24

Selamat membaca
Silahkan tinggalkan komentar dan kritik atau saran ^~^
{Still Love You, Captain}

Acara besar dilaksanakan di halaman camp survey corp. Dilakukan atas kabar bahagia yang mereka dapatkan dari sang kapten terkuat. Kabar bahwa istrinya sedang mengandung membuat semua prajurit bahagia mendengarnya, maka dari itu mereka memutuskan membuat acara untuk menyambut calon bayi seorang manusia terkuat.

Erwin menyentuh pundak Levi hingga membuyarkan lamunan pria pendek itu. Mereka saling bersitatap untuk beberapa saat.

"Kau bisa melakukan nya bukan?"

Levi kembali menatap cangkir teh dalam genggaman.

"A. Itu karena aku tidak pernah menemuka keberadaan dia."

Eren yang mendengar percakapan itu seketika raut wajahnya berubah sendu kemudian ia menyenggol lengan Mikasa dan Armin serta mengajak mereka pergi, ada yang hendak ia katakan pada mereka.

"Ada apa Eren?" Mikasa bertanya setelah jauh dari halaman pesta

"Aku dengar percakapan kapten dan komandan. Komandan mengatakan bahwa kapten memang bisa melupakan (name) san namun jawaban kapten membuat ku sedikit sedih."

"Kenapa?" Armin ikut penasaran.

Terdapat jeda sejenak sebelum Eren menjawab.

"Kapten berhasil melupakan (name) san karena dia tidak berhasil menemukan keberadaan (name) san. Aku tahu dia tidak akan menyerah mencarinya tapi entah mengapa kapten berhenti."

"Sepertinya karena kapten mulai menerima keberadaan Petra san?"

"Sepertinya begitu, Armin. Aku tahu keberadaan (name) san."

"Sungguh?!" Mikasa terkejut begitupun dengan Armin.

Seketika Eren menyuruh mereka untuk menjaga volume suara agar tidak ada yang mengetahui keberadaan mereka di sana.

"Ya, aku tahu dimana (name) san dan aku hendak memberitahu keberadaan nya pada kapten. Tapi mengingat istrinya sudah hamil jadi kapten sudah pasti tidak lagi ingin teringat pada (name) san."

"(Name) san dimana? Aku tidak peduli pada Si kapten pendek itu, aku hanya ingin bertemu dengan (name)"

"Tunggu Mikasa. Aku akan mengantarkan kalian ke tempat nya, hanya kita bertiga."

"Jean dan yang lainnya tidak diajak?"

Eren menggeleng "Tidak, Armin. Mungkin (name) san memang sengaja menyembunyikan identitasnya dari dunia ini."

Ada benarnya juga. Pasti ada alasan mengapa (name) menyembunyikan identitas jika (name) masih merasa pantas mendapatkan uang negara sebab ia mantan prajurit. Pasti ada alasan mengapa (name) membuang uang kompensasi itu.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

"Ada apa, ayah?"

Suara lembut Sang putri membuyarkan sakit kepalanya. Ia menoleh kearah sumber suara. Petra berjalan masuk seraya menatap nya dengan khawatir.

"Tidak apa, ayah hanya memikirkan penerus usaha ayah."

"Begitu? Aku bisa melakukan nya jika ayah mau. Apa sesuatu hal buruk terjadi pada bisnisnya?"

"Sedikit. Investor ayah meminta kompensasi lebih awal dari tanggal yang sudah disepakati."

"Bagaimana dia bisa melakukan itu?"

Ayah Petra terdiam sejenak. Memilih suku kata yang tidak membuat Petra terkejut atau stress karena mengkhawatirkan nya.

"Mungkin mereka butuh uang, sudahlah sekarang tidur. Tidak baik ibu hamil tidur larut seperti ini."

Namun seorang putri akan terus terhubung pada perasaan ayahnya dan Petra menurut untuk tidak lagi khawatir agar ayahnya merasa sedikit tenang. Mungkin itu yang bisa ia bantu saat ini.

Setelah kepergian Petra ke kamar nya, tuan Rall berjalan keluar rumah lebih tepatnya menuju bagian belakang rumah. Jalan sedikit menjauh, menemui seseorang di balik pohon.

Sebuah interaksi tercipta di sana dan Levi hanya menatap nya dari balik pohon dengan diam.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

Usaha pangan keluarga Rall jatuh itu adalah kabar hangat yang tersebar minggu ini di kota. Membuat buah bibir baru dikalangan masyarakat menengah maupun bawah.

Masyarakat tahu jika perusahaan pangan keluarga Rall terkenal akan kelimpahan nya yang banyak. Tanah perkebunan nya yang luas serta kandang ternak yang berdiri di banyak tempat, lalu bagaimana usaha itu mengalami kemunduran?

Levi membaca koran paginya hari ini ditemani secangkir teh kesukaan nya. Obsidian abu itu menatap tulisan di koran dengan fokus, membaca setiap suku katanya, Petra ikut duduk menunggu reaksi Levi akan berita yang ia berikan.

"Begitu." Komentar pertamanya setelah selesai membacakan koran.

"Apa yang harus kita lakukan?" Petra bertanya, wajah khawatirnya sangat terlihat di sana.

Levi meletakan jari telunjuk pada keningnya kemudian membuat gerakan memutar perlahan di sana.

"Jangan mengkerut seperti itu, kau terlihat jelek. Tenanglah, ayah mu pasti bisa mengatasinya."

"Kau akan membantunya bukan?"

Tatapan kembali menatap koran dengan sedikit sendu.

"Akan ku usahakan. Bagaimana keadaan yang di sana?"

Levi kembali menatap Petra. Ia mengelus perut sang istri demi menyapa buah hatinya.

"Dia menendang setiap kali kau mengelusnya."

"Benarkah?"

Petra mengangguk, "Dia menyukai ayahnya saat diajak bicara."

Senyum tipis tercekat diwajah. Levi bangun dari duduknya kemudian mencium kening Petra untuk beberapa saat sebelum pergi bersiap.

"Aku berangkat, tetaplah di sini jangan pergi kemana pun."

Petra memberikan senyuman hangat pada Levi. Senyum hangat yang tulus walaupun Levi tak dapat melihat persamaan senyum nya dengan senyum (name).

Apa yang Levi fikirkan?

"Baiklah, aku akan menunggu mu."

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

Tubuh besarnya menghantam kotak kayu yang ada dibelakang, ia terpojok. Di depan nya terdapat tiga orang dengan senjata tajam di masing-masing tangan. Salah satu dari mereka berjongkok, mengangkat dagunya dengan ujung pisau.

"Kau melanggar janji mu, tuan Rall."

Wajah ketakutan tercetak jelas di sana. Keringat dingin mulai membasahi pelipis.

"M-maksud anda apa?"

"Jangan pura-pura lupa! Kau menjanjikan pada ku sebagian perusahaan mu untuk ku kelola setelah aku menyingkirkan wanita beranak satu itu bukan? Sekarang aku menagih janji mu."

"K-kau tahu jika usaha ku sedang menurun? Bahan bahan naik dan aku juga harus menjual nya dengan harga pasaran sekarang "

Kotak disebelah ditendang pria tubuh jangkung itu kemudian ia menarik kerah baju tuan Rall.

"Jika kau tidak menepati janji mu akan ku pastikan kalau hidup putri mu sama seperti wanita beranak satu itu."

Kerah baju dihempaskan, mereka berlalu pergi dari gudang penyimpanan yang sepi. Menyisakan tuan Rall dalam rasa takut yang mendalam.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺

Petra mual, itu yang menggambarkan situasi malam ini. Padahal sudah masuk bulan ke-enam tapi kegiatan mual khas ibu hamil masih sering terjadi. Membuatnya tidak mau makan atau minum dan hanya meminta hal yang aneh-aneh.

Contohnya seperti ini. Sang istri meminta hal pada Levi untuk menemaninya seharian. Tidak boleh pergi kemana pun bahkan bekerja. Lengan yang dipeluk erat itu membuatnya tak dapat bergerak, Levi tidak ingin pergerakan nya membuat Petra terbangun.

Sudah lima jam dan lengan nya terasa sangat kebas, mati rasa mungkin.

Ia jadi memikirkan bagaimana saat (name) mengandung Viona seorang diri di kota gelap itu. Kota kumuh yang terisolasi dan sangat tidak layak untuk ditinggali.

Ia jadi mengerti mengapa (name) sangat membenci nya saat ini. Ia mengerti bagaimana perasaan wanita yang kecewa, ia faham dan ia menerima kesalahan itu.

Ia bersalah.

Kemudian (name) memintanya nya untuk pergi dari hidupnya sebagai rasa penyesalan Levi jika ia menyesal. Ia ingat dengan jelas ekspresi memohon itu sampai (name) bersimpuh di kaki nya. Sebesar itukah rasa benci (name) pada nya?

Tidak kah manusia diberikan kesempatan sekali lagi? Setidaknya ia ingin tetap menjalin hubungan sebagai 'ayahnya Viona'

Bagaimana pun juga Viona adalah putri pertamanya.

Hela nafas terdengar. Levi memutuskan meletakan tangan Petra selembut mungkin karena ia ingin ke kamar mandi.

********

Kakinya berbelok ke tempat lain. Awal niatan ke kamar mandi justru kakinya membawanya ke padang rumput belakang markas. Tempat dimana prajurit berlatih.

Levi duduk dihamparan rumput dengan menatap langit malam yang indah. Rasi bintang terlukis di atas sana, banyak berbagai bentuk dan arti yang tidak Levi pahami.

Tempat dimana ia dan (name) saling berbicara.

"Kapten?"

Sebuah suara menginterupsi. Itu suster yang bekerja di survey corps untuk mengobati prajurit setiap pulang ekspedisi. Wanita paruh baya itu jalan mendekat lalu duduk di sebelah Levi.

"Selamat atas calon penerus anda."

"Terimakasih."

Jeda sejenak. Suster ikut melihat ke arah Levi melihat. Menikmati rasi bintang dengan perasaan yang berbeda-beda.

"Gerangan apa yang membuat anda keluar di jam selarut ini?"

"Ah..hanya ingin mencari angin segar."

"Bukan untuk menjernihkan hati dan pikiran?"

Levi menatap Sang suster dengan tatapan heran. Wanita itu bisa membaca pikiran orang lain? Begitu fikir Levi.

"Saya rasa saya harus mengatakan ini pada anda soal (name). Biarpun anda sudah mencintai Petra namun Viona tetaplah putri anda, bukan?"

Suster juga mengetahui soal putrinya? Mungkin (name) bercerita pada nya.

"(Name) san orang yang baik dan juga cerdas. Sebelum dikirim ke kota bawah dia anak yang aktif dan bijaksana. Kemudian kabar mengenai hilangnya (name) membuat satu divisi panik termasuk kepolisian. Aku kira dia terbunuh di sana namun nyatanya ia hanya terjebak dengan seorang pria yang ia cintai..."

"... Alasan (name) menunda kepulangan nya karena pria itu. (Name) juga mengatakan dia tidak akan pernah membenci pria itu walaupun ia sudah ditinggalkan seorang diri. Mengandung sendirian di tempat seperti itu tidaklah mudah. Ia sudah beberapa kali hampir keguguran karena tersenggol perampok atau terjatuh, tapi tekadnya untuk merawat bayi nya sangat kuat yang membuat Viona lahir..."

Sang suster menatap Levi yang kini tengah menatap nya dengan ekspresi terkejut. Obsidian itu sedikit membesar.

"... Sepertinya anda juga sudah bertemu dengan nya ya? Fisik cantik menawan itu hilang, apakah perasaan yang disini masih sana seperti dulu?"

Sang suster bertanya seraya menyentuh hatinya sendiri.

"Aku... (Name) yang meminta ku untuk menjauh dari hidupnya. Mungkin dengan seperti ini akan membuat (name) hidup dengan nyaman."

"Entahlah. Ada alasan mengapa (name) melakukan itu bukan? Dia berjanji tidak akan pernah membenci mu."

🌺🌺🌺🌺🌺🌺

Hari ini Levi menemani Petra jalan jalan santai sesuai keinginan nya. Ia ingin roti yang dijual di pasar kota. Roti lezat yang terkenal akan kualitasnya.

Roti milik (name).

Ia sudah siapkan hati jikalau berpapasan dengan (name). Memasuki toko roti, sejauh obsidian nya memandang ia tak melihat (name) maupun Viona di sana.

Tunggu, kenapa dia takut? Seharusnya ia bersikap biasa saja bukan?

Petra berjalan mendekati etalase dekat kasir. Memilih rotinya langsung dari sana. Sepertinya baru keluar dari oven karena wanginya sangat tercium.

"Dimana pemilik toko nya?"

"I-itu, beliau sedang cuti jadi tidak bisa datang ke sini."

Petra mengangguk faham. Ia kemudian membayarnya lantas pergi dari sana. Melanjutkan jalan jalan santainya.

🌺🌺🌺🌺🌺

Dari luar toko ia melihat Levi beserta Petra berjalan ke arah toko. Dengan cepat ia membawa Viona dan meminta pegawai untuk mengatakan jika ia sedang cuti saat mereka menanyakan keberadaan nya.

Dari balik pintu dapur ia dapat mendengar pertanyaan Petra. Dugaan nya tidak meleset, wanita itu memang akan menanyakan keberadaan nya.

(Name) tidak takut pada Petra, melainkan ia tidak ingin bertemu dengan Levi. Ia tidak ingin usaha Levi untuk melupakan nya menjadi sia-sia. Bukankah itu yang ia inginkan dari Levi? Ia yang meminta Levi untuk membuangnya dari kehidupannya.

Kabar kehamilan Petra itu juga sudah terdengar oleh (name), itu artinya usaha Levi untuk melupakan nya berhasil. Pria itu tak lagi meletakan dirinya dihatinya, sudah ada yang terisi di sana.

Posisi Viona juga tak lagi berarti untuk Levi, tak apalah ia juga bisa merawat Viona seorang diri.

Demi keselamatan ia dan putrinya dari ancaman ancaman itu.

Kehamilan Petra menandakan jika Levi sudah bisa melepasnya dari kehidupan.

Syukur jika begitu.


Bersambung

Next?

30/07/02

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top