17
karena slow update ya hehe.
Selamat membaca!
°
°
Ruangan kecil namun tidak pengap udara itu mendadak hening setelah Hange dan Erwin izin pamit meninggalkan mereka berdua. Levi tahu benar apa yang kedua manusia aneh itu pikirkan namun memang itu yang Levi butuhkan saat ini.
Bicara berdua dengan (name)
Harus ada yang diluruskan dan dibenarkan. Mereka hanya kurang komunikasi. Salahkan saja Levi yang terlalu takut kejujuran nya akan membuat sosok (name) pergi dari hidupnya. Namun dipandangan sisi lainnya (name) juga turut bersalah. Kesalahpahaman nya selama ini yang membuat hidupnya sendiri menderita.
Andai saja saat itu, saat ia melihat Levi kembali ke kota bawah tanah ia tidak pergi. Andai ia menghampirinya saat itu mungkin kejadian saat ini tidak akan pernah terjadi.
Mungkin mereka tidak akan duduk berdua di dalam kamar kecil seperti ini.
"(Name)"
"Levi"
Suara mereka keluar secara bersamaan dan hal itu membuat suasana semakin canggung.
"Kau saja dulu." Ucap (name) dengan senyum malu malu.
Sejenak Levi menatapnya dengan lekat sebelum menjawab. "Baiklah kalau begitu."
Kapten pasukan terkuat itu mendekatkan diri. Duduk di pinggir kasur membuatnya kurang nyaman namun dengan ini ia bisa lebih dekat dengan (name).
"Bolehkah aku meminta satu hal dari mu?"
"Tergantung permintaan mu."
Mungkin sebut saja urat malunya sudah putus hingga Levi kini berani menyentuh pipi pucat (name) dengan lembut. Mendekatkan wajah namun masih menjaga jarak demi kenyamanan wanita satu anak itu.
"Jangan pernah meminta ku pergi. Biarkan aku tetap berada di sisi mu dan Viona."
Iris cantik yang dihiasi bulu mata lentik ditatap lekat oleh pemilik obsidian. Hening kembali menyelimuti, terlihat sekali bibir yang sedikit kemerahan itu hendak bergerak mengucapkan sesuatu namun tertahan.
"A-ap- maksud ku tentu saja. Aku saat ini tidak masalah kau ada di dekat ku namun Levi."
Tangan pucat Levi yang berada di pipi digenggam erat.
"Apa kau tahu alasan ku keluar dari pasukan? Bukan karena penghinaan yang ku dapat, melainkan keputusan Petra dan kau. Aku tidak boleh egois-"
"Sepertinya kau keliru." Levi memotong cepat. Ia balas menggenggam kuat tangan (name)
"Pertunangan itu sudah ku batalkan dan Erwin berencana memindahkan markas ke tempat yang memiliki tanah subur dan strategis."
"Tunggu, kau membatalkan nya? Kau akan kehilangan orang yang mencintai mu, bodoh."
Tipis namun (name) dapat melihat guratan senyum dari bibir Levi. Tatapan nya tetap datar namun ia melihat ada rasa sayang di sana.
"Aku hanya akan merasa kehilangan jika tidak melihat mu lagi. Cukup kesalahan yang ku perbuat pada mu dan biarkan aku memperbaiki nya. Apa kau keberatan?"
Membiarkan Levi memperbaiki kesalahan artinya kembali menerima Levi ke dalam hidupnya secara perlahan. (Name) memang masih memiliki perasaan yang sama sampai saat ini namun ia tidak yakin apakah keputusan itu bijak, benar, atau salah. Ada hal besar yang ia takutkan jika menerima penawaran Levi.
Ia takut keselamatan Viona terancam. Seperti kejadian hari ini.
"Aku tidak keberatan tapi bagaimana dengan mereka yang mendukung pertunangan mu itu? Sepertinya banyak prajurit yang tidak akan menerima ku lagi."
"Kau hidup dengan mendengarkan ucapan orang lain? Memangnya mereka siapa hingga punya hak mengatur kehidupan mu? Atau kehidupan ku. Ikutlah, di sini tidak aman."
(Name) menggeleng. Ia menolak tawaran Levi yang satu ini. Ikut dan tinggal di markas sama saja menjilat kembali ludah yang sudah dibuang. Bukan hanya reputasinya yang memburuk namun pandangan prajurit pada putrinya nanti.
Mereka akan menatap ke arah Viona dengan tatapan benci atau jijik dengan embelan 'anak tidak sah'
"Lebih baik aku tinggal di sini. Ada bibi yang selalu menjaga ku."
"Kalau begitu akan ku kirim angkatan 104 untuk menjaga rumah mu."
"Tapi itu-"
"Ku mohon jangan menolak lagi, (name). Asal kau tahu saja mereka yang menawarkan diri. Jika kau masih ingat dengan gadis bernama Sasha dia selalu berisik menanyakan pada ku soal kau."
Hatinya mencelos seketika. Kenangan hangat tentang kebersamaan nya dengan angkatan 104 itu berputar kembali. Ya dia merindukan mereka. Anak anak muda yang memiliki rasa menghargai yang tinggi.
Tanpa ragu (name) akhirnya menyetujui penawaran Levi. Ia merindukan mereka, sungguh.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Levi tidak membenci cara Petra mencemari nama baik (name) dikalangan prajurit wanita, ia hanya tidak menyukai nya. Tidak pantas seorang lelaki menegur wanita hanya masalah seperti ini. Bukan bidangnya, maka dari itu ia membutuhkan seorang rekan wanita lain yang dekat dengan (name).
Tentu saja Hange jawaban nya.
Hanya wanita gila itu yang menyayangi (name). Hanya Hange yang mempercayai nya.
"Kau sudah dengar gosip belakangan ini? Sepertinya (name) semakin banyak dibenci setelah mereka mendengar kabar kau membatalkan pertunangan."
Teh dalam cangkir antik diseruput nya dengan tenang. Terlihat tenang di luar namun tidak dengan hati dan fikiran.
"Dari mana mereka mengetahui kabar itu?"
"Ku rasa Petra sendiri. Dia menceritakan pada teman nya lalu teman nya bercerita lagi pada banyak orang."
"Petra tahu hal ini namun dia diam saja dan tidak menemui ku?"
Hange mengangkat bahunya, "entahlah. Mungkin dia malu untuk menemui mu."
Levi menghembuskan nafas beratnya perlahan. Mencoba mengurangi beban yang ada difikiran nya.
"Ku harap dia tidak langsung menemui (name)."
"Kau sudah mengirimkan dua orang dari angkatan 104 itu kan? Siapa? Mikasa dan Armin?"
Levi mengangguk singkat, ia kembali menghabiskan sisa teh di dalam cangkir kemudian beranjak pergi.
"Mau kemana?"
"Meluruskan hal yang harus diluruskan."
Ia harus menemui Petra dan bicara berdua. Harus ia lakukan sebelum hal buruk benar-benar akan terjadi. Lirikan prajurit padanya yang mengintimidasi membuatnya risih namun ia masih dapat menahan kekesalan nya.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
"Jadi kapten memutuskan untuk memilihnya?"
Suara lembut Petra terbawa angin sore. Di sini bukan salah Petra, wanita itu tidak jahat, hanya saja rasa cemburu nya pada (name) yang membuat hatinya tertutup.
Levi yakin Petra tidak mengetahui kejadian buruk yang menimpa (name) selama ini. Orang-orang itu hanya mempercayai apa yang mereka dengar, bukan apa yang mereka lihat.
"Lagipula (name) memang cocok dengan anda. Kalian sama sama dewasa."
"Bukan masalah cocok atau dewasa nya, namun bagaimana hati memilih. Maaf membuat mu berharap selama ini."
Petra menggeleng, menolak pernyataan maaf Levi dengan senyum yang mengembang.
"Saya senang selama ini bisa mencintai anda. Mungkin anda tidak akan pernah memilih saya namun biarkan saya tetap menyimpan perasaan ini."
Obsidian itu menatap wanuta bersurai karamel untuk beberapa saat.
"Petra, jangan simpan perasaan menyakitkan itu. Lepaskan dan biarkan orang lain memasuki nya. Aku sangat menghargai mu sebagai anak buah ku."
Tangan nya mengelus surai karamel dengan pelan untuk beberapa saat.
"Kau wanita yang baik. Jangan biarkan rasa sakit menutupi hati mu. (Name) merindukan mu, itu salam darinya."
Setelah ucapan terakhir itu, Levi melenggang pergi membiarkan Petra merenungi pembicaraan yang tadi.
Membiarkan wanita itu melepaskan air matanya dengan puas. Dengan begitu Petra dapat melepaskan perasaan nya juga.
Begitulah perempuan, itu yang Levi pelajari dari (name).
Wanita bisa melepaskan perasaan nya namun tidak dengan kenangan. Levi tidak masalah dengan Petra yang ingin menyimpan kenangan bersamanya.
Ia juga tidak menolak untuk melupakan kenangan dengan wanita itu. Bagaimana pun juga mereka kini terikat hubungan kapten dan anak buah, tentu saja akan sering bersama dan menghabiskan waktu untuk memperkuat ikatan tim.
Ya, Levi tidak masalah. Itu hanya kenangan bukan hati.
Kini pria itu tahu jika hati bimbang dan delimanya selama ini telah diisi oleh (name) sejak dulu hingga sekarang.
Apa yang ia lepas dulu tak akan ia biarkan lepas lagi. Hanya menunggu waktu hingga (name) benar-benar kembali menerima nya.
Bersambung
29 Desember 2021
Next?
Diusahakan ch selanjutnya update saat malam tahun baru. Harap tetap stay di cerita ini ya ^~^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top