Pertemuan Takdir

Suara benturan sepatu panthopel terdengar nyaring di sebuah koridor perusahaan. Setelah mendapat izin masuk dari resepsionis, Felix segera menuju ruangan yang ditunjukkan untuk ia wawancara. Sedangkan Daniel, pria itu hanya mengantar Felix sampai di depan pintu dengan alasan akan bertemu kekasihnya yang bekerja di perusahaan itu.

Felix menunjuk ke dua arah lorong, ia melupakan ucapan resepsionis harus belok kanan atau kiri, dan juga tidak banyak orang yang berlalu lalang di sana. Mungkin karena jam bekerja berlangsung. Pada akhirnya, Felix memilih lorong kiri yang terlihat tidak banyak pintu di sana. Hanya ada satu di tempat paling ujung.

Setelah mengetuk pintu tiga kali, Felix memasuki ruangan interview. Untung saja, tebakannya benar. Namun, hanya ada satu wanita yang tengah sibuk membaca berkas-berkas dengan kacamata yang bertengger di hidungnya. Felix menelan ludahnya ketika menyadari pakaian yang digunakan wanita itu sedikit mengetat hingga dua kancing atasnya tidak terpasang dengan benar.

"Silahkan duduk, kita akan mulai interview," ucap wanita itu.

Felix membaca papan nama yang terletak di meja penuh berkas di atasnya. Itu Victoria, manajer tingkat dua perusahaan.

Felix duduk di kursi yang tersedia, lalu menyerahkan cv yang ia bawa. Ia menunggu beberapa menit untuk ditanya.

"Pengalaman kerja tidak ada?" tanya Victoria seraya menaikkan dua alisnya seakan tak percaya.

"Iya benar, saya lulusan S2 satu tahun lalu," ucap Felix.

Setelah beberapa menit menjawab beberapa pertanyaan Felix akhirnya lega setelah Victoria mengatakan interview berakhir. Ia segera bangkit dari duduknya, dan permisi.

"Nanti saya hubungi lagi jika kamu keterima," ucap Victoria yang dibalas anggukan Felix. "Tapi, apa kamu sangat menginginkan pekerjaan ini?"

"Iya." Felix mengangguk, ia sangat membutuhkannya untuk kembali hidup normal tanpa mengkhawatirkan kehidupan sehari-harinya. Ia akan jatuh miskin jika hanya ada pengeluaran tanpa pemasukan.

"Aku bisa membantumu dengan mudah ke posisi yang lumayan, jadi kamu tidak akan merintis dari posisi paling bawah sebab tidak memiliki pengalaman kerja," ucap Victoria dengan tersenyum menggoda.

Felix paham dengan ekspresi itu, dan ia tahu maksud Victoria akan membantunya. Itu tidak akan cuma-cuma, dan ia pasti harus melakukan sesuatu bayaran terlebih dahulu. Jangan lupa, Las Vegas surganya sex bebas di mana-mana.

Victoria berjalan menghampiri Felix dengan langkah pelan tanpa membuka kacamata minusnya. Menggoda pria di depannya dengan sentuhan-sentuhan manja. "Apa kamu mau?"

Felix menahan napasnya agar tidak tergoda dengan rayuan wanita di depannya. Ia bahkan terus memejamkan matanya meski gagal sebab Victoria terus menyentuh area sensitive nya. Ia seorang pria normal yang bisa langsung tergoda hanya dengan sentuhan seksual.

Jika dilihat pun, Victoria memenuhi standar selera Felix. Wajah bule dengan tubuh seksi begitu menggoda. Tanpa sadar, Felix menyentuh pinggang wanita di depannya dan merapatkan ke tubuhnya dengan intens. Ia sudah tergoda.

***

Velova sampai di perusahaan Louis Vintage setelah beberapa jam beristirahat di hotel yang disediakan perusahaan itu. Ia di sambut dengan hormat oleh beberapa staf petinggi perusahaan. Ia juga diantarkan langsung oles para staf itu ke tempat mereka mengadakan meeting.

Setelah sampai di ruangan yang sudah tertata rapi, Velova duduk berhadapan dengan seorang pria paruh baya yang menjadi CEO Louis Vintage.

Selama hampir dua jam lebih mereka membahas apa yang perlu dilakukan saat bekerja sama, akhirnya waktu berakhir, dan Velova berhasil menandatangani kontrak kerja sama antar perusahaan distribusi pakaian bermerk itu. Mereka akan menciptakan hasil kerja sama yang mengguncang seluruh negeri.

Velova bertanya kepada Tara tentang apa yang ia tugaskan beberapa waktu lalu. Ia meminta Tara agar menemukan di mana Felix berada.

"Maaf Nyonya, saya belum bisa menemukannya. Kita kekurangan bahan untuk pencarian, jadi akan sulit dan membutuhkan waktu lama," ucap Tara.

"Sial, aku hanya punya waktu dua hari di sini," ucap Velova masih berjalan anggun dengan ditemani Xenzo, asisten CEO.

Tara tidak sengaja menjatuhkan ponselnya saat tubuhnya menabrak punggung Velova yang berhenti berjalan dengan tiba-tiba.

"Pria itu," ucap Xenzo seraya menunjuk foto Felix pada ponsel Tara.

Velova segera menoleh ke belakangnya. "Apa kau mengenalnya?" tanyanya.

Xenzo mengangguk. "Saya baru melihatnya beberapa waktu lalu. Sepertinya dia mau interview perusahaan," ucap Xenzo seraya kembali mengingat-ingat apa yang ia lihat barang kali salah.

Jantung Velova tiba-tiba berdetak keras saat mendengar nama Felix. Itu takdir. Ia bisa langsung dalam satu tempat dwngan Felix di luasnya Las Vegas.

"Tunjukkan di mana tempat interviewnya!" titah Velova kepada Xenzo. Ia harus bergegas segera, jangan sampai ia kehilangan Felix lagi.

Xenzo mengangguk lalu menunjuk ruangan pojok di mana Felix tengah melakukan interview. Dengan langkah tidak sabar, Velova segera mempercepat langkahnya menghampiri tempat yang ditunjuk pria di sampingnya.

Setelah sampai di depan pintu, Velova merapikan penampilannya, lalu mengetuk pintu kaca itu. Namun, berulang kali ia mengetuk, tidak ada jawaban apa pun dari dalamnya. Apa mungkin Felix sudah pergi?

Velova memberanikan diri membuka pintu meskipun tidak ada sahutan di dalamnya.

Brak!

"Felix!?" ucap Velova ketika melihat Felix yang tengah duduk di kursi dengan seorang wanita duduk di atasnya. Meskipun mereka masih terlihat berpakaian lengkap, tetap saja ekspreksi mereka menggambarkan semuanya.

"Velova," sahut Velix lalu bangkit dari duduknya tanpa memedulikan Victoria yang kini jatuh tersungkur. "Ini tidak seperti yang kau bayangkan!"

"Felix, kau kurang ajar!" teriak Victoria seraya mengusap lengannya yang terasa sakit sebab menjadi tumpuan ia mendarat.

"Maaf," titah Felix.

Velova masih tertegun beberapa saat. "Emang apa yang aku pikirkan?" tanyanya seraya menghampiri Felix.

"Hah?!" Felix menatap tak percaya Velova. Ia juga kembali mengoreksi ucapannya yang salah. Ia tidak ada hubungan apa-apa dengan Velova. Mengapa ia begitu khawatir seakan tengah terpergok berselingkuh di depan kekasih?

Velova membenarkan resleting celana Felix yang terbuka, lalu mengusp pelan pundak pria itu yang terlihat basah oleh keringat. "Ayo balik ke Indonesia denganku!" ujarnya.

"Aku akan bekerja di sini," sahut Felix. Lagi pula ia sudah tidak ada hubungan apa-apa di negara aslanya. Ia juga sudah memiliki pekerjaan, jadi tidak akan mengkhawatirkan terlantar. "Aku sudah tercemar tidak baik di sana."

"Bagaimana dengan balas dendam dengan orang yang membuat kau harus bersembunyi?" ungkap Velova tentang maksudnya. "Meskipun Candra tidak dihukum atas penggelapan, dia akan dihukum karena mencemarkan nama baik."

"Apa kau punya bukti kuat?" tanya Felix tidak percaya.

Velova mengangguk. "Aku sudah mengumpulkan semuanya, maukah kau bekerja sama kembali menghancurkan Candra denganku?"

"Aku akan pikirkan itu sementara waktu, kasih aku satu hari!" ucap Felix yang langsung disetujui Velova.

"Mau satu atau berhari-hari, aku akan terus membujukmu sampai kau mau," titah Velova.

TBC.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top