3

Selamat membaca

Tidak ada salahnya untuk mendukung cerita ini dengan menekan tanda bintang dibagian pojok bawah sebelah kiri 😁 terimakasih


Komandan pasukan siap mati itu menekuk alisnya sebagai tanda bahwa ia tengah bingung. Ekspresinya berubah seperti itu setelah salah satu perwiranya, Levi menunjukan sikap aneh. Pria pendek ber-undercute tidak ingin masuk ke barisan lapangan dengan alasan bahwa ia memiliki kegiatan lain yang harus dikerjakan. Seingatnya ia belum memberikan tugas apapun lagi pada Levi yang tidak berhubungan dengan keprajuritan.

Hela nafas terdengar kecil, ia mendongak menatap langit senja, memperhatikan beberapa ekor burung yang terbang melalui tembok besar disana.

Kebebasan

Erwin menginginkan itu. Semua prajurit serta penduduk sipil juga menginginkan nya. Melawan manusia telanjang tidak normal dengan segenap jiwa dan raga. Sebagai komandan ia sudah mengorbankan banyak prajuritnya disetiap ekspedisi, alasan nya hanya satu yaitu perdamaian.

Kepala yang terangkat kembali turun, menatap barisan pasukan yang tengah melakukan peregangan. Safir birunya menatap sosok prajurit yang baru saja hilang. (fullname) ternyata ia mampu menyesuaikan diri dengan anggota baru. Erwin melihat wanita itu tengah berbincang ria dengan salah satu anak buah Levi, Petra Rall.

🌹🌹🌹🌹

Bahunya bertubrukan dengan seseorang yang menyebabkan segelas susu hangatnya tumpah. Ia refleks berjongkok untuk menyelamatkan susu yang masih tersisa.

"Ah..maaf saya tidak lihat."

Pelaku yang menabrak bahunya ikut berjongkok akan tetapi seperti nya menjadi sia sia. Nampak (name) kembali berdiri dengan senyum manis diwajahnya.

"Tidak apa."

"A-apa bahu anda sakit?" seseorang yang menabrak nya tadi meringis kecil ketika teman nya yang disebelah menyenggol perutnya dengan siku seraya berbisik, 'kau sih..makanya lihat lihat kalau jalan'

(name) menggeleng sejenak sebelum menjawab, "Aku tidak apa. Siapa nama mu?"

"S-Sasha Braush."

"Begitu. Nama ku (fullname) kita mungkin bisa menjadi teman yang baik. Pergilah ke meja mu aku bisa mengambil makanan nya lagi."

Merasa bersalah, Sasha tidak ingin lari dari apa yang ia perbuat. Dengan wajah serius ia mengatakan, "Biar saya saja yang mengantri untuk mengambil makanan anda!"

Dan hal itu tentu membuat beberapa orang disekitar mereka menoleh. (name) terkejut mendengarnya sekaligus merasa senang. Biarpun kadet baru ternyata rasa tanggung jawab mereka sangat besar. Wanita itu memejamkan mata sejenak seraya tersenyum kemudian kembali membukanya.

"Baiklah nona Braush kalau itu keinginan mu."

"Anda mohon menunggu bersama teman-teman saya, apa tidak masalah?"

"Sama sekali tidak."

Setelah Sasha mengangguk, teman disebelah yang menyikut perutnya tadi dengan siku segera mengajak (name) menuju meja mereka. Gadis bersurai blonde sebahu itu tampak imut, begitu fikir (name). Ia terlihat seperti malaikat. Ah..lihat safir biru indahnya. Tidak salah jika gadis bernama Crishta ini menjadi primadona angkatan kadet 104.

🌹🌹🌹🌹🌹

"Ada apa Levi?"

Hanji ikut menghentikan langkah ketika teman kecilnya itu menghentikan langkah kakinya.

"Aku makan diruangan saja."

"Tapi kenapa? Erwin menunggu mu disana."

Ia hendak berbalik sebelum Hanji benar benar menahan nya. Lengan wanita diletakan diatas bahu nya, merangkul nya dengan erat kemudian menarik paksa Levi menuju dapur umum.

Ada (name) disana dan ia dapat melihatnya dengan jelas. Wanita itu tengah berbincang ria dengan kawanan Eren, kadet angkatan 104. Levi menepis tangan Hanji dan melangkah lebih cepat meninggalkan nya.

"Oi Levi tunggu!"

Sialan, kacamata sialan. Suara nya yang keras berhasil menarik perhatian sebagian prajurit termasuk angkatan termuda. Ia berdecak lidah dengan raut wajah tertekuk yang terlihat menyeramkan.

Membuat salah satu angkatan 104, Sasha Braush memekik ketakutan melihatnya. Ia membungkuk hornat hingga Levi berlalu. Kemudian kembali melangkahkan kaki menuju meja tema-teman nya.

"Selamat malam Hanji buntaicho!" salam Sasha lantang.

"Ah..ya ya malam. Oi cebol tunggu!"

Sasha hanya menatap heran kepergian kedua petinggi itu.

🌹🌹🌹🌹🌹

Setelah mengisi perut hingga kenyang, mereka segera kembali ke kamar masing-masing. (name) tertawa pelan ketika Hanji mengutarakan sebuah guyonan konyol. Namun wajah cerianya hilang ketika wanita itu mulai membuat guyonan tentang Levi. Levi ackerman, seorang kapten pasukan khusus yang kabarnya telah bertunangan dsngan salah satu prajuritnya.

Ia menunduk, memperhatikan ujung sepatu yang bergerak menelusuri lorong. Hingga akhirnya kepala membentur sesuatu dengan keras hingga membuatnya hampir terjatuh.

"(Name) apa kau baik baik saja?"
Tanya Hanji setelah menahan tubuhnya.

"Ah aku baik baik saja."

"Levi kau ini bagaimana? Lihat lihat kalau jalan." sentak Hanji kesal

"Yang jalan dengan menatap ujung sepatu memangnya siapa?"

(Name) mengangkat wajah. Nafas tertahan dengan tatapan yang sama dingin nya dengan Levi. Situasi menjadi aneh dan Hanji mampu merasakan hal itu. (Name) maupun Levi tak ada yang berbicara walaupun mereka saling menatap.

"Aku ingin tidur, kenapa kau mengajak ku berputar jauh sih?" ucap (name) memutuskan kontak mata dengan Levi.

Ia menarik tangan Hanji dan berlalu begitu saja. Sengaja menyenggol bahunya dengan keras.

"(Name) tunggu, ada apa sebenarnya? Apa kalian marahan? Hei..."

Levi terdiam menatap punggung kedua wanita diujung lorong. Menunjukan ekspresi yang tidak dapat dibaca.

Ia harus bicara, mereka harus bicara.

Mengapa pertemuan pertama menjadi seperti ini? Tidak seperti yang Levi duga.

Ia juga masih tidak percaya dengan kenyataan ini. Bahwa prajurit yang hilang itu adalah seseorang yang sangat berharga sebelum ia memasuki survey corps.

-bersambung

-Next?

21 September 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top