Perasaan

Sejak dua hari lalu, Velova terus memperhatikan Felix lebih dari sebelumnya. Apakah mungkin obsesinya kini berubah menjadi rasa suka? Tidak, itu terlalu cepat. Felix baru masuk ke dunia Velova kurang dari satu bulan.

Velova menggelengkan kepalanya berulang kali saat fokusnya teralihkan kepada Felix yang kini tengah bermain golf menemani suaminya. Ia terus membandingkan kedua pria di hadapannya, setelah itu merasa bimbang.

Dari awal, Velova berhubungan dengan Felix untung menarik perhatian Candra. Namun, sekarang beberapa waktu lalu ia berubah pikiran sebab Felix adalah pria yang berbeda, atau mungkin ia sudah mulai berpindah hati ke pria itu.

"Giliran Anda, Nyonya," ucap Tara.

Selain Velova dan suaminya yang membawa dua pengawal, ada juga tiga saudara pria Candra yang bermain di sana.

Candra merupakan anak terakhir dari keluarga Aiben. Kedua orang tuanya sudah meninggal dua tahun lalu, dan sekarang perusahaan Aiben dipimpin oleh saudara tertua Candra, Adrick Aiben. Meskipun begitu, di antara ke empat saudara yang semuanya berjenis kelamin laki2 itu, Candra merupakan anak yang sukses tanpa bantuan pangkat orang tuanya, dan kekayaannya menduduki posisi ke dua setelah Adrick. 

Velova merupakan menantu termuda di keluarga Aiben yang rata-rata sudah berumur lebih dari 40 tahun. Ia juga termasuk menantu yang paling cantik dan lahir di keluarga yang berada. Jadi, Velova sangat didewikan oleh menantu-menantu lain. Meskipun demikian, tatapan dengki menantu kedua dan ketiga tidak bisa ditutupi oleh senyum mereka. Di mata itu terlihat jelas rasa tidak terima sebab harus memuja wanita yang lebih muda dari mereka.

Kini giliran Velova untuk bermain golf. Ia memposisikan tubuhnya untuk segera mengayunkan tongkat. Semua orang menatapnya dengan kagum. Lebih tepatnya ke tubuh wanita itu yang  terbentuk begitu cantik. Kaki jenjangnya yang putih hanya dibalut rok pink pendek dan kaos kaki sebatas betis. Ia juga menggunakan atasan kaos pendek yang membentuk bentuk tubuhnya dengan warna yang sepadan dengan roknya.

"Yak," gumam Velova setelah berhasil melempar bola sejauh mungkin kemampuannya.

Bola yang Velova lempar sedikit melambung dan menyangkut di balik batu besar yang berada di pembates. Dengan kata lain, ia harus mengulangi permainannya. Namun, karena ia bermain dengan urutan terakhir, bola yang tersedia di ranjang sudah habis. Atau mungkin menantu ke dua dan tiga sengaja membuang-buang bola putih kecil itu agar saat giliran Velova sudah tidak ada bola yang tersedia.

Velova mengkode Tara agara mengambil beberapa bola di bawah perbukitan. Ia tidak boleh diremehkan dan masuk ke jebakan saudara menantunya.

"Biar aku saja."

Velova menoleh ketika mendengar suara Felix yang hendak membantunya memunguti beberapa bola. Ia melirik Candra untuk memastikan pria itu tidak memperhatikan interaksinya dengan Felix.

"Kembali ke tempatmu, aku tidak mau suamiku mencurigaimu," ucap Velova pelan tanpa menatap wajah Felix.

Felix merasa tersinggung karena niat baiknya tidak dianggap Velova. "Terserah, aku hanya berniat membantu istri dari bos ku."

Setelah mengatakan itu, Felix bergegas turun ke bawah untuk memunguti beberapa bola. Ia tidak tahu mengapa tiba-tiba melakukan ini untuk membantu Velova. Mungkin karena sedari tadi ia memperhatikan wanita itu yang memukul bola dengan tongkat. Begitu indah, hingga ia ingin melihatnya lagi.

"Kenapa Felix membantumu?" tanya Candra yang kini menghampiri Velova. "Apa kau ada hubungan dengannya?"

"Tidak, dia hanya ingin membantu istri dari bos nya."

Candra menekan lengan Velova, dan berbisik, "jika kau langgar lagi janjimu untuk tidak berhubungan dengan bawahanku, aku akan menceraikanmu! Aku tidak ingin semua orang tahu jika aku tidak bisa menjaga martabat istriku sendiri, dan membiarkannya berselingkuh dengan bawahanku. Itu sangat menjijikan."

Velova tertegun setelah mendengar kata cerai dari mulut Candra. Selama ini, ketika ia membantah pun, pria itu tidak pernah berkata seperti itu. Apa yang terjadi kepadanya? Apa ia mulai bosan dan ingin memoublikasikan istri keduanya?

"Akan ku pegang kata-kataku," ucap Velova datar. Sepertinya batas kesabarannya menghadapi suami seperti Candra sudah menipis. Ia hanya mempertahankan itu karena mencintai Candra, dan tidak ingin reputasi baik pria itu rusak karenanya. Namun, jika perasaan itu sekarang perlahan menghilang, apakah ia akan terus mempertahankan Candra?

"Ini, Nona," titah Felix seraya menaruh lima bola pada keranjang. "Maaf, Pak Candra aku hanya ingin membantu istri Anda."

"Nona?" tanya Candra. Semua orang yang bekerja di rumahnya memanggil Velova Nyonya karena sudah menjadi seorang istri. Apa maksud panggilan Felix?

"Ah, iya. Maaf, Pak ... Mungkin karena wajah Nona Velova yang masih begitu muda, saya jadi tidak tega memanggilnya Nyonya." Felix tersenyum meskipun kedua orang di depannya berekspresi datar. Bahkan berulang kali Velova mengkode mengedipkan matanya. Sepertinya melarangnya melanjutkan ucapan.

"Tetap patuhi peraturan. Dia istriku, dan kau harus panggil dia Nyonya, bukan Nona," ucap Candra lalu pergi begitu saja, tapi sebelum itu, ia menatap  tajam ke arah Velova seakan memperingati wanita itu dengan serius.

Felix menatap Velova tanpa tahu apa yang terjadi. Pria itu mencoba untuk tersenyum. Namun, hanya dibalas dengan tatapan sinis Velova.

"Kau melanggar proposal kita, kau akan dapat hukuman setelah ini," ucap Velova seraya kembali memposisikan tubuhnya di depan garis start.

Felix sadar akan kesalahannya, ia melanggar satu aturan proposal yang mengatakan jika pihak B tidak boleh bertindak dengan membahayakan terungkapnya hubungan itu. Jika Felix kehilangan tiga point, hubungan itu resmi berakhir.

Felix hanya menghela napas. Sekali lagi ia tidak bisa mengontrol keinginannya. Jika saja ia bisa menahan dan mengikuti perintah Velova, mungkin ia tidak akan kehilangan citra baik dalam pandangan wanita itu. Ia harus segera memperbaikinya.

TBC.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top