21
Selamat membaca
Tidak ada salahnya untuk meninggalkan vote. Terimakasih ^~^
M
aaf jika ditemukan beberapa typo, saya hanya manusia. Tempatnya salah hehe :D
{Hope you still here}
Selamat membaca
Debat kecil itu menyisakan diam di rumah. Hening menyapa, membiarkan detik jam memenuhi ruangan, menjadi saksi bahwa kedua insan yang saling mendiami selama tiga hari itu tak kunjung menyapa.
Bukan tidak ada yang mengalah namun lebih ke gengsi menyapa lebih dulu.
Petra menunggu Levi menyapa nya sementara Levi hanya akan membuka suara jika diajak berbicara. Untuk apa dia membuang tenaga jika Petra saja tidak mengajaknya bicara.
Wanita itu mungkin masih marah perihal debat kemarin lusa. Levi tak bisa memenuhi ajakan Petra yang ingin mengunjungi kota bawah tanah sebagai tujuan rekreasi pasangan.
Alasan nya sederhana. Di sana bukanlah tempat yang aman untuk dijadikan tempat wisata. Banyak nya angka kriminal membuat kota bawah tanah menjadi tempat yang ilegal dimasuki tanpa adanya surat izin masuk.
Bukan hanya itu juga alasan nya. Selama Levi mengingat kalimat 'kota bawah tanah' ia akan terus teringat pada sosok nya. Sosok yang ia rindukan hingga saat ini.
Tiba-tiba terbesit sebuah ide cemerlang. Koran yang ia baca ditutup lalu dilipat kemudian ia letakan di atas meja. Meraih jaket dinas nya lalu pergi mengambil kuda.
"Aku pergi sebentar, teringat sesuatu." Hanya itu kalimat pertama yang ia ucapkan setelah berdebat kemarin lusa.
Tanpa menunggu jawaban sang istri, Levi memacu kudanya ke arah Timur.
Tempat bibi yang merawat Viona berada.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Seperti biasa toko itu selalu ramai pengunjung. Berbagai kalangan usia memenuhinya. Konsep keluarga yang sangat pas, mengajak keluarga pergi makan di luar adalah mengunjungi toko ini sebuah pilihan yang tepat.
Berkecak pinggang, sang pemilik tersenyum senang melihat wajah bahagia pelanggan nya. Lelah namun ia puas dengan hasil hari ini. Terimakasih kepada beberapa pegawai yang sudah membantunya membesarkan toko.
Tangisan seorang bayi menarik perhatian, ia menoleh ke arah sumber suara. Di bagian ujung toko terdapat satu keluarga, ibunya terlihat repot menenangkan sang bayi sementara ayahnya hanya sibuk menikmati makanan. Bayi itu ingin ASI, terlihat dari wajah kebingungan sang ibu. (Name) pun berinisiatif mendekatinya.
"Apa anda perlu bantuan?"
Wanita paruh baya itu menolah ke arah nya. "Ya. Apa di sini ada tempat untuk menyusui?"
Ah benar. Sebesar apapun tokonya ia lupa harus mementingkan kebutuhan bayi dan balita dengan membuat ruangan menyusu. Ide itu bisa ia wujudkan kedepan nya sebagai rencana.
"Maaf untuk sekarang toko ini belum memilikinya tapi jika anda berkenan, anda bisa menggunakan dapur kami."
"Ah terimakasih."
Saran pelanggan adalah perkembangan baru bagi tokonya.
Wanita itu segera pergi ke dapur yang telah (name) tunjukkan. Masalah pertama beres.
Obrolan selalu memenuhi ruangan dari ujung ke ujung. Pembahasan nya selalu berbeda. Entah urusan pribadi sampai rumor yang tengah beredar saat ini.
"Hei apa kau tahu pasangan kapten Levi dan nona Petra?"
"Iya iya tau. Mereka romantis sekali ya."
"Tapi apa kau tidak kasihan melihat reaksi kapten yang dingin? Padahal nona Petra sudah berusaha menjadi ceria untuknya."
"Benar benar. Kapten terlihat seperti tidak mencintai istrinya ya. Apa itu karena wanita itu?"
"Bukankah kabarnya dia sudah mati? Rumahnya ditemukan terbakar habis."
Tubuhnya hanya terdiam sebagai respon ketika pembicaraan di toko berubah drastis namun ia masih bisa mengontrol mimik wajahnya.
Rumor tentangnya yang sudah mati itu ternyata membuatnya terlindungi dari orang-orang yang meneror waktu itu, juga melindungi Viona dari mereka.
Alasan orang-orang itu tak lagi mengejarnya karena rumor itu. Dari sini (name) berfikir apakah luka di wajahnya adalah sebuah anugerah atau kemalangan karena membuatnya tak lagi terlihat cantik dan menarik.
Luka ini memang membuatnya selalu ditatap intens oleh pelanggan baru atau gadis muda yang mampir ke toko. Hal itu pernah membuatnya merasa tidak lagi memiliki keberuntungan.
Akan tetapi jika wajah buruk ini membuatnya terlindungi maka (name) harus mensyukuri nya.
Melepaskan Levi dari hidupnya merupakan pilihan terbaik.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺
"Mereka sudah pindah, kalau tidak salah sudah satu tahun yang lalu? Ah..saya lupa. Memangnya ada keperluan apa, tuan?"
Harapan besar untuk mencari info kecil tentang (name) hilang sudah. Mungkin memang Levi tak lagi harus mencarinya, hanya ada jalan buntu yang ia temui setiap mencari informasi.
Padahal sang bibi adalah satu satunya harapan untuk Levi.
Setelah berpamitan dengan pemilik rumah yang baru itu, ia kembali memacu kudanya dengan wajah suram. Bagaimana ia bisa kembali di saat rumahnya saja sudah hilang.
Biarpun ia memiliki Petra. Sejujurnya Levi hanya menghargai wanita itu sebagai istrinya. Rumah satu satunya adalah dimana (name) berada.
Bahkan jika (name) tak lagi ada di dunia ini.
*******
Sebelum pulang ke tempat Petra, tiba-tiba terbesit ide untuk membelikan nya sesuatu sebagai permintaan maaf. Ia juga jengah dengan situasi canggung yang terjadi. Bukan salah siapapun dan kecanggungan itu harus segera diselesaikan.
Ia mampir sejenak ke toko roti kesukaan Petra untuk membeli beberapa roti dan dessert kesukaannya.
Setelah mengikat tali pengekang kuda ditempat yang tersedia, perhatian nya teralih pada seorang anak kecil yang sedang asyik bermain istana pasir di samping toko seorang diri. Levi mendekati gadis kecil itu hanya sekedar untuk berbincang kecil.
Namun langkah Levi terhenti ketika melihat luka bakar di punggung atas gadis kecil itu. Mungkin gadis ini anak si pemilik toko. Luka bakar tak hanya di satu sisi, terdapat luka lain di lengan atas sebelah kiri juga betis bagian kanan.
Keberadaan Levi yang terlalu lama di sana membuat gadis kecil menyadarinya. Wajahnya menoleh menatap dengan heran, wajah polos yang begitu lucu. Iris obsidian yang unik menarik Levi ke dalam nya.
"Astaga Vivi ibu mencari mu, ternyata ada di sini."
Suara interupsi dari arah lain membuyarkan tatapan nya dengan si gadis. Benar perkiraan nya bahwa gadis kecil itu adalah anak si pemilik toko.
"Ah kapten, maafkan anak saya yang suka tidak sopan menatap orang lain." Ucap si pemilik toko seraya menggendong anak nya.
"Tidak perlu minta maaf, seharusnya aku yang berkata begitu."
Karena dia memperhatikan luka anak-anak dengan lama dan itu membuat gadis kecil merasa tidak nyaman.
Seperti dapat membaca fikiran Levi, si pemilik toko tersenyum kecil.
"Apa karena luka nya?"
Tak ada ekspresi lebih yang Levi tunjukan dari tebakan tepat si pemilik toko, ia hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Luka ini ia dapatkan satu tahun yang lalu dari insiden itu. Berkat tuhan kami masih diselamatkan. Saya tidak masalah jika tubuh saya penuh dengan luka bakar seperti ini tapi tidak dengan Vivi. Hati saya juga sakit setiap melihat lukanya."
"Apa anda tidak ingin membawanya ke dokter? Luka anda sebaiknya juga-"
"Saya sudah membawanya dan ini proses penyembuhan." Potong si pemilik toko
"Terimakasih sudah memperhatikan kami. Apa anda ingin masuk?"
Levi sekali lagi mengangguk. Sedari si pemilik toko menjelaskan, ia terus saja menatap Vivi cukup lama. Tubuhnya memang penuh luka namun wajah lucu itu masih terselamatkan. Penarik perhatian nya ada di obsidian abu milik Vivi.
Netra itu persis seperti milik nya.
"Jika boleh saya tahu siapa nama anda, nona?"
Terdapat jeda yang cukup lama. Respon si pemilik toko itu juga terlihat enggan memberitahu namun Levi tahu jika aparat sipil menanyakan informasi pada orang awam maka mereka wajib memberitahu nya.
"Nama saya Lyana."
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Langit gelap menutupi kota. Senja sudah terbenam sejak tadi. Musik alam dari makhluk nokturnal mengisi keheningan disertai angin yang berhembus lembut.
Dengan pengandalan cahaya dari lilin, (name) menyanyikan lagu tidur kesukaan Viona seraya menepuk nepuk pelan tubuhnya. Wajahnya sendu setiap kali menatap wajah tidur Viona yang begitu nyenyak.
Rumah kecil ini sudah lebih dari cukup untuk nya. Hidup dengan aman tanpa ada lagi yang meneror.
Ia ingat dengan jelas kejadian menyeramkan setahun yang lalu. Setiap malam akan ada yang melempari jendela nya dengan batu, mengotori pintu depan nya dengan kotoran hewan, membuat halaman nya kotor dengan sampah serta tulisan 'tinggalkan Levi' yang terbuat dari darah hewan. Bahkan tak jarang terdapat bangkai hewan di depan rumahnya serta cemoohan warga sekitar yang mengatakan rumor buruk tentang dirinya dan Viona.
Rumor tentang Viona bahwa dia anak haram memang ada benarnya namun sebagai ibu ia tidak ingin Viona hidup di dalam caci maki. Ia tidak ingin Viona tumbuh lalu bermain bersama teman yang akan mencaci nya.
Saat kejadian pembakaran rumah oleh orang tak dikenal itu tiba hingga menewaskan bibi, (name) memutuskan untuk mengubah identitas dan tak lagi mengharapkan Levi.
Ia sudah cukup kehilangan bibi. Hidupnya akan lebih hancur jika Viona juga meninggalkan nya.
Pilihan mengubah hidup dan melepas Levi adalah pilihan yang benar. Dengan pindah, membuka usaha baru, identitas serta wajah baru yang tidak dikenali siapapun, (name) dapat hidup dengan tenang bersama Viona.
Di tempat ini tak ada cemooh lagi dan rumor itu hilang seketika. Rumor tentangnya hilang setelah beredarnya kabar pernikahan Levi dan Petra.
Dari sana (name) tahu dalang yang meneror nya selama ini. Ia tidak bisa membalaskan dendam bibi karena keselamatan Viona.
Orang-orang yang melihat Viona pasti akan bertanya mengapa netra abu nya mirip dengan Levi. Atau wajahnya yang sekilas mirip dengan kapten kuat itu.
Yang pasti waktu itu akan datang. Waktu dimana semua orang mengetahui identitas aslinya. Namun untuk sekarang ia hanya harus menikmati hidup dengan terus menjaga Viona.
Mungkin ia akan menambah karyawan dan mengandalkan toko itu pada mereka hingga membuat Viona tak sering dilihat orang lagi. Usia Viona baru tiga tahun, soal pendidikan ia bisa mengajari gadis itu seorang diri.
Kening Viona ia kecup kemudian (name) ikut terlelap di sebelah nya.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Entah terdorong karena apa Levi mengulik informasi tentang toko roti itu. Seharusnya ia tidak mempedulikan dan semua orang tahu hal itu. Toko roti itu tak ada hubungan nya dengan kehidupan nya bukan? Lalu mengapa Levi penasaran?
Tidak, ia tidak penasaran. Ia hanya iba dengan luka yang dimiliki Lyana, si pemilik toko serta Vivi, anak nya.
Levi yakin usia Lyana tak berbeda jauh darinya. Hanya luka yang membuatnya terlihat seperti wanita paruh baya. Suara Lyana juga masih terdengar lembut layaknya wanita usia dua puluh lima-an. Sudah seminggu sejak ia mengumpulkan informasi dan yang ia dapatkan tidak banyak dan tidak penting juga.
Lyana adalah warga pindahan dari distrik Orvuds . Alasan ia pindah karena rumahnya terbakar. Sebelum pindah ke distrik ini, Lyana sudah berpengalaman dibidang roti dan dessert serta mempunyai toko di sana.
Anak satu satunya bernama Vivi, tak memiliki ayah dan status ayah nya juga masih tidak diketahui.
Diingat-ingat juga Lyana tidak pernah memakai cincin apapun di jari nya. Mungkin saja wanita itu melepaskan nya untuk melupakan kejadian buruk yang terjadi pada pernikahan nya.
Dengan kata lain Lyana adalah seorang janda anak satu. Toko itu adalah satu satunya sumber kehidupan nya.
Levi memijat pelipis, pening memutari kepala nya. Informasi sedikit ini tak cukup menjawab rasa penasaran itu. Sebab apa rumahnya terbakar. Jika hanya kebakaran biasa, Lyana tidak mungkin sampai harus pindah ke distrik yang lebih jauh, dan lagi netra yang dimiliki Vivi serta wajah imutnya mengingat kan ia pada Viona kecil.
Hatinya bergemuruh saat ini. Ada bisikan yang mengatakan bahwa Lyana dan Vivi memiliki hubungan dalam hidupnya.
Namun apakah pantas jika mengharapkan Lyana adalah (name) yang menghilang disaat Petra sudah menjadi istri nya?
Namun sungguh ia sangat merindukan (name) dan masih ada sedikit harapan bahwa wanita itu masih hidup. Hidup dengan aman entah dimana.
Bersambung
Lanjut?
1/06/22
Saya mau lanjut chap berikut nya. Silahkan ditunggu kritik dan saran nya ya ^~^
Jangan lupa vote nya juga jika kalian suka chapter ini
Terimakasih sudah membaca
1859 kata
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top