 🙈. Ceritanya bakal aku upload lengkap dan free😍. Jangan sampai enggak baca ya versi cerita baru, lebih greget deh! 😜
Ketik nama pencarian di dreame anhy29, nanti cerita aku pasti muncul. See you next time dengan cerita aku yang bakal bikin baper di dreame 😘.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top