Pendekatan

Velova membuka kain yang menutupi motor yang akan ia gunakan dengan Felix, ia sengaja mengirim orang untuk mengirim motornya untuk ia naiki bersama Felix. Sudah lama ia ingin menghabiskan waktu dengan pria itu di outdor. Sebelumnya ia juga sudah mengganti gaunnya dengan celana jeans dengan atasan jaket kulit yang dibawakan Tara.

Biasanya, Velova akan mengendarai motor sendiri ketika tidak tahan berada di tempat yang membuatnya tertekan bersama Candra. Ia akan lari dan menghabiskan waktu di jalan sembari menangis, berteriak, memaki keadaan. Namun, kali ini ia ingin ada seseorang yang menemaninya karena ia sempat mabuk.

"Apa kau biasa mengendarai ini?"

Felix menatap motor dengan body lumayan besar di depannya. Itu adalah Harley Davidson keluaran terbaru yang tidak banyak orang yang punya. Ia melirik motor dan Velova secara bergantian. Dengan badan wanita itu yang mungil, ia tidak percaya Velova bisa mengendarai motor gede.

"Apa kau tak percaya?" tanya Velova yang merasa mendapat tatapan mengintimidasi dari Felix. "Apa perlu aku dulu yang mengendarai ini?"

"Ah, tidak usah. Biar aku saja," sahut Felix, lalu membatu Velova memakaikan helm dengan benar. Setelah itu baru ia yang juga memakai helm, dan menaiki motor.

Sebelum ia menyalakan mesin, ia sudah dulu menarik tangan Velova untuk memeluknya dari belakang. Barang kali wanita itu akan terjungkal ke belakang jika ia menarik gas.

Velova menerima tawaran Felix, memeluk pria di depannya dengan erat. Ia selalu suka dengan bau Felix, ia mengendus pelan ke tengkuk Felix, bau keringat bercampur parfum yang sudah lama menempel membuat candu untuk selalu ia cium.

"Geli," teriak Felix agar orang di belakangnya mendengar.

Velova hanya terkekeh tanpa menjauhkan kepalanya. Sesekali helm mereka bertabrakan, dan ketika di lampu merah, Velova akan menaikkan kakinya pada paha Felix. Meminta pria itu untuk memijitnya.

Felix terus menambah laju motornya. Namun, Velova bahkan tidak bereaksi apa pun, ia malah tertawa dan berteriak tidak jelas. Apakah wanita itu benar-benar seorang wanita?

"Hari ini jatah kau denganku, kan?" teriak Velova. Malam ini adalah malam senin, jadi sudah tugas Felix memenuhi kewajibannya.

"Iya," sahut Felix.

"Aku sudah menyiapkan sesuatu untumu. Pikirkan apa yang akan kau minta dariku nanti." Velova semakin erat memeluk perut Felix.

Felix hanya mengangguk sembari memikirkan apa yang harus ia minta nanti dari wanita itu. Apa ia akan meminta buku tabungan Candra? Ah, itu terlalu manistream. Wanita itu pasti tidak akan memberikannya begitu saja, malah akan lebih was-was dengannya.

Felix melihat wajah Velova yang tengah mengantuk dari kaca spion. Ia kemudian menghentikan motornya di pinggir jalan dekat kopi shop, membangunkan pelan Velova agar tidak mengantuk di jalan. Akan sangat berbahaya jika wanita itu tertidur sebab perjalanan ke mansion masih setengah jam lagi.

"Sudah sampai?"

Felix terkekeh melihat ekspresi kebingungan Velova yang terkejut karena ia bangunkan. Ia turun dari motor setelah memastikan wanita di belakangnya sadar.

"Kau mau minum kopi?" tanya Felix seraya menunjuk kopi shop di seberang jalan.

Velova mengangguk, ia berulang kali menguap seakan tengah benar-benar mengantuk. "Boleh."

"Kau tidak boleh ngantuk, siapa yang akan menemaniku malam ini?" tanya Felix seraya mengedipkan matanya, lalu mengecup pipi Velova sekilas. "Biar kau sadar."

"Berondongku mulai nakal, ya," ujar Velova. Ia tidak bohong, pipinya mulai memerah sekarang. Untung saja Felix sudah dulu pergi membeli kopi. Jika tidak, apa tanggapan pria itu nantinya.

***

Velova terus menatap wajah Felix, pria polos yang tidak sadar dunia berpaling darinya. Ia sedikit menyesal telah memoermainkan Felix selama ini. Padahal pria itu terlihat sangat setia dan tulus, bahkan selalu menepati janji dengannya.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Felix seraya menggeser tubuh telanjangnya ke samping. Sejajar dengan wajah Velova.

"Bukan apa-apa," sahut Velova. "Apa kau benar-benar membutuhkan informasi tentang suamiku?"

Felix mengangguk lalu memeluk Velova. "Aku ingin diakui keluargaku, aku ingin namaku terdaftar di kartu keluarga Albarack. Apa pun yang harus aku lakukan."

Mendengar ucapan Felix, Velova menjadi sedikit tersentuh. Ia ingin sekali membantu pria itu. Namun, ia juga masih mencintai suaminya. Ia tidak ingin menghancurkan reputasi suaminya demi seorang pria simpanan.

"Bagaimana jika kau masuk dalam keluargamu dengan cara lain?" tanya Velova.

"Cara lain?" Felix terlihat mengerutkan keningnya. Jika ada cara lain, ia ingin melakukannya.

"Menjadi sukses, misalnya. Jika pangkat pekerjaanmu lebih tinggi dari kekuargamu, mereka akan bersungkem memintamu menjadi keluarga mereka. Kau tahu, uang adalah segalanya." Velova memegang rahang Felix dan menciumnya.

Baru kali ini Felix melihat wajah Velova yang terlihat tulus membantunya. Apa ia perlu bercerita kemalangannya lebih banyak agar wanita itu luluh?

Benar kata pepatah, wanita adalah manusia yang mudah terkelabuhi oleh cerita sedih seseorang. Hati mereka sangat peka dengan kesusahan orang lain.

Felix merasa, ini adalah kesempatan bagus untuknya memanfaatkan Velova sekaligus membalas apa yang wanita itu lakukan kepadanya selama ini.

"Apa kau mau membantuku agar aku cepat kaya?" tanya Felix. Walaupun gaji menjadi pengawal Candra setara dengan gaji pria yang bekerja di kantoran. Ia tidak bisa mengandalkan itu untuk hidup sukses melebihi keluarganya.

"Investasi saham," jawab Velova. Ia termasuk pemegang saham terbesar kedua di perusahaan Meerqeen setelah ayahnya. Ia bahkan sempat ditunjuk untuk menggantikan posisi CEO ayahnya di perusahaan itu. Namun, ia lebih memilih untuk mengabdi sebagai seorang istri. "Mau aku ajarkan?"

"Aku akan sangat berterima kasih," sahut Felix.

Velova mendapat warisan dari neneknya sebesar 27% saham yang jika ditotal adalah 98 miliar. Setalah ia sering melakukan trading, sahamnya naik menjadi 35%. Jika ia mau menggantikan posisi ayahnya, ia akan mendapat 10% dari saham ayahnya. Yang berarti, ia akan menjadi pemegang saham terbesar di perusahaan.

Perusahaan Meerqeen memiliki dua cabang, yang pertama di Indonesia, dan yang kedua berada di Polandia. Ayah Velova sangat kesusahan mengurus dua perusahaan sekaligus dengan berbeda negara. Sedangkan Velova menolak untuk mengurus perusahaan sebagai dendam atas perlakuan kedua orang tuanya yang menikahkannya dengan paksa.

Meskipun pernikahan Velova adalah sebuah paksaan dan tidak ada rasa cinta di hati Candra, wanita itu sangat mencintai suaminya. Ia memiliki cara untuk mendapat perhatian dan pengakuan Candra, yaitu dengan berselingkuh.

Velova selalu berselingkuh dengan pria lain agar suaminya melirik dan memikirkannya. Namun, bahkan sudah yang ke sepuluh kalinya pria itu tidak memedulikannya, dan seringkali membantu menyelesaikan masalah Velova dengan selingkuhan wanita itu kecuali bawahan Candra.

Pria itu mempersilakan Velova berselingkuh dengan siapa pun asal masih tetap bersetatus menjadi istrinya, dan pengecualian, Velova tidak diizinkan berselingkuh dengan pengawal Candra. Ia sangat benci jika Velova berhubungan dengan bawahan yang bekerja untuknya.

Maka dari itu, Velova merasa tertantang dan selalu berselingkuh dengan bawahan suaminya. Ia suka ketika Candra memarahinya, ia suka ketika Candra menasihatinya seakan-akan pria itu mencintainya.

Namun, kali ini berbeda. Ia tidak ingin hubungannya dengan Felix terungkap dan dihancurkan Candra. Felix pria yang berbeda, dan ia suka itu.

TBC.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top