25
Selamat membaca
Silahkan tinggalkan saran, kritik dan komentar ya ^~^
Saya lagi ngebut habiskan cerita ini sampai ending agar cepat selesai. Masih jauh mendekati ending jadi jangan kaget jika satu chapter bisa sampai 2k kata
{Punch}
Siang yang terik namun sudah jadi hal biasa untuk para prajurit berlatih di lapangan tengah hari seperti ini. Tak luput juga Levi yang ikut mengawasi jalan nya latihan. Memperhatikan kualitas prajurit nya, terutama Mikasa dan Eren. Kedua anak itu kuat, Levi mengakuinya dan ia saat ini berjalan mendekat.
"Kapten." Eren memukul samsak setelah melihat kedatangan sang kapten.
"Ku rasa tangan kecil itu akan patah jika kau memukulnya seperti itu. Minggir."
Levi menyelak, memberikan contoh latihan yang benar. Ia memasang posisi kuda kuda siap memukul. Salah satu tangan nya dikepalkan dengan kuat namun ekspresinya tetap datar.
"Seperti ini."
Bugh!
Beberapa kali samsak itu dipukul kuat oleh nya hingga kayu penyangga nya hampir patah. Membuat Eren ternganga tak bisa memberikan respon seperti apa.
"Kapten ini hanya latihan bukan?"
"Ya. Tapi jika kau hanya kuat saat ekspedisi lalu untuk apa adanya latihan?"
Eren mengangguk, ia kembali mengambil posisi akan tetapi sepertinya samsak itu tak lagi bisa digunakan. Kayu nya akan benar-benar patah jika ia memaksa berlatih di sana. Levi menyarankan nya untuk pindah tempat.
"Anu..kapten."
Langkah Levi tertahan, ia kembali menoleh pada Eren.
"Ada apa?"
Terdapat keraguan di wajah Eren, bocah lelaki itu terdiam beberapa saat untuk mengolah kalimat mungkin. Atau sedang mengumpulkan nyali untuk berbicara pada Levi.
"Soal (name) san, kami menemukannya."
Levi kira ada hal penting yang hendak Eren ucapkan, ternyata hanya itu. Pria itu lantas mengangguk kemudian pergi begitu saja.
Membuat Eren menyimpulkan jika Levi memang sudah menemukan (name) lebih dulu. Dugaan Armin tepat sasaran.
*********
Makan siang kali ini dapur umum terlihat sepi, sedikit prajurit yang memilih makan di tempat membuat Eren dan beberapa teman nya tidak lagi harus berebut meja makan. Terdapat banyak tempat yang kosong di setiap sudut.
Setelah meletakkan makanan dan mulai berbincang ringan, percakapan mereka terhenti ketika Levi ikut duduk diantara mereka, tanpa mengatakan sepatah kalimat apapun.
"Kapten?"
"Eren soal yang kau ucapkan tadi ku harap kau tidak mengatakan nya pada Hange maupun teman teman mu."
Di sana, Mikasa dan Armin menatap kapten nya dengan bingung.
"Maksud anda?" Armin bertanya.
"Eren memberitahu ku kalau kalian sudah menemukan (name). Ku harap hanya kalian yang mengetahui tentang hal ini."
Levi kembali melanjutkan makan siang nya, membiarkan anak buah itu menyimpulkan sendiri maksud dan tujuan Levi.
Ada tujuan tersendiri, ia tidak ingin hidup (name) kembali berantakan jika orang-orang dari masa lalu kembali berinteraksi dengannya. Ia tahu jika (name) sudah berjuang bertahan hidup sejauh ini dan (name) juga yang meminta Levi untuk menghentikan kasus nya.
Awalnya Levi tidak terima dengan keputusan (name) namun setelah wanita itu mengatakan alasan nya ia bisa mengabulkan permintaan (name).
(Name) bilang biarlah orang-orang jahat itu bersenang ria diatas penderitaan nya selama ia dan Viona tak lagi mendapat ancaman. Selagi mereka dapat hidup dengan normal seperti orang lain.
Levi mengabulkan nya.
(Name) juga meminta pada Levi jika ia masih mencintai nya maka tunjukkanlah dengan mencintai Petra juga. Dengan begitu akan terlihat jika Levi tulus.
Lucu sekali bukan?
(Name) terlalu mengutamakan hidup orang lain daripada kehidupannya sendiri.
"Kapten?"
Lamunan itu buyar ketika Armin memanggil namanya. Pikirannya terlalu jauh hingga tanpa sadar teh dalam teko telah habis.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Keributan terjadi dikediaman utama keluarga Rall. Jendela yang dihancurkan, pintu yang didobrak hingga rusak, serta peralatan rumah yang di rusak habis oleh sekelompok orang asing. Mendengar berita itu membuat Levi bergegas menuju rumah aya mertua dengan kuda yang dipacu cepat. Ia juga meminta Erwin menjaga Petra selama ia pergi.
Ada apa lagi sebenarnya ini?
Sesampainya di sana Levi menatap terpangu pemandangan berantakan dari halaman rumah besar keluarga Rall, kemudian ia segera turun dan mengambil pedang nya. Suara keributan masih terdengar jelas dari dalam sana.
"Wanita ini yang kau hancurkan hidup nya bukan?! Maka aku juga akan menghancurkan hidup mu sama seperti hidup nya!"
(Name) memekik pelan ketika rambut nya ditarik kuat oleh pria bersetelan hitam lengkap dengan penutup wajah.
Kedua tangan nya terikat serta mulut yang dibekap kain untuk menahan suara teriakan nya.
Di depan nya terdapat tuan Rall yang sedang bersimpuh ketakutan. Mereka saling bersitatap namun (name) tak mengharap apapun selain keselamatan Viona.
"Bagaimana bisa kau membuat hidup seorang janda anak satu seperti ini?!"
Bentak pria bersetelan hitam itu.
(Name) tidak mengenal siapapun orang-orang mengerikan ini. Ia menggeleng sebagai tanda pada Tuan Rall jika ia tidak mengenal siapapun di sini.
"Ayah!" Sebuah teriakan menginterupsi orang-orang yang ada di sana.
Langkah Levi tertahan ketika melihat (name) serta ayah mertuanya yang tengah disandera oleh orang-orang asing.
Pistol mendarat di pelipis (name)
"Jika kau bergerak kau akan kehilangan dia."
Kain yang berada di mulut terlepas dengan sendirinya akibat gerakan berontak (name)
"Tembaklah, orang itu tidak ada hubungannya dengan ku. T-t-tapi..hiks..tapi jangan anak ku." Ucap (name) dengan takut. Tubuh nya bergetar serta kedua mata yang tertutup rapat.
"Siapa kalian?" Levi berusaha tenang. Terdapat berbagai pertanyaan yang memutar di otak nya saat ini.
Mengapa ada (name) di sini?
"Letakan senjata mu."
Levi menurut, ia melempar pedang nya sejauh mungkin. Setidaknya untuk melepaskan (name) lebih dulu.
"Ku ulangi pertanyaan ku, siapa kalian."
"Sebelum itu aku ingin bertanya pada mu, kapten. Bukankah wanita ini juga termasuk bagian terpenting dalam hidup mu?"
(Name) memekik pelan ketika rambutnya kembali ditarik kuat. Mereka saling bersitatap, dengan wajah basah (name) menggeleng meminta Levi menjawab dengan jawaban yang sama.
"Lalu kau tahu alasan mengapa wanita ini menyembunyikan dirinya dari dunia?"
"Itu..."
"Itu karena orang tua bodoh yang ada di sana!" Orang itu menunjuk ke arah Rall.
"Dia yang membuat hidup wanita ini sengsara dan memisahkan kalian!" Lanjutnya.
"Lalu siapa kau? Apa hubungan nya dengan dia dan aku?"
"Aku? Aku hanyalah pembunuh bayaran yang merasa dikhianati oleh rekan kerja sendiri. Aku yang membuat wanita ini hidup di dalam kesengsaraan rasa takut! Aku yang membakar rumah beserta bibi tua di dalam nya! Aku yang membuat wajah ini kehilangan kecantikan nya hingga tidak dapat dikenali. Tapi itu semua karena adanya perintah."
"Jangan dengarkan dia, Levi!" Tuan Rall berteriak, ia mendapatkan pukulan pada wajah setelahnya.
"Kau mengakui tindakan kriminal mu di depan prajurit? Kenapa?"
"Karena aku sudah muak diperintah oleh orang tau itu. Dia tidak menempati janji yang sudah ia janjikan jika aku berhasil membuat hidup wanita ini sengsara dan menjauh dari mu."
"Dia tidak ada hubungan nya dengan ku! Aku tidak pernah memiliki hubungan hidup dengan nya!" (Name) berteriak menolak pernyataan yang orang jahat itu beberkan.
Suasana semakin mencekam ketika salah seorang dari mereka mengancam Rall untuk menandatangi sebuah kertas. Levi harus berbuat sesuatu, bagaimana pun juga orang itu adalah mertuanya sendiri.
Levi berlari kemudian memukul seorang yang tengah mengancam Rall. Pukulan telak mengenai wajah membuatnya terlempar beberapa meter.
"Kau?! Kau lebih memilih melindungi orang itu dari pada wanita ini?"
Levi membantu Rall berdiri kemudian membawa berlari.
"Kau memang kurang ajar, kapten!"
Tarikan pada rambut (name) di lepas kemudian dia mengambil pistol dari saku dan mengarahkan nya ke arah Levi maupun Rall.
Lebih tepat ke arah Rall. (Name) segera berdiri melihat hal itu dan tanpa fikir panjang berlari menerjang ke arah Rall. Menggunakan tubuhnya sebagai tameng agar peluru tak mengenai keduanya.
Kejadian naas yang terlihat cepat namun tak dapat Levi terima. Ia melihat (name) berlari ke arah nya, lalu menggunakan tubuhnya yang masih terikat untuk menghalangi peluru yang akan melukai mereka.
Tepat di depan mata.
Langkah Levi terhenti otomatis, membiarkan Rall terus berlari keluar rumah.
"(Name), (name)!"
Bergegaslah Levi menghampiri (name) yang telah bersimbah darah. Pakaian nya mulai ditutupi warna merah. Dilepaskan ikatan tangan itu lalu memeluk (name) dalam dekapan eratnya.
"Hei.. hei bertahan lah..aku akan menyelamatkan mu."
Tidak ada waktu untuk bicara, Levi segera membawa (name) ke dalam dekapan nya kemudian berlari ke arah kuda. Di luar rumah pasukan Erwin telah bersiaga, Levi bersyukur akan hal itu.
"Erwin tolong jaga Tuan Rall aku harus membawa (name)-"
"(Name)? Wanita ini (name)" Erwin bertanya dengan raut wajah terkejut, begitupun dengan Hange.
"Ya..tidak ada waktu untuk-"
"Serahkan (name) pada ku, biar aku yang mengobati nya."
Hange segera mengambil (name) dari Levi ke punggung nya. Tak menunggu jawaban Levi, wanita itu segera pergi dengan kuda yang dipacu cepat.
Pertarungan terjadi, para prajurit bergegas menangkap komplotan kriminal dengan cepat. Erwin memerintah prajurit untuk tidak membunuh pelaku. Kini tugas Levi adalah menemani ayah mertuanya.
Ucapan perampok tadi masih terngiang di kepala. Apa pria itu tengah mengungkapkan kebenaran?
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
(Name) tak sadarkan diri setelah diobati. Luka tembak nya mengenai titik vital dan membuat ia harus dibawa ke rumah sakit kota. Hange, Erwin, Levi dan Petra menunggu dengan gelisah di sana. Berharap dokter memberikan hasil baik.
Selang beberapa saat seseorang yang mereka nantikan keluar dari ruangan. Langkahnya langsung ditahan Hange.
"Bagaimana?"
Ekspresi sedih tercetak di wajah sang dokter. Memberikan jawaban tersirat akan kondisi (name).
"Maaf namun luka nya benar-benar mengenai titik vital hingga membuatnya koma."
Apa? Levi tidak salah dengar bukan?
Mengapa hatinya geram mendengar penjelasan dokter hingga membuat kakinya melangkah mendekat. Hingga membuat kedua tangannya mencengkram pundak dokter dengan kuat!
"Kau sudah memeriksanya dengan benar? Coba periksa sekali lagi!"
"Levi, Levi tenanglah." Erwin mencoba menenangkan sang kapten. Pria itu memahami perasaan nya.
Perasaan gelisah dan terpuruk ini juga ia rasakan begitupun dengan Hange dan Petra.
"Levi, dinginkan pikiran mu." Erwin berhasil membuat Levi melepaskan cengkeramannya kemudian merangkul Levi berusaha memberikan nya ketenangan.
Ini salah nya. Biarpun sejauh apa ia menjauhi (name), wanita itu masih saja merasakan kepedihan hidup. Sebanyak apapun usaha Levi untuk melupakan nya, hidup (name) masih tersiksa.
Tak ada isak namun Petra dapat melihat tubuh suaminya yang bergetar. Hange berinisiatif membawa Petra menjauh, agar fikiran ibu hamil itu tidak stress.
"Dia akan baik baik saja, serahkan pada Erwin."
******
Erwin membawa Levi ke taman belakang rumah sakit dengan memberikan nya secangkir teh hangat.
"Terimakasih."
Mereka saling terdiam. Lebih tepatnya Erwin menunggu Levi berbicara jika pria itu mau. Jika tidak, maka ia akan menemani nya sampai merasa baikan.
"Aku... orang yang buruk."
Erwin tak menanggapi ucapan Levi, ia menunggu nya hingga selesai bicara.
"Aku berhasil menemukan (name) tapi ada satu permintaan dari nya yang membuat ku bungkam. Ia ingin keberadaan tak diketahui oleh siapapun dari orang-orang di masa lalu..."
"...kasus pembakaran rumah itu ternyata (name) dan bibi sebagai korban. Luka bakar itu juga."
"Alasan (name) menjauh?"
"Karena Viona. Orang-orang itu mengancam hidup nya dan hidup Viona jika mereka tidak menjauhi ku."
"Kau sudah tahu dalang yang memerintahkan pelaku?"
Levi mengangguk, "Aku tahu."
Hela nafas terdengar, Erwin maupun Levi sama sama menatap hamparan langit yang luas.
"Saat ini apa yang akan kau lakukan?"
"Aku tidak tahu. Disatu sisi Petra sangat menyayangi ayahnya, disisi lain dia adalah dalang dari kasus kriminal."
"Apa alasan tuan Rall melakukan itu?"
Terdapat jeda sejenak. Levi mengambil nafas sebelum menjawab, kemudian menyembunyikan obsidian abu nya di balik kelopak mata.
"Agar putrinya dapat menikah dengan ku, aku suka atau tidak. Agar putrinya memiliki anak dengan ku sebagai pengikat sampai aku mati. Sampai aku tiada aku adalah milik Petra, ayah dari anak Petra."
Bersambung
Next?
02/08/22
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top