11

Selamat membaca

Tidak ada salahnya untuk meninggalkan vote. Terimakasih ^~^

Maaf jika ditemukan beberapa typo, saya hanya manusia. Tempatnya salah hehe :D
{Dear My Honey}
°
°
°

Dua minggu adalah waktu yang lumayan singkat untuk dirinya membiasakan diri. Membiasakan diri dari tidak berinteraksi dengan Levi maupun Petra, membiasakan diri untuk teguh mendukung acara pertunangan mereka, membiasakan diri untuk membantu angkatan Eren yang baru yang sibuk memilih pakaian untuk menghadiri pernikahan kapten mereka nanti. (Name) mencoba meneguhkan hatinya, mengucapkan selamat berulang kali kepada Petra yang tak sengaja berpapasan dengan nya.

Dan sial nya kini ia terjebak dengan calon pengantin Levi itu. Gadis belia meminta tolong padanya untuk memilih hiasan rambut yang akan dipakai pada pernikahan mereka.

"(Name) san" panggil Petra ramah

"Ada apa?"

"Setelah kami menikah nanti pasti memiliki anak kan? Apa sebaiknya aku berhenti jadi prajurit saja? Menjadi pengusaha atau penjual makanan?"

Untuk sejenak pertanyaan konyol itu membuat dirinya terdiam, seakan dia sengaja bertanya untuk menyadarkan posisinya, menyadarkan dirinya dan menyadarkan ia untuk segera membuka lembaran baru akan tetapi jika benar begitu mengapa Petra bisa mengetahui nya?

"Terserah diri mu saja, kau masih bisa sewa pengasuh jika masih ingin berjuang di divisi ini."

"Kalau (name) san sendiri bagaimana?"

"Apanya yang bagaimana?"

"Setelah menikah dan memiliki anak apa (name) san tetap akan menjadi prajurit?"

Terdiam sejenak. Di dalam hati ia mengutuk calon pengantin Levi ini yang menurutnya kurang sopan. Menanyakan hal privasi pada orang lain adalah sikap yang meresahkan.

Dengan senyum bijak (name) menjawab, "jawaban ku tidak akan kau terapkan juga bukan? Hidup kita berbeda dan tentu saja akan menjadi hal percuma jika kah mendengar jawaban ku. Lebih baik kita segera pulang, langit sudah gelap. Tidak baik calon pengantin perempuan berkeliaran di malam hari."

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

Plak!

Iris obisidian membelalak terkejut mendapati sebuah tamparan mutlak dipipi kanan nya. Bodohnya ia tidak bisa marah ataupun mencaci perbuatan pelaku yang menampar pipinya, dirinya hanya bisa terdiam menatap wanita dihadapan dengan ekspresi bingung.

"Apa yang-"

"Tidak kah kau malu dengan diri mu sendiri wahai calon pengantin pria? Bertemu dengan wanita lain di lumbung makanan kemudian mencium nya dengan alasan rindu?"

"Tenang dulu ada alasan-"

"Kau tidak bisa memperlakukan ku seperti ini lagi Levi, masa depan dan lembaran baru sudah jelas berada di depan mu. Kau hanya akan membuat pandangan orang-orang menjadi buruk pada ku ketika mereka mengetahui hubungan kita yang sebenarnya."

Levi memilih diam, membiarkan sang kekasih berbicara.

"Kini kita hanyalah orangtua dari Viona, tidak kurang dan tidak lebih-"

"Aku ayah nya-"

"Aku tahu dan sampai mati pun kau tetap ayahnya Viona! Tapi...jika kau tetap mengikuti keegoisan mu bukan hanya aku yang akan kau sakiti melainkan Viona! Lupakan aku bukalah hati untuk Petra."

"Memberi perintah untuk membuka hati begitu saja? Kau kira semudah itu melupakan mu? Kenapa seolah-olah hanya aku yang salah di sini?"

"Siapa yang meninggalkan ku di kota itu dan tak-"

"Aku kembali! Aku yakin kau pasti melihat ku. Kesalahpahaman mu membuat semuanya kacau (name). Aku kembali sebelum ayah Petra mengajukan pertunangan itu tapi kau tidak ada. Aku kehilangan mu."

Bahu sang wanita dicengkeram nya kuat. Levi menunduk, menyembunyikan wajahnya di sana. Memeluk tubuh sang kekasih dengan erat. Membuat nya merasa sedikit bersalah. Apa benar selama ini ia hanya salah faham? Seharusnya ia menghampiri Levi dan semua ini tidak akan terjadi.

Levi memang tak menangis namun bahunya sedikit bergetar begitupun (name). Kedua lengan nya tetap diam, tak mengelus punggung Levi untuk memberikan nya usapan tenang. Membiarkan Levi dengan getaran tubuhnya.

Situasi ini benar-benar terlalu sulit.

Lebih menyakitkan ingin bersama namun tidak bisa daripada berpisah dengan sang kekasih. (Name) maupun Levi ingin bersama kembali namun situasi menahan keinginan mereka. Mengekang keegoisan mereka demi keselamatan masing-masing.

(Name) ingin mempertahankan citra Levi dan keamaan Viona sementara Levi entahlah...

Ia juga tidak tahu mengapa ia tidak ingin berpisah. Mengapa ia menerima pertunangan itu dengan perasaan terpaksa. Jika bukan karena Erwin ia tidak melakukan ini.

"Lepas, jika ada yang melihat mereka akan salah paham."

"Biarkan. Biarkan aku seperti ini untuk beberapa menit sebelum kita benar-benar saling melepaskan."

"......" Irisnya mulai terasa panas.

Ia kalah

Ia memilih ikut memeluk Levi. Bersedekap pada dadanya. Membuat baju keprajuritan nya basah. Tak ada isak namun getaran tubuh (name) lebih kuat dari getaran Levi. Membuat pria berkepala tiga itu gencar mengelus surainya dengan lembut.

"Mau ingin mengakhiri semuanya?"

Hanya ada anggukan sebagai jawaban. Levi menghela nafas sekali lagi kemudian menyembunyikan iris obsidian diantara kelopak mata.

"Baiklah jika itu keputusan mu. Kita berpisah. Membuat lembaran baru masing-masing dan tak lagi saling berharap. Begitu yang kau inginkan?"

Untuk beberapa saat tak ada jawaban namun pelukan (name) semakin erat pada punggungnya. Levi merasakan seragam nya mulai basah.

Kemudian (name) mengangguk kembali, dengan pelan dan lemah.

Tidak apa, keputusan yang diambil pasti akan memiliki penyesalan diakhir. Mereka tidak memikirkan resiko penyesalan itu, mereka hanya ingin melindungi dengan cara yang berbeda.

"Baiklah kita tak akan lagi saling berinteraksi setelah ini selain tugas. Kini hubungan kita hanyalah seorang prajurit."

"S-selamat berbahagia Levi." Ucap (name) dengan suara bergetar yang menyayat hati Levi.

"Selamat berbahagia dengan lembaran baru. Aku melepaskan mu seutuhnya." (Name) mengangkat wajah, menunjukan wajah sembabnya.
Membiarkan ibu jari Levi mengusapnya. Membiarkan Levi menangkup sisi wajahnya. Membiarkan Levi mendekatkan wajah, mengikis jarak.

"Aku mencintaimu, Levi. Selamat tinggal."

"....Hn, aku juga. Selamat tinggal."

Kedua iris yang tertutup secara bersamaan dan membiarkan kedua bibir saling bersatu untuk terakhir kalinya. Membiarkan Levi mengecup, mengulumnya serta menunjukan perasaan lembut yang sebenarnya.

Biarlah malam ini menjadi malam terakhir perasaan mereka menguap, karena setelah ini tak akan lagi ada interaksi, tak akan ada lagi perasaan yang tersisa.

Levi POV

Dear My Honey (name)

Aku mencintaimu sampai kapanpun, selama kau masih ada di dalam divisi ini akan ku lindungi dengan nyawa ku di setiap ekspedisi. Hingga bertemu dengan darah daging ku sendiri.


Bersambung

Next?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top