Dendam Velova
Velova merebahkan tubuhnya di atas ranjang setelah membersihkan diri. Kini, wajahnya terlihat lebih fresh dari sebelumnya. Meskipun masih terlihat jelas sembab di matanya akibat menangis.
Velova menghela napasnya berulang kali, lalu mencoba memejamkan mata. Ia lelah.
Denting jam yang menunjukkan waktu sepertiga malam terdengar nyaring di ruangan temaram itu. Velova membuka matanya kembali saat ia tidak bisa tidur setelah berulang kali mencobanya. Wanita itu kemudian duduk dengan bersandar punggung ranjang. Ia membuka ponselnya yang sedari tadi ia matikan. Namun, sebelum itu, ia lebih dulu menyalakan lampu serta mengambil segelas air putih di atas nakas untuk diminum.
Velova hanya membuka beberapa pesan yang dikirim Candra tanpa meresposnya. Ia membaca permintaan maaf pria itu dengan beribu alasan, dan permohonan agar Velova mau bercerai tanpa mempublikasikannya.
Harusnya pria itu datang langsung ke kamarnya untuk meminta maaf. Bukan hanya membujuk istri keduanya di sana.
Velova mengecap, bahkan dalam hal perceraian seperti ini Candra tidak mau nama baiknya terekspos ke luar.
"Dasar egois," gumam Velova.
Velova mengirim pesan ke Felix. Mungkin inilah saatnya ia akan membalas semua perlakuan Candra selama ini. Ia sekarang sadar, karena cinta ia menjadi begitu bodoh.
Velova|
Apa kau masih menginginkan informasi tentang Candra?
Kali ini ia tidak akan membodohi Felix lagi, ia akan mengungkap siapa sebenarnya Candra yang sebenarnya. Bahkan mungkin saja hanya Velova yang mengetahui itu sebab wanita itulah yang pertama kali menyogok Felix.
Dulu, sebelum mereka menikah. Perusahaan Meerqeen mengalami masalah dengan para pegawai yang mendemo karena uang gajian mereka terpotong untuk uang perusahaan.
Hampir saja perusahaan Meerqeen akan mengalami anjok harga saham dan bisa mengakibatkan bangkrut. Untung saja, ayah Velova bisa menyogok Candra yang meniadi hakim di persidangan dengan cara apa pun. Setelah prusahaan kembali normal, ayah Velova memutuskan untuk menjodohkan Velova dengan Candra dengan membujuk orang tua Candra berupa iming-iming pangkat di perusahaan untuk saudara Candra yang pada saat itu masih menganggur.
***
Felix membaca pesan Velova, ia tidak akan percaya dengan omongan wanita itu tentang informasi Candra. Ia tidak mau dibodohi dan diperalat lagi, lebih baik ia mengikuti perintah ibunya dan segera ke luar dari mansion itu.
Felix hendak mengabaikan pesan Velova, akan tetapi, pesan yang dikirim wanita itu selanjutnya membuat ia terkejut dan penasaran. Velova mengirim foto bukti korupsinya Candra selama menjadi hakim. Semuanya tertulis rapi pada buku tabungan rahasia Candra yang dikirim Velova.
Felix hanya melihat satu halaman dari foto itu, dan ia menjadi percaya tentang keseriusan Velova.
Felix segera bangkit dari tidurnya secara diam-diam setelah memastikan Richard sudah tertidur. Ia langsung menuju ke kamar rahasianya dengan Velova setelah berhasil ke luar dari kamar tanpa ketahuan teman sekamarnya.
"Di mana buku tabungan itu?" tanya Felix setelah sampai di tempat di mana Velova tengah duduk di atas ranjang menggunakan piyama tidur.
"Apa jaminan untukku jika kau dapat buku tabungan itu?" tanya Velova seraya menyulut rokoknya.
Felix berpikir beberapa saat agar bisa membujuk wanita di depannya. "Aku akan pastikan Candra mendapat balasan atas perbuatannya, dan aku akan menuruti semua perintahmu," ujar Felix.
"Meskipun kau harus mati?"
Felix tertegun beberapa saat, ia harus hidup agar bisa mewujudkan impiannya tertulis di kartu keluarga ibunya.
Velova tertawa lepas melihat ekspresi tegang Felix. Ia lalu berdiri menghampiri Felix. "Aku tidak akan melukai anjingku yang penurut. Kau tau maksudku? Jika kau berhianat berati kau tak sayang nyawamu!"
"Aku akan selalu menjadi anjing setiamu, Nona Velova." Felix membungkukkan tubuhnya sebagai tanda kesetiaannya.
"Baiklah, aku akan berikan buku tabungan itu. Tapi betjanjilah kau akan menghancurkan Candra sehancur-hancurnya," ucap Velova.
Felix mengangguk, ia melihat wanita di depannya yang sedikit angkuh. Sebetulnya, ia masih memiliki dendam terhadap wanita itu, dan ia masih memiliki niat untuk menghancurkannya juga. Namun, setelah mengetahui hampir seluruh rahasia Velova yang tidak diketahui siapa pun membuatnya sedikit luluh. Ia tahu betapa kesepiannya wanita itu.
"Kau boleh pergi, akan aku berikan tabungan itu besok jam sebelas siang," ucap Velova.
Felix masih membeku di tempat berdirinya. "Apa kau benar-benar mengusirku begitu saja?"
"Hah!?" Velova membeo mendengar ucapan Felix. "Kau mau apa lagi?"
Felix tersenyum canggung lalu menggeleng. "Tidak, bukan apa-apa. Kalau begitu, aku permisi pergi."
"Tunggu dulu," ujar Velova setelah Felix hendak membuka knop pintu.
Mendengar Velova yang menghentikannya, Felix langsung berbalik.
"Kau menginginkan ini?" tanya Velova seraya menarik tali piyamanya hingga terbuka seluruhnya. Jantungnya tiba-tiba berdetak lebih kencang ketika melihat tatapan Felix ke tubuhnya yang kini terekspos jelas.
Felix segera menghampiri Velova, dan langsung menyambar bibir merah wanita itu. Mengecapnya sedikit kasar, lalu membawa wanita terus mundur itu hingga punggung Velova berhenti sebab menabrak tembok.
Felix mengambil borgol yang berada di tembok, lalu segera memasangkannya ke tangan mungil Velova.
"Maaf, jika kali ini aku ingin melakukannya dengan kasar," ucap Felix seraya menggendong Velova ala bridal style ke atas ranjang.
Velove mengangguk saat Felix menyentuh area sensitivenya. Ia mengangguk seraya memeluk keras tubuh Felix dengan kedua kakinya. "Lakukanlah!" titah Velova.
***
Velova mengerjapkan matanya beberapa kali, ia menyibak selimutnya dan melihat tubuhnya kini sudah memakai pakaian lengkap. Ia mengingat, beberapa waktu lalu Felix menggendongnya ke kamar mandi setelah melakukan aktivitas panas. Pria itu memandikan dan memakaikan pakaiannya kembali, dan pergi ke luar meninggalkan Velova beristirahat.
Velova memandang kedua lengannya yang memerah sebab borgol yang Felix pasangkan semalam. Meskipun begitu, wajahnya terlihat memerah dan ia tersenyum malu mengingat moment romantis itu. Sepertinya perasaannya kini tidak baik-baik saja. Apa ia mulai menyukai Felix?
Tak mau memikirkannya begitu lama, Velova kemudian bangkit dari ranjang seraya mengucek matanya yang masih ingin terpejam lama. Ia ingin melihat putrinya, Liona yang dari sebulan lalu ikut dengan neneknya.
Meskipun umur Liona masih sepuluh tahun, Velova sering mengirim anak perempuan itu ke Polandia tempat ayah ibunya berada. Velova belum bisa mengurus anaknya, dan ia khawatir jika Liona akan mengetahui apa yang terjadi dengan hubungan ayah dan ibunya. Velova tidak ingin anaknya membencinya. Jadi, setelah Felix keterima di tempat itu, Velova langsung mengirim Liona ke polandia.
TBC.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top