16

Maaf karena slow update ya hehe.
Selamat membaca!
°
°
°

Sebenarnya bukan cuaca yang membuat tubuh nya merasa tidak enak atau jadwal makan yang tidak teratur, melainkan kedatangan seseorang yang sebenarnya ia nantikan sedari tadi namun ketika sosok itu telah datang semua rasa tegang karena menunggu nya hilang seketika. Sebaliknya, ia berharap tidak melihat Levi saat ini.

Iris kelabu menatap nya datar akan tetapi ia merasakan hal lain saat balas menatap nya. Dari ambang pintu kamar ia berjalan masuk, mendekat ke tempat nya terbaring saat ini.

"(Name) kau baik baik saja?"

"Kenapa baru datang?" Ia bukan menjawab pertanyaan Levi melainkan memberikan nya pertanyaan kembali.

"Maaf... Ada hal yang harus ku urus." Pria itu duduk di tepi tilam nya, menatap dengan perasaan bersalah.

"Lupakan saja, nasib baik Hanji dan komandan datang lebih dulu. Bagaimana kabar kalian? Pemerintah masih membenci?"

Hange salah tingkah ketika (name) justru melempar tatap padanya, awalnya ia terdiam sejenak di detik kemudian ia mengerti maksud (name). Ia secara refleks menyikut perut Erwin untuk mengajak nya ikut ke dalam topik pembicaraan.

(Name) tidak ingin membuka pembicaraan dengan Levi, itu yang Hange tangkap. Sejujurnya ia lebih iba terhadap Levi yang diabaikan begitu saja oleh (name), wanita itu seolah sangat enggan menatap nya. Ia tidak tahu bagaimana perasaan Levi saat ini.

"Begitulah. Terdapat banyak isu buruk tentang survey corps namun kami masih bisa mengatasinya." Erwin kali ini ikut menjawab.

Mungkin komandan satu itu sudah tidak tahan melihat kecanggungan yang terjadi. Ia mencolek siku Hange dan memberikan kode untuk meninggalkan(name) dan Levi berbicara.

"Ekhm...(name) aku lapar apa kau masak? Tidak sopan memang, haha. Tapi aku lapar."

Senyum manis terukir di wajah mantan kekasih Levi itu.

"Ada, bibi tadi sudah memasak. Ada kari dan salad di dapur. Hanya itu yang kami punya."

"Tidak masalah... Ada makanan saja lebih dari cukup. Ayo Erwin, kau yabg mengajak ku untuk makan kan?"

Melihat dari ekspresi Erwin, pria itu seolah berkata 'kenapa jadi aku yang kau tumbalkan?' hanya untuk sekedar pergi. Padahal bawahan nya itu bisa saja meminta izin yang lebih logis pada (name)

"Y-ya... Begitulah." Jawab Erwin seraya mengelus leher belakang.

"Kalau begitu ayo!"

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

Levi tahu rencana Hange dan Erwin pergi untuk makan yang sebenarnya. Pria itu tahu dengan jelas apa yang mereka inginkan darinya namun, ia belum siap juga mendengarkan atau menerima pernyataan buruk (name) padanya. Ia tidak masalah jika wanita itu ingin mencaci nya, memukulnya atau meluapkan emosi namun tidak dengan menangis. Levi tidak akan bisa menatap wanita itu jika menangis karena kesalahan nya.

Ia lebih suka dihina daripada membuat seseorang menangis.

"Bagaimana kabar mu?"

(Name) membuka pembicaraan untuk pertama kali. Wanita itu juga kini menatap nya.

"Seperti yang kau lihat, aku baik."

Anggukan diberikan sebagai respon positif. Membuat poni rambut (name) bergerak lucu.

"Bagaimana dengan dia?"

"Siapa yang kau maksud? Petra?"

"Ia dia. Kau tahu sendiri alasan ku keluar selain dari keinginan sendiri."

Levi faham maksud nya. Ia mengerti ucapan wanita itu. Ada keinginan besar dari dalam hati untuk meremas tangan (name) dengan hangat demi memberikan ketenangan namun mengingat penolakan yang akan ia dapatkan membuat nya mengurungkan niat tersebut.

"Soal rumor yang dia ciptakan hingga membuat mu keluar juga sudah ku hapus. Mungkin sejak saat itu kau selalu mendapat teror."

"Jadi maksud mu seseorang yang meneror ku itu kiriman dari keluarganya? Jangan asal menuduh, Levi."

"Aku tidak menuduh." Levi sedikit maju, mendekatkan diri pada (name)

Keinginan untuk menggenggam tangan wanita itu tak terbendung lagi. Ia mengabaikan (name) akan menolak atau tidak, yang ia ingin hanyalah menggenggam nya dengan lembut. Memadukan dua iris berbeda dalam pandangan hangat. Ia merindukan saat saat seperti ini. Ia merindukan hangatnya (name) padanya, dengan kata lain ia rindu dicintai oleh (name).

".... Tapi memang sudah banyak bukti kuat tanpa kau ketahui." Lanjut Levi tanpa memutuskan kontak mata dengan mantan kekasih.

Terdapat jeda sejenak. (Name) terdiam entah karena kesulitan menjawab atau karena hal lain. Wanita itu juga sepertinya enggan melepaskan tatapan nya pada netra abu milik Levi.

"Jadi... Selama ini kau mengawasi ku?"

"Ya."

Jawaban nya singkat seperti khas Levi namun ekspresi pria itu membuatnya tanpa sadar sedikit tersipu hingga semburat merah tipis muncul di wajah.

Entah kapan tangan Levi telah mendarat di pipi kanan nya, mengelus permukaan itu dengan halus kemudian ia dengan berani menyatukan kening mereka.

"Ratusan kali kau menolak ku atau kecewa pada ku percayalah, perasaan dan janji ku masih sama." Ucap Levi dengan suara rendah namun terdengar tulus.

Sementara (name) menahan gejolak perasaan nya saat ini dengan mengepalkan kedua tangan nya kuat, sedikit gemetaran juga akibat efeksi yang diberikan Levi padanya.

"Kenapa? Padahal... Aku sudah mengabaikan mu. Tidak ingin mendengarkan penjelasan mu."

"Karena aku tahu yang ku lakukan pada mu itu sebuah kesalahan, maka dari itu aku tidak menuntut mu untuk mendengarkan ku."

Keningnya dikecup singkat lalu Levi menjauhkan wajah namun masih mengelus pipi (name) dengan lembut.

"Maka dari itu kau tidak perlu merasa bersalah atau berhutang budi. Aku akan selalu melindungi kalian." Lanjutnya

"Apa... Kau ingin bertemu dengan Viona?"

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

Levi dimainkan dengan semesta sepertinya untuk hari ini. Mungkin malaikat yang selalu berada di sisinya akan tertawa melihat ekspresi nya saat ini. Wajah yang selama ini datar hari ini terlihat tersipu dan terharu hingga Hange dapat melihat hidung Levi yang memerah. Pria cebol itu sepertinya sedang menahan seluruh gejolak perasaan yang hampir meluap.

Bagaimana tidak? Dipertemukan oleh kopian nya. Seorang anak yang sangat mirip dengan nya. Pantas saja (name) sangat sulit melupakan dirinya, ia harus melihat wajah ini setiap hari.

Viona tanpa rasa takut memeluk orang asing yang baru ia jumpai. Bermanja ria di dalam dekapan Levi seolah anak itu sudah mengenal nya.

Levi dengan senang hati menggendong anak itu. Menimangnya dengan penuh kasih sayang.

"Aku ayah mu."

Jujur mendengar Levi mengatakan itu membuat Hange ingin tertawa sebenarnya. Karena sebuah kejadian langka melihat sisi Levi yang seperti ini. Kapten cebol yang ia ketahui selama di pasukan adalah pria dingin berwajah datar dan sadis, namun hari ini semua yang ia kenal tentang pria itu berubah. Ada senyum walau kecil di wajah Levi. Hange merasa lega melihat Levi tak lagi terpuruk seperti ketika (name) memutuskan untuk keluar dari survey corps.

Sementara itu Viona menatap ke arah ibunya dengan bingung. Tidak memahami ucapan Levi.

"Dia papa."

"Papa. Papa! Appaa. Apap." Eja Viona dengan suara imut khas nya.

"Iya aku papa mu."

Mulai hari ini selain Levi. Hange dan Erwin berjanji untuk menjaga (name) dan Viona dari teror yang belum tuntas. Mereka harus menangkap pelakunya agar anak dan ibu itu dapat hidup dengan aman.

Levi membiarkan Viona memainkan ujung rambut bagian depan nya, justru ia sengaja menggelitik wajah Viona dengan rambut itu hingga membuatnya tertawa nyaring.

Kebahagiaan yang telah Levi temukan ada di sini dan ia berjanji akan terus menjaga nya.










-bersambung-

Next?

15 November 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top