Proposal

Tubuh Felix amburk di atas ranjang, napasnya terengah-engah, seluruh tubuhnya sudah terbalut keringat yang membuat kulitnya begitu lengket. Ia menoleh melihat ke sampingnya, Velova  tengah tersenyum penuh kemenangan.

"Lemah," titah Velova.

Felix mengernyitkan keningnya, apakah Velova benar-benar manusia? Bahkan setelah menghabiskan waktu di atas ranjang semalaman tidak ada raut lelah diwajahnya. Kulitnya masih pucat tanpa ada tetesan keringat di sana. "Apa kau penyakitan?"

"Sembarangan! aku sehat, nanti aku tunjukkan hasil pemeriksaan kesehatan mingguanku," ucap Velova yang hanya dibalas anggukan saja dari Felix.

"Bagaimana?" Velova mengangkat satu alisnya guna menantang pria yang tengkurap di sebelahnya. "Apa kau mengakui kemampuanku? Sekarang kau resmi menjadi anjing peliharaanku."

Felix terpaksa harus menyerah, mengikuti semua ucapan Velova yang tidak ia pahami. Siapa anjing peliharaan? Ia manusia.

"Ada aturan dalam permainan kita," titah Velova seraya bangkit dari duduknya, memakai kembali piamanya yang tergeletak, lalu memgambil proposal hitam di laci nakas, dan melemparkanya ke punggung Felix. "Baca itu, jangan sampai ada yang salah. Kau akan tau akibatnya."

Felix meraba punggungnya setelah melihat kepergian Velova, dan mengambil proposal kecil di atasnya. Ia kemudian duduk menyender di punggung ranjang. Ia menarik selimut untuk menutupi kakinya, dan mulai membaca lembar kertas dengan tulisan penuh itu.

"Selasa ... jum'at ... minggu, apa-apaan ini. Emangnya aku budak sex jalang itu?" tanya Felix setelah membaca peraturan pertama yang tertera di proposal. Ia harus menemui Velova di kamar itu setiap tiga hari selama satu minggu. Hari itu di ambil sesuai jadwal kerja Candra.

Felix mengacak rambutnya frustasi, ia tidak menyangka kehidupanya akan berubah drastis 80° setelah bertemu Velova. Sepertinya takdir sedang mempermainkannya. Semasa hidup di Amerika, Felix selalu bertingkah semaunya dan menyakiti banyak wanita  dengan modal ketampanannya. Bagaimana bisa di Indonesia ia harus mengalah dengan seorang wanita?

Felix membaca peraturan kedua, lalu tertawa keras. "Tidak ada yang boleh jatuh cinta, siapa juga yang akan jatuh cinta dengan nenek gayung seperti Velova?" gumamnya.

Felix kembali membaca isi proposal hingga akhir, di sana hanya tertulis tentang keuntungan pihak pertama, yaitu pihak Velova. Tidak ada aturan satu pun yang menguntungkan Felix. Begitu egois.

Felix mencoba membuka laci untuk menemukan sebuah pulpen. Ia berencana menambahkan peraturan yang bertujuan menguntungkannya. Ia tidak ingin menjadi pihak yang rugi di hubungan itu. Peraturan proposal dilakukan dua orang, maka harus menguntungkan dua orang itu juga.

Felix tersenyum puas setelah menuliskan tiga peraturan di lembar akhir.

"Pihak A harus memberikan informasi apa pun yang pihak B inginkan, pihak A harus memenuhi semua kebutuhan pihak B, pihak A harus membayar setelah menghabiskan waktu dengan pihak B, sempurna!" ucap Felix. Ia kembali mengoreksi setiap tulisan yang ia buat barang kali ada yang salah. Setelah benar-benar puas dengan apa yang ia lakukan, Felix meletakkan proposal itu di sampingnya, lalu kembali menarik selimut dan tidur. Ia masih memiliki waktu satu jam lagi untuk bersiap-siap menemui Candra.

***

Felix membuka pintu kamarnya dengan mengendap-endap. Semalaman ia tidak tidur di tempat itu, pasti Richard akan mencurigainya. Hubungan ambigu antara ia dan Velova tidak boleh diketahui banyak orang, hanya orang-orang tertentu seperti pelayan pribadi Velova saja. Jika Richard tahu, sangat dikhawatirkan pria itu akan mengadu ke Candra.

Felix bernapas lega, di kamarnya tidak ada siapa pun. Ia kemudian melucuti seluruh pakaiannya untuk pergi ke kamar mandi, tubuhnya begitu lengket oleh keringat.

Felix melilitkan handuk putih ke pinggangnya, lalu berjalan ke pintu kamar mandi.

"Kenapa kau tak tidur di sini semalam?"

Mendengar suara Richard yang begitu tiba-tiba, membuat Felix begitu terkejut.  Ia menoleh dan mendapati Richard tengah membaca buku seraya memakan apel di atas ranjang.

"Sejak kapan kau di sana?" tanya Felix, ia sudah memastikan tidak ada orang di tempat itu sebelumnya. Apa Richard manusia bunglon yang bisa tidak terlihat?

"Aku sedari tadi di sini," sahut Richard. "Minumlah jus wortel yang banyak, seorang pengawal harus memiliki mata jeli."

Felix mengernyitkan keningnya, ia ingin tahu kenapa pria itu datang tiba-tiba tanpa sepengetahuannya, bahkan dari hitungan detik saja. Namun, mengurusi Richard tidak akan ada kontribusi untuknya, jadi lebih baik ia biarkan saja.

Beberapa menit kemudian, Felix ke luar dari kamar mandi. Wajahnya terlihat lebih fresh dari sebelumnya. Rambutnya  basah, bahkan masih terlihat beberapa helai ujungnya meneteskan air ke kulit pria itu.

Felix mengambil ponselnya di atas ranjang, melihat pesan dari Velova yang sepertinya baru saja membaca isi proposal yang ia tambahkan.

|Velova
|Akan aku pertimbangkan permintaanmu jika kau mampu membuatku puas dengan segala hal.

Felix hanya mengecap mulutnya sekilas, dan melemparkan kembali ponselnya di atas ranjang, tak berniat membalas pesan itu.

"Cepatlah, lima menit lagi kita harus ada di pintu menyambut Pak Candra."

Felix menoleh acuh, dan masih santai merapikan rambutnya. "Kau boleh berangkat terlebih dahulu."

Richard hanya bisa menghela napas. "Oke."

***

Felix berdiri tegak tepat di samping Richard, sesekali ia membenarkan lengan kemeja putihnya yang terlihat sedikit berantakan. Mulai sekarang, ia hanya diperbolehkan memakai kemeja putih beserta dasinya, dan celana hitam dengan aksesoris sabuk.

Mata Felix terus menatap gerbang sedari tadi, ia begitu penasaran untuk melihat Candra.

Beberapa detik kemudian, gerbang besi berwarna hitam itu terbuka, menampilkan body mobil mewah yang tidak banyak yang tahu.

Candra ke luar dari mobil dengan penuh karisma, rambutnya begitu rapi serta wajahnya masih terlihat seperti masih muda.

"Felix dan Richard? Pengawal baruku?" tanya Candra seraya memberikan jasnya ke Richard, lalu berjalan mendahului.

Mereka kini duduk di sofa bundar berhadapan. Beberapa pertanyaan ia lontarkan sebagai pengenalan dengan pengawalnya.

"Sayang," panggil Velova dari jauh, lalu menghampiri Candra. Duduk di samping pria itu seraya memeluk erat lengannya.

Felix menatap Velova yang tengah bermanja ke suaminya. Ia juga mengingat tentang apa yang ia lakukan dengan wanita itu semalam. Namun, sekarang, Velova bahkan bertindak soalah-olah tidak terjadi sesuatu di antara mereka. Ia bermanja ke suaminya, seakan-akan perhatian dan cintanya hanya pada pria itu seorang. Dasar jalang.

Sial, wanita itu berhasil membuat Felix tidak nyaman dan terus membayangkan bentuk tubuhnya.

TBC.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top