5

Selamat membaca

Tolong tinggalkan vote dan jangan sider (silent riders) hargai usaha author dengan vote :)
Terimakasih pembaca setia saya!


4 year's a go

Pembicaraan ketiga preman itu dapat didengarnya dari balik pintu kamar. Bukan maksud menguping namun suara Isabel benar-benar keras hingga dapat terdengar.

Mereka hendak keatas setelah seorang prajurit survey corp berhasil menjinakan Levi tadi pagi. Itu artinya ia harus ikut, kembali pada pasukan itu.

"Membunuh Erwin Smith dan mengambil dokumen penting yang dia sembunyikan? Berapa harga yang orangtua itu tawarkan?" kini Farlan ikut menimpali pembicaraan.

"Bayaran yang pria tua itu tawarkan tidak boleh kita sia-siakan. Bukankah kalian ingin tinggal di atas sejak lama? Jika kita berhasil menjalakan tugas ini kita akan mendapatkan izin tinggal disana."
Ucap Levi dengan nada yang datar

Membuat Isabel dan Farlan berbinar antusias. Wajah semangat ditunjukan nya secara terang-terangan.

"Apa yang harus kita fikirkan lagi? Kak Levi jangan menyia-nyiakan kesempatan ini." Isabel antusias.

Membuat Levi mengangguk singkat, "Aku tahu dan kita akan berangkat besok."

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

"Setelah itu ia meninggalkan ku disana. Mungkin mereka melupakan ku atau entahlah."

Suster Gritha menggenggam tangan (name), membuat kepala yang tertunduk itu terangkat menatap nya.

"Mungkin saja ia berfikir akan bahaya jika membawa mu."

"Sepertinya begitu karena tidak lama setelahnya ia kembali."

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Levi kembali membuat (name) hampir tidak mengenali sosoknya akan tetapi (name) terlanjur membenci pria itu. Ia meninggalkan nya dalam keadaan perut membesar. Dengan surainya yang telah memanjang, ia menutupi seluruh wajah dengan tudung jubah lusuh, membelakangi pria itu ketika melewatinya. Kemudian pergi begitu saja, tidak tertarik dengan sorakan mantan preman anak buah nya yang menyambut kedatangan nya dengan suka cita.

Bertekad membesarkan anak ini seorang diri dan menjauhkan nya dari Levi. Dengan pekerjaan paruh waktu nya ini hasilnya cukup untuk membuatnya kembali ke dunia atas. Soal izin tinggal itu hal mudah. (Name) masih menyimpan jubah keprajuritan nya dengan rapih di dalam lemari. Akan ia gunakan jubah itu sebagai bukti bahwa ia terlahir dari dunia permukaan.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Suster Gritha menghela nafasnya sekilas. Menyeruput teh didalam cangkir antik. Hidup (name) ternyata lebih sulit dari yang ia kira.

"Siapa nama ayah dari anak mu?"

Satu pertanyaan membuatnya menegang. Ah iya juga..ia tidak menyebutkan nama Levi dalam pembicaraan nya pada suster berusia tiga puluh sembilan tahunan itu. Membuat kuku kuku jari memutih, menggenggam permukaan cangkir dengan kuat.

Jika ia mengatakan nama dari ayah anak nya apa suster Gritha dapat menjaga rahasianya?

Bukan maksud tidak mempercayai, tapi manusia bisa saja berubah begitu saja. Bagaimana pun juga ini privasi terbesarnya.

Dengan senyum mengembang diwajah, (name) menjawab pertanyaan tadi dengan ringan.

"Saya melupakan nya, hanya wajah yang saya ingat."

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Langit hampir gelap, warna kemerahan menghiasi kota. Burung-burung kecil terbang melintas di angkasa disertai dengan kicauan indah, kembali ke sarang dengan perut yang telah terisi. Angin sore memainkan ujung rambut.

Tadi siang ia bertemu dengan Levi, tidak banyak pembicaraan yang mereka lakukan. Levi hanya mengatakan bahwa pria itu ingin bicara dengan nya selepas latihan. Sejujurnya (name) tidak lagi ingin bersapa ria dengan nya. Berbicara dengan pria dingin itu hanya akan membuka kembali luka lamanya.

(Name) yakin jika Levi tidak memikirkan kehamilan nya.

Namun ada segulik rasa penasaran yang membuatnya menyanggupi keinginan Levi. (Name) penasaran dengan tunangan nya Levi, gadis cantik bersurai oren sebahu yang bernama Petra Rall. Menurut informasi yang ia dapatkan dari suster Grisha, Petra adalah salah satu anak buah nya. Pasukan khusus yang dipimpin oleh Levi. Gadis itu pasti sangatlah kuat karena ditempatkan didalam tim nya, hal yang membuatnya penasaran adalah bagaimana bisa Levi menerima pertunangan itu? Apakah pria itu benar-benar tak lagi mengingat nya? Tak lagi memikirkan dirinya?

Suara langkah kaki membuat lamunan nya buyar. Dari kejauhan dapat ia lihat Levi yang sedang berjalan dengan tenang kearah nya. (Name) kembali menatap ke arah lapangan luas.

"Apa yang ingin kau bicarakan?" Ucapnya setelah Levi sampai.

Jeda sejenak hingga membuat lirikan iris (name) mendelik kearahnya, "Lama tidak bertemu, bagaimana kabar mu?"

Dengusan kecil tercipta. Dengan kedua tangan yang terlipat didada, (name) menunduk menatap ujung sepatu bot nya.

"Seperti yang kau lihat. Merasa sehat dan baik-baik saja."

"Syukurlah."

Mereka kembali terdiam, membiarkan hembusan angin sore menemani keheningan. Iris kelabu menatap wanita dihadapan nya dengan tatapan datar. Ujung rambut berundercute terbawa arah angin.
Keduanya menatap langit senja. (Name) yang menggigit bibir bawah perlahan sementara Levi dengan kedua tangan yang terkepal kuat. Saling menutupi rasa canggung.

"(Name)"

"Begini..."

Ucap mereka secara bersamaan. Kedua iris saling bertumbuk, menciptakan atmosfer yang baru. Ah sial...ini terasa sangat canggung.

Levi menghela nafas perlahan, "Kau dulu."

"Kau saja." Jawab (name) setelah menggeleng pelan.

"Aku yang membuat mu menunggu disini tadi jadi, katakan saja hal yang ingin kau katakan."

Senyum tipis mengembang walau Levi gak dapat melihatnya.

"Selamat atas pertunangan mu. Jaga gadis itu baik-baik dan jangan tinggalkan dia..." Wanita itu kembali menunduk, memutus tatapan dengan Levi.

"...jangan seperti saat kita masih di kota bawah tanah." Lanjut wanita itu dengan berbisik pelan.

Sepelan apapun suara wanita dihadapan nya ini, Levi dapat mendengarnya.

"Dengar, aku tidak berniat meninggalkan mu (name)"

"Orang bodoh pun akan menyadari alasan mu ini, Levi. Setelah kalian pergi kau tidak pernah kembali lagi."

"Aku tidak pernah berniat meninggalkan mu. Dua tahun yang lalu aku kembali kemudian beberapa bulan yang lalu aku juga mendapatkan misi di kota bawah tanah."

(Name) menolak percaya, ia menggeleng perlahan.

"Begini saja.." wajah cantik itu kembali menatapnya dengan serius.

"...anggap semua ini selesai. Fokus saja pada tunangan dan pernikahan mu. Kita tak memiliki hubungan apapun lagi, Levi."

"Selesai? Kau anggap ini selesai? Bagaimana bisa kau berfikir seperti itu?" Levi mendekat, mencengkeram kedua lengan (name) dengan kuat. Menyalurkan emosinya yang mulai tersulut.

Ia tidak ingin melepaskan wanita ini lagi. Bertahun-tahun mencari keberadaan nya dan wanita ini dengan mudah mengatakan untuk menyelesaikan semuanya.

"Anggap saja selesai, kau punya tanggungan baru yang harus dilakukan. Levi, jika kau tidak meninggalkan ku kenapa kau melakukan pertunangan itu?"

"Ada alasan mengapa aku menerima pertunangan nya."

Senyum terpaksa terpantri diwajah (name). Wanita itu menepis kedua tangan Levi pada lengan nya.

"Kita sudahi saja semua ini. Kau dan aku tak lagi memiliki hubungan apapun."

"Aku belum menjelaskan se-"

"Kau sudah mengambil keputusan itu, yang artinya kau memang sudah melepaskan ku sejak lama. Cukup, hentikan perdebatan ini."

"Kau yang memulai nya, aku belum menjelaskan-"

"Kau yang memulainya. Selalu saja hanya ada alasan yang kau ucapkan. Levi..jalani hidup baru mu-"

"Jika kau tahu aku masih mencintai mu..." Potong Levi cepat. Pria itu menatapnya lebih lembut dari sebelumnya nya.

Perlahan namun pasti ia genggam tangan wanita nya dengan pelan. Mengusap punggung tangan nya dengan ibu jari. Memberikan kehangatan disana.

"...hentikan perdebatan ini. Kau tidak bisa kembali mempercayai ku? Ku mohon. Aku masih mencintai mu."

Dadanya mendesir hebat. Aliran dasar bergerak cepat hingga dapat dirasa bahwa wajahnya mulai memanas.

"Pertunangan itu hanyalah bisnis. Ayah Petra akan menyumbangkan sebagian hasil lumbung panen nya pada pasukan ini. Membantu Erwin yang sedang memikirkan bagaimana cara mengisi stok makanan. Sekarang musim kemarau dan padi sedang susah tumbuh. Petra beserta ayahnya mengajukan ide ini."

"Dan kau menerimanya. Itu artinya kau memang Sudan benar-benar melepaskan ku." Timpal (name) lembut. Ia menunduk, menghindari iris kelabu Levi.

"Aku bisa membatalkan pertunangan nya."

"Tidak perlu, pasukan ini sedang sangat bergantung pada mu. Membuat mereka kelaparan hanya karena keputusan egois mu? Lagipula sepertinya Petra sangat mencintai mu. Lepaskan saja aku."

"(Name)-"

"Dengan begitu kita tak akan lagi memiliki hubungan. Kau mencintai ku? Aku justru membenci mu, Levi Ackerman."





Bersambung

Next?

Silahkan tinggalkan komentar dan vote. Terimakasih 😄

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top