Mengubah Titah

Plak!

Sudah ke sembilan kalinya Velova menampar pipi Felix secara bergantian. Ia tidak suka jika aturannya diremehkan begitu saja.

Baru beberapa menit yang lalu mereka sampai di kamar biasa setelah pulang dari lapangan golf. Sedangkan Candra kini pergi sendirian lagi, mungkin menemui istri keduanya.

Felix mencoba menahan rasa panas di pipinya, tangannya mengepal serta giginya tertutup rapat. Matanya tak lepas dari wajah Velova yang penuh amarah.

"Kau boleh pergi," ucap Velova, wajahnya terus menunduk seakan tak mau melihat wajah Felix yang sedikit bengkak, bahkan kini terlihat darah segar keluar dari ujung bibirnya.

Melihat ekspresi Velova yang membingungkan, membuat Felix tak ingin beranjak dari sana. Ia melihat raut  kekhawatiran pada wajah wanita di depannya.

Felix memegang kedua pundak Velova, mengguncangnya pelan seraya mencondongkan wajahnya ke depan. "Lihat mataku!" ucapnya.

Velova perlahan mengangkat wajahnya, ia menghela napas panjang lalu kembali datar menatap Felix. "Mau nambah?"

"Boleh, jika itu bisa membuat amarahmu reda," ucap Felix seraya mengusap ujung bibirnya dengan jempol.

Velova terdiam, setelah itu berbalik dan meninggalkan Felix. Namun, sebelum ia benar-benar menjauh, langkahnya terhenti dan ia seketika menoleh ke belakang. "Kau duduklah, biar aku ambilkan obat."

Sejujurnya, Velova sedikit merasa tidak tega melihat keadaan Felix sekarang meski itu karenanya. Ia mengingat saat beberapa waktu lalu ketika ia sakit, pria itu rela menjaga dan merawatnya semalaman.

Selama ini, Velova tidak pernah di rawat ketika sakit oleh seseorang kecuali Tara, pelayannya. Bahkan Candra tidak pernah peduli meski ia mengalami mimisan parah.

Velova duduk di samping Felix yang kini tengah bercermin di layar ponsel seraya duduk di ranjang. Wanita itu mengeluarkan kapas dari kotak P3K yang kini berada di pangkuannya, setelah itu meneteskan salep dan membersihkan luka di bibir Felix. Tak lupa segumpal es batu yang ia balut pada handuk kecil juga ia berikan kepada Felix untuk mengompres pipi pria itu.

"Kenapa kau malah mengobati luka yang kau sebabkan?" tanya Felix seraya menarik satu ujung bibirnya yang tak sakit ke atas.

"Aku tidak mau anjing peliharaanku sakit," sahut Velova. "Mulai sekarang, pertemuan kita harus lebih singkat lagi."

"Kenapa?" tanya Felix yang bingung. Pasalnya, ia baru mulai terbiasa bertemu dengan Velova sesuai waktu yang ditetapkan proposal.

Velova meletakkan kapasnya di atas meja, lalu menoleh menghadap Felix. "Suamiku mulai curiga tentang hubungan kita," ucapnya.

"Bukannya Pak Candra sudah punya istri lagi ya?" tanya Felix. Sejujurnya, ia juga takut hubungannya dengan Velova terungkap sebab ia belum mendapatkan apa-apa untuk ia berikan kepada ibunya.

Beberapa waktu lalu, ibu Felix mengirim pesan kepada pria itu untuk merubah misinya dan kini perintahnya adalah memanfaatkan Velova dan membujuk wanita itu agar membantu pemilihan presiden ayahnya setelah tahu jika Velova adalah anak orang kaya yang memiliki saham begitu banyak. Jika mereka memanfaatkan Velova agar mau mendukung partai ayahnya, misinya baru berhasil.

Sedangkan kasus Candra akan diurus sendiri oleh ibu Felix secara perlahan setelah mendapat beberapa video yang Felix ambil untuk sekedar membuktikan jika Candra bukan pria yang mudah untuk diselidiki. Jadi, untuk sementara mereka memanfaatkan keadaan yang ada terlebih dahulu untuk mencapai tujuannya, yaitu menjadidikan ayah Felix presiden yang didukung dari banyak kalangan atas.

"Apa kau sekarang menyukaiku?" tanya Felix.

Velova terdiam dengan mulut yang komat-kamit. "Aku baikin sekali, kau langsung ngelunjak ya!" ucap Velova seraya bangkit dari duduknya dan pergi begitu saja meninggalkan Felix yang sudah dalam keadaan baik-baik saja.

***

Setelah kejadian beberapa hari lalu, Velova belum mengajak Felix untuk bertemu seperti biasanya. Bahkan hampir satu minggu ia tidak masuk ke ruang khusus. Sesuai aturan, Felix tidak boleh pergi sesuka hati jika Velova sedang tidak ingin bersama pria itu.

Felix pulang ke kediamannya untuk memastikan jika perubahan misi ada sebab tertentu.

"Kak Bryan," panggil Felix di depan gerbang setelah kakaknya ke luar rumah. Sesuai janjinya, ia tidak akan masuk ke rumah itu sebelum menyelesaikan janjinya.

"Kenapa ibu merubah titahnya?" tanya Felix.

"Sepertinya ibu punya rencana sesuatu setelah tau kau bermain saham dengan Velova," ucap Bryan. Sejujurnya, ia yang telah memberi tahu ibunya setelah mendengar curhatan Felix beberapa waktu lalu.

Ya, bukan sengaja Felix mengungkapkan  rencananya. Namun, berita yang menampilkan jika ia juga memiliki saham di perusahaan ayah Velova dan bahkan dekat dengan wanita itu, ibunya langsung berpikir jauh.

"Baiklah, tapi aku bersyukur. Itu tugas yang mudah," ucap Felix seraya tersenyum. "Aku punya banyak jurus yang bisa membuat wanita itu langsung jatuh cinta padaku."

"Apa kau masih berhubungan dengan Velova?" tanya Bryan seraya mengeluarkan rokok di sakunya, dan diberikan kepada Felix. "Dia belum membuangmu, kan?"

"Masih, Kak. Maka dari itu mulai sekarang fokusku adalah mendekati Velova." Felix terkekeh mengingat saat ia sedang ditampar habis oleh Velova.

Tatapan wanita itu awalnya kosong, tapi  seketika berubah saat Felix terluka parah hingga mimisan. Velova yang terkenal selalu acuh tiba-tiba memperlihatkan raut khawatir, dan tiba-tiba mengobatinya. Bukan kah itu adalah perasaan suka?

"Baguslah jika kau suka apa yang ibu suruh, tapi setelah pemilihan, kau harus mengawasi Candra lagi," ucap Bryan.

"Baik, kak." sahut Felix lalu berpamitan pulang.

TBC

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top