Musuh yang sama

Sudah ke sepuluh kalinya Felix mondar-mandir setelah sampai di kamarnya. Ada Richard juga di kamar itu yang kebingungan dengan tingkah laku teman sekamarnya itu.

Setelah berkeliling mansion dengan Velova, Felix langsung di antarkan ke kamarnya oleh pelayan karena Candra yang tiba-tiba dijemput temannya, dan tidak bisa menyambut secara resmi pengawalnya. Felix baru bisa bekerja setelah dua hari penerimaannya. Untuk sementara waktu, ia akan mendapatkan pelatihan khusus dan segala informasi tentang tuannya.

"Ada apa denganmu, Lix?" tanya Richard yang mulai terganggu dengan tingkah Felix seperti itu.

Felix menghentikan langkahnya, tangannya terus memijat pelipisnya sedari tadi. Ia terus memikirkan ucapan Velova sebelumnya. Ada banyak hal yang wanita itu ketahui tentang Felix.

Velova bahkan mengetahui masa lalu Felix yang tinggal selama 20 tahun di Amerika, dan status Felix yang sebagai anak haram keluarga Albarack.

Felix tidak tahu mengapa Velova langsung mengetahui segala tentangnya hanya dalam waktu dua hari setelah pertemuannya di pesawat.

"Apa yang harus aku lakukan?" gumam Felix pelan. Pasalnya, ia tidak ingin begitu saja menyerah pada perintah ibunya. Ia tidak ingin begitu saja dibuang lagi oleh keluarganya. Ia muak hidup sendirian di negeri orang.

Richard mendesah. "Ya entah, wong aku tidak tahu apa yang terjadi denganmu."

Felix menatap Richard yang tengah duduk dengan bertelanjang dada, dan hanya menggunakan celana boxer saja. Ia lupa sekarang berada di kamar yang sama dengan teman kerjanya. "Aku bukan bicara denganmu, diamlah! Dan kita tidak seakrab itu sampai aku meminta pendapatmu."

Richard terdiam sebentar, lalu mengangguk. "Oh, begitu."

Felix melihat jam di tangannya. Sudah pukul sembilan malam kurang lima menit. Ia berjanji kepada Velova akan memberikan jawaban tepat jam sembilan. Jika ia terlambat, wanita itu akan membongkar semua rahasianya tanpa ada yang terlewatkan. Felix tidak suka menjadi simpanan wanita yang sudah menikah, dan juga ia tipe pria yang tidak akan meniduri wanita lebih dari satu kali. Di Amerika, Felix selalu tidur dengan wanita berbeda-beda setiap waktunya. Akan sangat membosankan jika harus berada di lingkaran sebuah hubungan yang hanya fokus pada satu wanita saja. Itu membosankan.

***

"Jadi, apa jawabanmu?"

Felix terus berusaha memejamkan matanya saat Velova sengaja menggoda pandangannya dengan memakai piama tidur berbahan tipis. Bahkan, dari kejauhan pun Felix sudah bisa melihat lekuk tubuh wanita itu yang hanya tertutup kain tipis.

Baru beberapa menit lalu ia sampai di tempat Velova berada. Ia tidak tahu tepatnya tempat apa itu. Cahaya lampunya sedikit redup, bahkan ada beberapa barang dewasa yang terpajang rapi di setiap tembok, terpajang rantai besi, borgol asli, dan beberapa barang yang menyerupai bentuk kebanggaan pria dengan ukuran berbeda-beda. Sepertinya itu adalah tempat yang biasa digunakan Velova untuk bercinta.

"Astaga, cobaan macam apa ini," gumam Felix dalam hati. Ia berniat menolak tawaran Velova, ia akan mencoba tidak peduli jika tidak diakui keluarganya. Toh dari kecil ia sudah hidup sendirian, dan nilai plusnya, ia bisa meniduri lebih dari satu wanita di luaran sana. Dari pada harus terjerat dengan wanita aneh seperti Velova. Nyawanya juga akan jadi tahuran jika mengikuti aturan wanita itu.

Namun, Felix tidak bisa tahan jika terus melihat pemandangan di depannya. Ia pria normal, dan ia merasa akan tergoda dengan wanita itu.

"Kenapa kau belum menjawabnya?!" tanya Velova kembali dengan penuh penekanan.

Wanita itu mengambil sebotol wine dan dua gelas di tangannya, lalu meminta Felix untuk menuangkannya. "Tuangkan aku minuman!" ujarnya dengan lembut.

"Baik."

"Kau mau join?" tanya Velova dengan lembut.

Felix menggeleng, ucapannya tergagap. "Maaf. Aku akan berhenti dari pekerjaan ini, dan besok aku akan kembali ke Amerika."

Crang!

"Why? Aku tidak mengijinkanmu."

"Tapi ini hidupku," ucap Felix datar. Ia berhak menentukan keputusan dalam hidupnya. Ia tidak mau menjadi budak seorang wanita seperti Velova.

"Apa kau pikir melarikan diri ke Amerika setelah mengganggu pikiranku itu mudah?" desis Velova. Matanya memancarkan sebuah ancaman besar. "Kau tidak akan bisa lari dariku. Kau akan tau akibatnya nanti, aku tahu jika Rose yang menyuruhmukan?"

"Jangan bawa-bawa ibuku!"

"Bagaimana jika aku buat skandal besar tentang artis papan atas yang hamil dan melahirkan anak selingkuhannya?" titah Velova. "Woah, itu pasti akan menjadi trending di twitter."

"Apa kau harus berbuat sejauh ini?" tanya Felix seraya mencengkeram lengan Velova. "Apa hanya kau yang berkuasa? Aku bisa membunuhmu kapan saja jika aku mau."

Tawa menggelitik menggema di ruangan redup itu. Velova terus tertawa sembari memegangi perutnya. "Kau lucu," ucapnya yang menggantung. "Sebelum kau membunuhku, aku akan membunuhmu dulu."

Velova mengangkat tangan kananya yang kini memegang sebuah pistol. Sejak kapan wanita itu membawa senjata di tangannya?

Felix terus menatap Velova tanpa ekspresi. Apa ucapan dia terlihat sebuah candaan? Atau mungkin wanita di depannya adalah psychopath?

"Sekarang, apa kau mau jadi priaku, Sayang?" tanya Velova dengan lembut. Kaki jenjangnya mulai melangkah mendekati Felix yang masih berdiri tegak tak berkutik.

Velova menyentuh lengan kekar Felix penuh arti, lalu menarik kerah kemeja pria itu dan segera menempelkan bibirnya dengan bibir Felix.

"Apa yang kau ...."

Ucapan Felix terhenti saat Velova kembali mengarahkan dan menempelkan pistol di dadanya. Felix sontak mengangkat kedua tangannya ke atas. Ia melihat keseriusan pada tatapan Velova, dan senjata di tangan wanita itu juga tidak terlihat seperti mainan. Itu asli.

"Jika kau mati pun, tidak akan ada yang menangisimu, Felix," ucap Velova seraya menciumi wajah Felix yang tak berdaya satu per-satu. Tubuh pria itu seperti patung, dan terus menunduk setelah kerah kemejanya ditarik. "Kau orang yang terbuang, kau tidak berati apa-apa di keluargamu. Apa kau tahu, mereka sengaja mengirimu ke rumah ini sedangkan mereka tahu jika ada satu kesalahan saja, nyawamu adalah taruhannya. Suamiku bukan orang yang suka dipermainkan orang lain."

"Maka dari itu, bebaskan aku dan rahasiakan ini dari suamimu, Nona," ujar Felix. Ia tidak terlalu memedulikan ucapan Velova. Dari awal juga ia sudah siap dengan segala konsekuensinya. Berhasi atau tidaknya, ia sudah berusaha mengikuti perintah ibunya.

"Aku tak mau," jawab Velova enteng. "Bagaimana jika kita menjadi teman, dan kita hancurkan musuh kita. Tapi dengan syarat, kau harus menjadi priaku."

Felix menatap mata Velova. Dahinya mengerut, musuh? Siapa musuh besar Velova?

"Mari bantu ibumu, dan hancurkan Candra," titah Velova disertai seringai tajam.

"Candra? Suamimu?" Felix tertegun beberapa saat. Ia terus menggelengkan kepalanya agar sedikit sadar, dan meyakinkan dirinya jika apa yang ia dengar bukan halusinasi.

Alih-alih menjawab, Velova langsung menyapu bibir Felix yang tengah terkejut. Mendorong pria itu ke atas ranjang, dan merangkak ke atasnya.

"Jangan berekspresi seperti itu, Felix!" ucap Velova seraya menekan leher pria di bawahnya. "Aku sangat menyukainya sampai aku tidak tahan ingin merasakan tubuhmu. Aku ingin bersamamu malam ini, Felix."

Felix menggerakkan tangannya hendak mendorong wanita yang kini duduk di atas perutnya. Namun, ia mengurungkan niat itu setelah sadar jika Velova berada dipihaknya. Lagi pula, ciuman wanita itu lumayan membuatnya bergairah.

Felix membalikkan tubuh Velova, dan bertukar posisi menjadi pemimpin dalam permainan panas itu.

"Baiklah, kita lihat kemampuanmu terlebih dahulu di atas ranjang. Jika itu baik, aku akan menyetujui persyaratanmu!" titah Felix dengan napas memburu.

Velova tertawa kembali. "Baiklah, kita lihat siapa pemenangnya malam ini."

TBC.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top