6
Selamat membaca
Tolong tinggalkan vote dan jangan sider (silent riders) hargai usaha author dengan vote :)
Terimakasih pembaca setia saya!
•
•
•
(Name) berfikir untuk menjaga jarak dari Levi, menghindari pria itu agar tidak ada yang mencurigai nya. Sebenarnya tanpa alasan pun ia akan menjaga jarak dengan nya, tidak berniat berbicara sama sekali. Telinga nya lelah ketika teman sekarib nya, Hange Zoey menceritakan kehebatan dan kecepatan Levi. Wanita itu juga tidak berhenti mengoceh ketika ia kagum orang seperti Levi dapat direkrut oleh Erwin tanpa melalui pelatihan kemiliteran.
Tapi tunggu sebentar...
"Kapan dia direkrut?" (Name) bertanya antusias. Sedikit penasaran.
"Tahun ke-844, kenapa? Dia sudah lumayan lama disini kau tahu?"
Tahun 844...keningnya seketika berkerut. Tubuh seketika menegang. Levi meninggalkan nya karena pengrekrutan ini? Apa itu benar-benar alasan nya?
Tapi tetap saja, ego lebih menguasai saat ini. Ia tetap ingin menyalahi Levi atas tindakan nya. Terlebih kini ia telah menerima pertunangan itu.
Kepalanya menunduk menatap jari jemari. Meratapi tingkah Levi yang meninggalkan nya begitu saja.
"Hange.."
Pemilik nama hanya berdehem singkat sebagai respon.
"Kapan prajurit bisa mengambil cuti?"
"Oh itu..setahu ku untuk prajurit yang memiliki pangkat bisa sebulan dua kali, sisanya sebulan sekali. Kenapa? Kau ingin mengambil cuti mu?"
Gelengan kecil ditunjukan sebagai jawaban, "Aku hanya bertanya, lagi pula masih ada hari minggu."
"Apa ini? Kau ingin berkencan dengan seseorang?" Goda Hange dengan menyikut lengan (name) seraya tersenyum aneh. Maksudnya mengerikan, minta dihajar.
"Tidak...aku tidak berkencan, lagipula memangnya aku punya seseorang yang bisa ku ajak kencan?"
"Ku yakin kau punya. Erwin terlihat cocok, dia tipikal pria lembut yang bertanggung jawab tuh, kalian pernah dekat kan sebelum kau dinyatakan hilang?"
Jengah (name) hanya bisa tersenyum malu. Wajahnya sedikit menimbulkan rona merah yang menggemaskan. Memancing Hange untuk semakin gencar menggodanya.
Hange sialan.
"Apa sih...sudahlah ini sudah malam, sebaiknya kita kembali ke kamar."
"Kau saja, aku ada sedikit urusan di ruangan kerja ku."
Jeda sejenak, (name) menenggak sisa teh didalam cangkir sebelum menjawab ucapan Hange.
"Lihat sekarang siapa yang sibuk."
Dengan bangga wanita berkacamata itu menyilangkan kedua lengan didada seraya membusungkan nya, kepalanya nya juga sedikit mendongak. Dan jangan lupakan senyum mengerikan aneh itu, tersungging lebar di wajahnya.
"Aku sedang melakukan penelitian luar biasa, jangan tatap aku sebelah mata, (name)"
(Name) terkekeh pelan, "Baiklah baik, kalau begitu aku akan ke kamar."
Ia lalu berdiri, membereskan piring kotor dan meletakan nya di atas nampan.
"Jangan sampai lupa tidur." Ia beranjak meninggalkan Hange.
"Tenang saja, aku bukan cebol si pengidap insomnia akut itu."
Mendengar ucapan Hange membuat langkahnya terhenti sejenak, kepala sedikit menoleh padanya.
Insomnia, apa yang pria pendek itu kerjakan hingga mengesampingkan kesehatan?
Apa pria itu terlalu banyak minum teh hitam hingga membuatnya tidak bisa tidur?
Pantas saja kantung mata nya sangat kentara dibawah mata tajamnya, membuatnya semakin terlihat menakutkan terlebih (name) dapat melihat beberapa kerutan kecil di mata pria tersebut kemarin sore.
Tersadar dengan apa yang baru saja ia fikirkan, (name) pun menggelengkan kepala. Menghilangkan bayangan Levi dibenak. Sialan bisa bisanya ia sempat memikirkan kesehatan pria pendek itu.
Setelah tersenyum kecil dan mengucapkan kalimat perpisahan pada Hange, ia kembali melanjutkan langkah kaki.
Ia merasa kesal dan muak karena telah memikirkan kesehatan Levi akibat ucapan Hange barusan. Adakah pria itu memikirkan nya ketika ia mengandung di kota bawah tanah? Adakah Levi memikirkan kesehatan bayinya ketika ia masih tinggal di kota kumuh seperti itu? Tanpa adanya cahaya matahari, pagi atau malam semuanya terlihat sama. Tempat yang lembab dengan keadaan ekonomi nya yang terlalu rendah serta kebersihan lingkungan nya.
Adakah Levi memikirkan diri ya ketika melewati masa ngidam? Tidak, tidak sama sekali. Pria brengsek itu tak akan pernah mengkhawatirkan nya. Ditinggalkan seorang diri seperti itu di kota itu membuatnya merasa dikhianati.
Sial, nafasnya mendadak sesak. Rasa sakit itu kembali terasa.
Pinggir nampan digenggamnya kuat, ia bersandar pada dinding dapur. Berusaha menenangkan diri.
Ia sangat membenci Levi hingga ingin memukuli wajah nya.
🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Hari minggu dimana kegiatan pelatihan ditiadakan, dimana semua prajurit merasakan kebebasan untuk sehari. Merenggangkan otot-otot kaku akibat latihan ekstra seminggu terakhir.
(Name) senang dapat merasakan kembali latihan nya kemarin. Ia rindu terbang diantara para titan yang menakutkan. Menebas tengkuk raksasa itu hingga membuatnya tumbang.
"(Name) san selamat pagi."
Sebuah sapaan lembut membuatnya menoleh. Terdapat gadis bersurai oren sebahu yang tersenyum kearahnya dengan manis. Lihatlah gadis muda ini begitu cantik, tidak heran jika Levi menerima pertunangan nya. Pria itu tak akan lagi tertarik dengan wanita beranak satu.
(Name) membalas sapaan itu dengan tersenyum.
"Pagi, kau Petra dari keluarga Rall bukan?"
"B-benar! Saya Petra Rall. Salam kenal, (name) san!"
Ternyata gadis ini masih terlalu kaku padanya, membuat kekehan itu terdengar.
"Santai saja, aku prajurit biasa seperti mu. Bedanya tahun angkatan kita."
Petra mengangguk faham, "(Name) san ingin ke dapur umum bersama?"
"Tidak, kau saja dulu. Aku masih memiliki urusan yang harus di selesaikan."
Petra membungkuk hormat kemudian berlalu pergi. (Name) dapat melihat ia bergabung dengan tim nya, squad terpilih Levi namun tidak ada pria cebol itu diantara mereka, mungkin masih di kamar atau tempat lain entahlah.
Dengan cepat (name) menepis bayangan wajah Levi dibenaknya. Setelah menghela nafas ia berjalan lebih dalam memasuki dapur umum.
Ah mengingat soal makan, apakah putri kecilnya yang ada di pedasaan dapat makan dengan baik. Bagaimana kabar nya saat ini, seorang bibi yang merawat putri kecilnya tak lagi memberikan surat padanya sejak satu minggu yang lalu.
Sebuah tepukan pelan mendarat di bahu, membuat lamunan nya buyar. Ia menoleh menatap sebuah tangan kemudian mendongak menatap pemiliknya. Erwin dengan senyum ramah menyapanya di pagi ini.
"Kenapa berhenti? Tidak selera makan? Kau membuat antrian di belakang emosi."
Ah sial...ia refleks menoleh kebelakang Erwin sejenak lalu kembali menatap komandan nya. Salahnya karena telah membuat antrian panjang itu mulai dipenuhi emosi.
Ia lantas memajukan langkah, mengambil menu sarapan dengan cepat, di ikuti Erwin di belakangnya.
"Maaf komandan, saya sedang melamun tadi." Ucap (name) tanpa menatap nya.
Salah satu alis tebal komandan itu terangkat heran, "Memikirkan sesuatu? Atau kejadian saat kau diculik?"
Kedua nya..
"Hanya memikirkan hal-hal masa lalu." Ucapnya setelah menggeleng.
Setelah bebas keluar dari antrian, Erwin meminta (name) menepi sejenak untuk berbincang. Pria itu tak bisa membawa (name) ikut makan bersama nya karena harus mengadakan rapat kecil bersama kaki tangan kepercayaan. Erwin melirik sejenak ke arah Hanji yang sudah berisik memintanya untuk cepat, membuat (name) ikut menoleh ke arah nya.
"KALIAN! KENCAN NYA NANTI SAJA! (NAME), ERWIN NYA KAMI PINJAM SEBENTAR YA!" Teriak wanita aneh itu tak tahu malu, memancing beberapa sorot mata prajurit yang lain.
(Name) sontak memerah padam mendengarnya sementara Erwin hanya menghela nafas pelan. Memaklumi otak geser salah satu tangan kanan nya itu.
"Apa kau memiliki trauma dengan kejadian penculikan itu?"
Pertanyaan Erwin menarik perhatian nya. Memutuskan kontak mata dengan Levi.
"Tidak. Sebenarnya sedikit namun saya sudah merasa aman disini. Terimakasih komandan karena saat itu anda berhasil menemukan saya."
"Tidak masalah, sudah sebagai salah satu tugas ku. Baiklah kalau begitu aku duluan, mereka menunggu."
(Name) mengangguk singkat, "baiklah komandan."
🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Hari minggu, (name) segera memasukan beberapa baju nya ke dalam ransel sedang di dini hari. Ia ingin pergi sebelum Hanji terbangun, alasan nya sederhana. Ia tidak ingin terjebak oleh pertanyaan penasaran Hanji yang pastinya akan ia lontarkan ketika melihat ransel penuh seperti itu. Hanji akan berfikir kalau (name) berniat pergi dari survey corp.
Dengan jubah tebal khas prajurit ia berjalan pelan di lorong asrama putri. Sampai pintu depan semuanya berjalan hingga ia tersentak ketika sebuah tarikan menahan jubahnya. Dirinya hampir tersentak dengan keras.
(Name) lalu menoleh.
"Levi? Apa yang kau lakukan?"
Tarikan pria itu pada jubahnya dilepas, dengan tenang Levi bertanya, "Seharusnya aku yang mengatakan itu, mau kemana sepagi ini?"
Dengan kesal (name) menaikan kembali tudung jubahnya.
"Bukan urusan mu, lagi pula aku sudah mendapatkan izin dari komandan untuk berlibur."
Jeda sejenak, "berlibur? Dengan ransel penuh seperti itu?"
"Bukan urusan mu sialan! Sudahlah, jangan pernah mengganggu ku lagi." Ia berbalik, melangkah pergi meninggalkan Levi.
Harapan pergi dengan tenang hingga ke kandang kuda lenyap ketika menyadari bahwa Levi masih mengikutinya.
"Haah...apa mau mu?" Tanya (name) pasrah. Membiarkan rasa keingintahuan Levi terungkap.
"Pergi sepagi ini, kemana?"
"Apa penting nya untuk mu jika aku memberitahu?"
"Kau pasti hanya meminta izin pada Erwin untuk berlibur tanpa mengatakan tujuan nya." Levi menyilangkan tangan didada.
"Baiklah... kau sangat merepotkan. Aku ingin ke sebuah desa, itu cukup?"
"Bertemu dengan?"
Jeda untuk beberapa saat karena (name) tengah sibuk mempersiapkan kudanya. Wanita itu naik dengan lincah kemudian kembali menatap Levi dari atas.
Harus ia beritahu sekarang? Apa untungnya bagi Levi jika pria itu tahu bahwa ia memiliki seorang putri?
Pertunangan itu pas langsung ia batalkan dan pasukan ini akan kekurangan stok bahan pangan.
"Tidak ada hubungan nya dengan mu, sudahlah aku pergi.
Setelah menyentak pantat kuda dengan keras, tunggangan nya itu berlari dengan cepat. Kembali meninggalkan Levi seorang diri.
(Name) tidak akan pernah memberitahukan putrinya pada Levi, ia tidak ingin mempertemukan mereka hanya karena sebuah alasan.
Ia tidak ingin Levi membatalkan pertunangan itu dan membiarkan prajurit survey corps kelaparan. Ekspedisi Erwin tidak akan berjalan dengan lancar.
Dalam hening dini hari, (name) berusaha menikmati sejuknya nuansa. Menjernihkan fikiran dari pembicaraan singkatnya dengan Levi tadi.
Bersambung
Next?
Silahkan tinggalkan komentar
Mau dipertemukan dengan cepat tidak si Levi dan putrinya? Apa nanti nanti saja?
6 Oktober 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top