SPECIAL PRESENT : "YOU'VE GOT ME"
Suatu hari di taman universitas ternama seantero Korea Selatan terdapat dua laki-laki sedang berkelahi, dua gadis yang sedang berjalan melihat hal tersebut, mereka ada Ran dan Soohye.
"Kau lihat pria yang bermata kecil disana?" Bisik Soohye pada Ran, Ran mencari pria yang Soohye tunjuk.
"Yang sedang berkelahi?" Tanyanya, Soohye mengangguk.
"Kudengar perkelahiannya itu direncanakan oleh pihak ketiga, mereka berkelahi karena kesalahpahaman namun pria mata kecil itu tak mau menerima kenyataannya" ujar Soohye menjelaskan.
"Lalu?" Tanya Ran penasaran.
Soohye melihat jam tangannya dan terkejut.
"Astaga! Kulanjutkan nanti lagi ya! Aku ada janji, bye Ran!"
Soohye meninggalkannya dan Ran masih penasaran.
Diantara kerumunan orang yang sedang berfokus pada perkelahian Ran merenung.
'Bukankah dia Lee Jooheon? Sepertinya aku mengenalnya'
Tanpa ia sadari, pria yang benar bernama Jooheon tersebut selesai berkelahi dan menabrak dirinya.
"Ouch" ringis Ran, Jooheon terkejut dan membantu dirinya terbangun dari jatuh.
"Maaf Ran" ujar Jooheon dan berlalu begitu saja.
Tapi...
Tunggu sebentar,
'Dia mengetahui namaku???'
Ran masih terpaku memikirkan hal tersebut tanpa ia sadari kelas yang harus ia datangi kini sudah dimulai, ia menyingkirkan pemikiran tersebut.
"Aish! Kenapa Soohye tidak mengingatkanku? Awas saja bocah itu!"
Ran berlari ke kelas seninya, beruntungnya ia bahwa dosennya belum datang atau lebih tepatnya ia datang tepat waktu dan dosennya telat.
Setelah pelajaran berakhir, ia mencari Soohye di kelas musik tradisional dan bertemu Jooheon tapi Ran menghindarinya.
"Hey kau" panggil Jooheon, Ran yang tahu jika dirinyalah yang dipanggil langsung terkejut.
"Siapa? Aku?" Tanya Ran dengan wajah cemasnya.
"Siapa lagi?"
Kemudian Jooheon mengajaknya pergi ke cafè dekat dari universitasnya.
"Kau ingin memesan apa?" Tanya Jooheon, Ran mengerutkan dahinya.
"Ada urusan apa denganku? Apakah kau mengenalku?" Tanya Ran tanpa menjawab pertanyaan Jooheon.
"Kau tidak akan mau kubawa kesini jika kau tidak mengenalku, pesan dulu saja, ada yang harus kubicarakan"
Ran kemudian menghela nafas, ada apa sebenarnya? Tapi ia ingin ini cepat selesai dan segera menemui Soohye.
Jooheon masih terlihat terluka diwajahnya, membuat Ran agak simpati terhadapnya.
"Sebaiknya kau cepat memesan tanpa memandangi wajahku seperti itu" ujar Jooheon tiba-tiba.
Ran kaget jika Jooheon tahu ia memandangi wajah Jooheon.
"Wajahmu terluka, aku memiliki plester di tas-ku, sebentar" ujar Ran.
Jooheon menatap Ran yang sibuk mencati plester di tas-nya.
"Kau tidak perlu-"
Kalimat Jooheon terputus saat Ran menyodorkan plester.
"Ini pakai di dahimu itu" ujar Ran, Jooheon memeriksa dahinya dan tidak menemukan lukanya dengan benar.
Ran agak risih dengan cara Jooheon mengecek lukanya.
Ran memakaikan plester dilukanya dan membuat Jooheon terpaku sepersekian detik.
"Dan aku hanya ingin memesan cappucino double whipe cream" ujar Ran, Jooheon pun mengangguk.
Tak lama kemudian pesanan mereka datang dan memecah keheningan diantara keduanya.
"Jadi... ada apa?" Tanya Ran.
"Minumlah cappucino double whipe cream-mu terlebih dahulu" jawab Jooheon mengalihkan topik.
Ran pun menyesapnya perlahan, Jooheon menghela nafas.
"Kau benar tidak ingat aku?" Tanya Jooheon.
Ran menggeleng ragu.
"Aku Lee Jooheon, teman gerejamu saat di Daegu dulu tapi aku pindah ke Seoul" jawab Jooheon.
Ran menatap Jooheon tak percaya.
"O...okay... aku mengenalmu... lalu apa masalahnya...?"
Jooheon menatap keluar dengan mata yang penuh beban.
"Tolong jangan berhubungan lagi dengan Lee Soohye" ujar Jooheon tiba-tiba.
Lee Soohye adalah temannya sejak SMA! Apa haknya untuk berkata seperti itu?
"Kau tidak berhak mengatur siapa temanku walaupun kau teman lamaku" ujar Ran tegas.
"Kau tidak tahu dia, dia itu-"
"Cukup! Aku tidak suka kau membicarakan sahabatku! Kita bahkan baru saja bertemu untuk sekian lamanya kita berpisah!" Ujar Ran lagi dengan lebih tegas.
Ia penasaran, ada apa sebenarnya antara Soohye dan Jooheon?
"Aku pergi, terima kasih atas minumannya"
Lalu Jooheon pun ditinggal sendiri di cafè itu.
"Soohye... Kau akan menyesal jika melakukannya" gumam Jooheon frustasi.
Kini, Ran menghubungi Soohye namun ia tak dapat tersambung dengan ponsel Soohye. Ia berkeliling universitas untuk menanyai banyak hal.
Namun, ia melihat Lee Soohye sedang berbicara serius dengan Im Changkyun. Pria yang berkelahi dengan Jooheon.
"Ayo akhiri saja ini semua, aku sudah muak kau tahu?" Ujar Soohye.
Ran kaget. Soohye adalah gadis yang lembut dan tidak setegas ini. Bahkan ia tidak banyak pria yang dekat dengannya karena Soohye adalah gadis yang tertutup.
"Tidak bisa. Tidak boleh berakhir atau kau akan menyesalnya" ujar Changkyun dengan lebih mengintimidasi Soohye.
Saat Ran ingin pergi, ia menabrak tempat sampah dan membuat kedua orang itu kaget, Soohye melihat Ran.
"Ran!" Panggil Soohye, namun Ran tidak menoleh karena ia malu.
Malu? Ya, ia malu telah mendengar pembicaraan pribadi temannya, ia malu karena ia salah.
Ran pulang ke asramanya, bagaimana ia menghadapi Soohye nanti? Faktanya ia satu kamar dengan Soohye.
Hari ini cukup melelahkan untuk Ran.
Bertemu dengan teman kecilnya Lee Jooheon dan mendengarkan hal yang tidak harus ia dengar dari percakapan Lee Soohye dan Im Changkyun.
Ia ingin merefresh otaknya dengan mandi, namun ia terkejut menemukan sesuatu dikamar mandinya.
Ia segera menyelesaikan mandi lalu pergi tidur untuk melupakan apa yang terjadi.
Saat Soohye baru datang, Ran sudah tidur.
Soohye tidur memeluk Ran tanpa Ran tahu.
.
.
.
Pagi pun telah tiba, Ran agak terkejut dengan Soohye.
Ia perlahan-lahan melepaskan tautan tangan Soohye ditubuhnya.
Saat ia selesai mandi, Soohye terbangun dan Ran agak salah tingkah mengetahui Soohye telah terbangun.
"Ran... kenapa menghindariku?" Tanya Soohye, Ran menghela nafasnya.
Ia tidak boleh menghindari Soohye seperti ini namun ia juga berhak mendapatkan penjelasan.
"Tentang yang kemarin, maaf aku telah mendengarkan sedikit perbincangan antara kau dan anak jurusan kedokteran itu" sesal Ran pada Soohye.
"Aku menunggu waktu yang tepat untuk menceritakan semuanya padamu tapi... keadaannya menjadi buruk..." ujar Soohye dengan mengalihkan topik bahwa Ran mendengarkan.
"Beritahu aku jika keadaanya sudah baik, tolong jangan seperti ini okay?"
Soohye mengangguk dan memeluk Ran.
"Terima kasih sudah mengerti, Ran"
Dan Soohye izin tidak menghadiri kelas karena ia tidak enak badan dan sudah menjelaskan pada Ran bahwa Im Changkyun adalah kekasihnya, ia juga ingin menghindari pria tersebut untuk sementara.
Ran menjalani aktifitasnya seperti biasa namun beban Soohye adalah bebannya juga.
"Aigoo Soohye-ah... gadis baik sepertimu kenapa harus bertemu dengan pria kasar sepertinya? Auhhhh kenapa aku jadi kesal sendiri? Auhhhhhh" gumamnya sendiri.
"Siapa pria itu?" Tanya seorang pria tiba-tiba datang dan duduk disebelahnya.
"Jo..Jooheon?"
"Siapa pria kasar itu?" Tanya Jooheon lagi dengan wajah yang lebih santai daripada kemarin.
"Kenapa kau ingin tahu?" Tanya balik Ran pada Jooheon.
"Kau tahu bahwa aku mengenal Soohye 'kan?" Tanya Jooheon.
"Ya, aku tahu karena kau menyuruhku menjauhinya" jawab Ran dengan singkat dan padat.
"Kau sudah menjauhinya?" Tanya Jooheon, Ran kesal sekali mendengarnya.
"Auh... kau sungguh membuatku kesal... temanku, Lee Soohye sedang menderita, aku tidak akan pernah meninggalkannya, mengerti?"
"Ada apa?"
"Ia hamil"
Jooheon kaget dan terlihat speechless.
"Jangan bercanda, Ran" ujar Jooheon.
"Aku tidak bercanda, aku punya bukti test pack-nya" ujar Ran pada Jooheon. "Aku tidak tahu kenapa aku harus mengatakannya padamu tapi kau sepertinya harus tahu alasannya" lanjut Ran lagi.
Jooheon berdiri dan menendang tempat sampah yang ada didekat kursi panjang yang Ran duduki, ia terlihat sangat marah.
"Aish! Katakan padaku! Siapa pria brengsek itu, huh?" Tanya Jooheon dengan emosional, Ran agak panik.
"Calm down boy... calm down..." tenangkan Ran pada Jooheon.
"Aku? Tenang? Hahaha... ini tidak mungkin terjadi 'kan?" Tanya Jooheon meyakinkan dirinya pada Ran.
"Ia benar hamil. Dan soal prianya kenapa tidak kau tanya sendiri pada Soohye? Aku juga tidak mengerti ya, kenapa kau menyuruhku seenaknya untuk menjauhi Soohye. Dasar orang aneh" ujar Ran dengan cepat lalu meninggalkan Jooheon yang sedang dalam emosi tersebut.
Ran yang menjauhi pria aneh bernama Jooheon itu semakin memikirkan Soohye. Siapa Jooheon dihidup Soohye? Kenapa ia terlihat sangat membenci dan akrab sekaligus?
Namun, ponselnya bergetar, nama Soohye tertera disana bahwa Soohye memanggil Ran. Ran mengangkatnya.
"Halo? Maaf kami menemukan nona ini sedang melakukan percobaan bunuh diri dan sekarang ia berada di rumah sakit..."
Saat ia mendengar hal itu, ia segera melacak ponsel Soohye, ia memasang itu sejak jauh-jauh hari, karena Soohye sering pergi tanpa mengabari.
Ia menemukan Soohye tertidur ditempat tidur ruang ICU, ia melihat tubuh ringkih nan lemah sedang terbaring disana. Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan... Ia bahkan tidak tahu dengan jelas siapa ayah dari anak yang Soohye kandung.
Tanpa ia sadari, ia meneteskan airmata, orang pertama yang ia ingat adalah teman kecilnya yang aneh, Jooheon.
Tapi yang datang adalah Im Changkyun. Pria yang bertengkar dengan Soohye, pria yang tidak mau hubungannya berakhir.
'Jangan-jangan dialah ayah dari anak yang Soohye kandung?!' Pikir Ran, namun ia ingin menteralkan keadaan dengan berpikir lebih jernih tanpa memikirkan hal yang negatif.
"Apakah benar kau adalah Kim Ran?" Ujar Changkyun tiba-tiba pada Ran, Ran menoleh dengan ragu dan mengangguk.
"Sebenarnya apa yang terjadi dengan kekasihku?" Tanya Changkyun, Ran kaget, dugaannya benar bahwa Changkyun adalah kekasih Soohye.
Ran diam sejenak, apakah ia harus memberitahu Changkyun? Ia berhak tahu tapi bagaimana nanti jika Soohye tidak ingin Changkyun tahu? Segelintir pertanyaan mulai menghampiri pikiran Ran. Ia bingung harus bagaimana.
Kandungan Soohye kuat sekali, ia sempat menangis saat tahu ia takut Soohye kehilangan nyawa yang Soohye pertahankan tersebut. Namun, janin yang dipertahankan Soohye bertahan dan sudah menginjak bulan ke 5.
"Maaf Changkyun-sshi... Sejak kapan kau berhubungan dengannya?" Tanya Ran, Changkyun menunduk, tak sanggup melihat gadis dibalik kaca yang memisahkan antara ruang ICU dengan koridor steril.
"Sejak tahun lalu" jawabnya, Ran merasa panas karena marah, kenapa ia menodai Soohye seperti itu?
"Sejak kapan kau berhubungan seks dengannya?" Tanya Ran tanpa perasaan gentar, Changkyun kaget, ia tahu bahwa Soohye tidak akan mengatakannya pada siapapun.
"Se..setelah setengah tahun? Aku tidak ingat dengan pasti..." jawab Changkyun dengan agak bergetar, Ran terlihat menakutkan kali ini.
"Pantas saja..." gumam Ran, Changkyun menoleh kearahnya, Ran tengah menangis dalam diam sejak tadi.
"Apa yang terjadi?" Tanya Changkyun.
"Dia...-"
Drrtt
Ponsel Changkyun bergetar dan tertera nama Jooheon disana, Ran mengurungkan niatnya untuk mengungkapkan hal yang sebenarnya.
"Halo?"
'Kau dimana, saekkiya?'
"Dirumah sakit, jika ingin berkelahi ini bukan saat yang tepat"
'Katakan, dirumah sakit mana?'
"Tempatku magang"
'Jangan kemana-mana kau saekkiya, mati kau'
Pip
Telepon dimatikan dari sang lawan bicara.
"Jooheon, aku tidak tahu apalagi masalahnya padaku kali ini" ujar Changkyun pada Ran.
Ran hanya mengangguk karena ia ingin menjadi pendengar saja.
Dokter dari dalam ruangan Soohye keluar dan memanggil keluarga Soohye.
"Keluarga Lee Soohye?" Panggil sang dokter.
"Saya.. saya bukan keluarga namun saya salah satu kerabatnya" ujar Ran bergegas.
"Kami butuh konfirmasi keluarganya, tolong hubungi saya untuk selengkapnya jika keluarganya sudah datang, terima kasih" ujar dokter tersebut dan kemudian meninggalkan keduanya.
Jooheon datang, entah bagaimana ia tahu jika keduanya ada disana.
Ia terlihat sedang berbicara dengan dokter dan tak lama menghampiri keduanya lalu memukul wajah Changkyun.
"Bajingan sialan, kau menghamili adikku huh? Kau benar ingin mati huh? Sialan!" Bentak Jooheon.
Ran maupun Changkyun terkejut.
Ran terkejut bahwa Jooheon adalah kakak Soohye dan Changkyun terkejut bahwa Soohye hamil.
"Hentikan! Ini dirumah sakit!" Ujar Ran memisahkan keduanya.
"Aku bahkan tidak tahu jika ia sedang hamil!" Ujar Changkyun.
"Bisakah kalian menyelesaikan masalah dengan baik-baik?" Pinta Ran dengan perlahan.
Keduanya terpisah dengan baik dan mereka duduk diantara Ran sekarang.
"Aku sudah bersahabat dengan Soohye sejak SMA tapi aku tidak tahu jika ia memiliki kakak dan pacar" ujar Ran.
"Aku dan Soohye terpisah sejak kecil karena orangtua kami bercerai" jawab Jooheon, "tapi aku tidak tahu bajingan tengik ini menghamili adikku, bahkan aku tidak tahu kenapa dia berpacaran dengan Soohye" lanjut Jooheon.
"Aku ingin penjelasanmu Changkyun-sshi" ujar Ran.
"Kami berpacaran diam-diam karena aku tahu bahwa Jooheon adalah kakaknya, maka dari itu aku menyuruhnya jangan memberitahu siapapun bahkan sahabatnya sekalipun" ujar Changkyun menjelaskan.
"Kau membuatku muak, aku sahabatnya berhak tahu!" Geram Ran.
Dan mereka tak bicara lagi.
"Kau tahu usia janinnya, Jooheon-sshi?" Tanya Ran.
"Tidak..." jawab Jooheon.
"Menginjak 5 bulan" lanjut Ran.
Changkyun terlihat sangat menyesal, ia bahkan tidak tahu kenapa Soohye meminta mengakhiri hubungan dengannya, bahkan ia memutuskan untuk mengakhiri hidup seperti itu dengan tragis.
"Ini rumit" ujar Changkyun dengan terisak.
"Syarat ia menjadi dokter adalah tidak boleh terikat pernikahan sebelum lulus, bagaimana bajingan ini bertanggungjawab? Kurang ajar sekali" ujar Jooheon geram.
"Aku tetap akan bersamanya"
Ran menangis lagi. Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan.
"Aku pergi beli minuman" ujar Ran, Jooheon mengikutinya dan meninggalkan Changkyun sendiri untuk merenung.
Berjalan dengan hening, ini sangat canggung.
"Terima kasih sudah menjaga adikku selama ini" ujar Jooheon pada Ran, Ran belum sadar dari lamunannya.
Ia memasukkan beberapa lembar won lalu memencet mesin minuman dihadapannya.
"Aku menyuruhmu menjauhinya karena aku mengatakan hal yang tidak harus kau tahu" lanjut Jooheon.
"Adikmu itu tidak akan bicara jika aku tidak memulai obrolan, ia tidak akan mengatakan apapun" ujar Ran.
"Aku mengatakan bahwa aku menyukai sahabatnya, teman kecilku di gereja dahulu, yaitu kau"
Ran menoleh kearah Jooheon namun Jooheon dengan cepat mencium bibir Ran dengan lembut. Ran shock.
Ran terdiam, Jooheon mengecup bibirnya sebelum menyudahi apa yang ia lakukan pada Ran.
"Aku sungguh menyukaimu"
Ran tidak mengatakan apapun, ia tidak marah dengan ciuman yang dilakukan Jooheon.
"Kim Ran, jadilah kekasihku" ujar Jooheon.
Suara mesin minuman terhenti pertanda minuman sudah terjatuh dari tempatnya.
"Ini bukan saat yang tepat untuk memulai hubungan disaat adikmu dalam keadaan seperti itu"
"Ayo kita selesaikan bersama, maukah kau?"
Ran mengambil 3 kopi kaleng dari mesin minuman dan menjawab Jooheon dengan mengangguk.
Kini tugas mereka adalah memperjelas keadaan Soohye dan Changkyun.
Changkyun sendiri masih termenung saat keduanya kembali membeli minum, dengan nada yang tenang, Jooheon menyodorkan kopi kalengan yang ia pegang.
"Minumlah dahulu, kau terlihat lelah" ujar Jooheon, Changkyun mengangkat kepalanya dengan terkejut, Jooheon yang memberinya kopi.
Changkyun menerimanya.
"Sebelumnya aku minta maaf" ujar Changkyun.
"Kau seharusnya minta maaf dengan gadis yang sedang berbaring disana" celetuk Ran, Changkyun kembali menunduk.
Ran memperhatikan Changkyun, ia tak banyak melawan dibandingkan Jooheon yang sangat agresif dalam hal apapun, beban Changkyun terlihat sangat berat dibandingkan dengan Jooheon.
Ran diberitahu Jooheon bahwa Soohye baru bertemu dengan Jooheon saat masuk universitas yang sama, Soohye tidak mengenali Jooheon namun Jooheon langsung mengenali adiknya. Sejak saat itu mereka berhubungan dengan diam-diam karena Jooheon tidak ingin musuh-musuhnya diluar sana tahu bahwa ia memiliki adik perempuan yang dapat membahayakan posisi Soohye.
Maka dari itu Ran tidak mengetahui apapun tentang Jooheon yang adalah kakak kandung Soohye.
Fakta yang lebih mengejutkan adalah Changkyun yang sedang magang jadi dokter tak sengaja bertemu dengan Soohye yang sedang medical check-up di rumah sakit tempat ia magang. Changkyun pernah didiagnosis bahwa spermanya dalam kualitas rendah, karena itu ia berani melakukan hubungan seks dengan Soohye. Ia tak pernah menyangka kemungkinan 5 persen terjadinya pembuahan benar terjadi di rahim Soohye.
"Bahkan dengan melepas jurusanku pun, aku rela, aku mencintainya juga... dikesempatan mana lagi aku akan mendapatkan anak dari benihku sendiri?" Ujar Changkyun dengan nada yang lemah.
Jooheon maupun Ran yang mendengar cerita Changkyun merasa sesak.
"Lalu... Kenapa ia ingin mengakhiri hubungan?" Tanya Ran penasaran.
"Bagaimana kau bisa tahu tentang mereka?" Tanya Jooheon pada Ran.
"Dua hari yang lalu aku tidak sengaja mendengar pertengkaran mereka dan Soohye hanya mengatakan bahwa waktunya belum tepat untuk diceritakan, tapi gadis bodoh itu mengakhiri waktunya sendiri" jawab Ran dengan menghela nafas. Ia kesal memang namun ia tetap merasa simpati terhadap Soohye.
"Lalu... Aku juga penasaran kenapa Soohye ingin mengakhiri hubungan" ujar Jooheon pada Changkyun.
"Ia tak sengaja melihatku melakukan kencan buta dengan universitas lain, aku terpaksa, namun ia tak mau mendengar alasanku" jawab Changkyun menjelaskan keadaan.
"Ia dalam keadaan hamil lalu melihat ayah dari janin yang dikandungnya terlihat sedang mendapatkan wanita baru, sepertinya aku dapat mengerti kenapa ia tak mau melanjutkan hubungan denganmu" ujar Ran, ini benar-benar rumit.
"Karena terlalu bingung dengan janinnya, ia memilih bunuh diri, tapi... auhhh anak itu membuatku ingin mengomelinya habis-habisan! Auhhh!" Geram Jooheon.
Changkyun terdiam karena ia merasa bersalah atas semua kejadian ini.
Tiba-tiba dokter menghampiri ketiganya.
"Pasien sudah sadar"
Ketiganya segera masuk ke ruangan steril tersebut namun Ran menyuruh Changkyun datang belakangan saja.
"Halo Ran..." sapa Soohye dengan lemah.
"Gadis bodoh... Apa yang sedang kau lakukan disini?" Tanya Ran menahan emosinya.
"Aku? Sepertinya aku bertahan hidup disini..." jawab Soohye.
Jooheon hanya diam melihat adiknya dalam keadaan lemah seperti itu, ia menatap perut buncit Soohye.
"Kandunganku kuat ya?" Ujar Soohye tiba-tiba.
"Kenapa kau tidak bilang padaku dari awal...." ujar Ran dengan meneteskan airmatanya.
"Kehamilanku tidak menganggu aktifitasku sama sekali, jika mengganggu mungkin aku akan mengatakannya padamu hehehe" ujar Soohye menjelaskan.
Soohye menatap Jooheon dan menghela nafas.
"Lee Jooheon, kakak kandungku, paman dari anak yang kukandung" ujar Soohye.
"Ayahnya si tengik itu hmm?" Tanya Jooheon mengintimidasi.
Soohye menutup matanya dan bernafas agak berat.
"Ayahnya... Im Changkyun" jawab Soohye.
Kemudian Changkyun masuk dan membuat Soohye menunjukkan ekspresi yang kesal.
"Lebih baik kau pergi, jangan pernah kembali dihadapanku... Aku bisa mengurus anakku sendiri, kau pergi..." ujar Soohye terbata-bata.
Changkyun melihat pergelangan tangan Soohye yang diperban karena Soohye hendak memotong nadinya siang kemarin.
"Aku tidak akan pergi, aku ingin hidup bersamamu, jangan menyuruhku pergi" ujar Changkyun dengan nada lemah.
Ran menangis dalam diam, Jooheon merangkulnya.
"Kau akan kehilangan masa depanmu menjadi doktee jika orang-orang tahu jika ini anakmu, lebih baik aku sendiri saja, kau pergi dari sini" ujar Soohye.
"Beri dia kesempatan untuk bicara Soohye" ucap Jooheon membuka suara.
"Apalagi? Ia sudah menemukan gadis yang lebih baik dariku" ujar Soohye.
"Kau salah paham baby... Mereka memaksaku pergi ke kencan buta, bahkan aku tak bicara sepatah katapun... percaya padaku... kumohon... tak ada yang akan menerima pria impoten sepertiku" ujar Changkyun.
Soohye terkejut dengan fakta-fakta yang ada.
"Dokter bilang, janinnya tumbuh baik dan kelaminnya adalah laki-laki sehat, kembar" ujar Ran.
Ketiga lainnya kaget. Sehat dan kembar untuk seukuran benih Changkyun yang kualitasnya rendah?
"Tuhan sudah mempersatukan kalian dengan takdir yang tak terduga, Soohye kau harus sadar, Tuhan tidak membiarkanmu sendiri. Disini ada aku yang adalah sahabatmu, ada Jooheon yang adalah kakak kandungmu juga ada Changkyun yang adalah kekasihmu yang menaruh harapan dan mempercayakan masa depannya bersamamu" ujar Ran.
Soohye menangis, Changkyun memeluk tubuh yang sedang berbaring tersebut.
"Tolong beri aku kesempatan, Soohye..." mohon Changkyun, Soohye menangis lebih deras.
"Aku mengakhiri hubungan bukan karena itu saja... hiks... karena kau akan menjadi dokter dan saat itu kau tidak boleh memiliki ikatan pernikahan hiks..." ujar Soohye, Changkyun memeluknya dengan hati-hati.
"Saat ini keputusan ada ditanganmu, Changkyun-sshi" ujar Ran.
Jooheon banyak diam, ia tak tahu harus bagaimana pada Soohye. Ia membenci Changkyun karena pria itu sering membuatnya jengkel, tapi jika sudah seperti ini, ia tak dapat berkata-kata lagi.
"Oppa... Kau marah ya? Aku memang pantas dimarahi..." ujar Soohye dengan terisak, Jooheon menahan airmatanya sebisa mungkin, ia tak mau terlihat lemah.
"Soohye-ah... percayalah padaku... ia begitu senang walaupun awalnya ia sangat marah pada Changkyun, tapi ia sadar bahwa ada jiwa tak berdosa yang tumbuh diperutmu... Ia diam karena tak tahu apa yang harus ia katakan, sudah... Jangan khawatir" ujar Ran.
Lalu Jooheon dan Ran meninggalkan Soohye bersama Changkyun, bagaimanapun keputusannya mereka akan berusaha menerima pilihan Changkyun.
"Aku memiliki banyak pertanyaan padamu, Jooheon-sshi" ujar Ran tiba-tiba.
"Katakan saja" timpal Jooheon, Ran menghela nafas sebentar.
"Saat kecil dahulu, kau mengatakan bahwa kau akan menghubungiku, tapi aku tidak pernah mendapatkannya hingga melupakanmu" ujar Ran dengan nada penasaran.
"Aku hanya malu menghubungimu setelah mengatakan aku menyukaimu dulu, maka dari itu aku hanya memantaumu dari jauh sejak SMA" ujar Jooheon, Ran agak terkejut.
"Oh ya, bagaimana kau bisa bertemu Soohye lagi?" Tanya Ran.
"Awalnya saat SMA... Ayahku mengatakan bahwa sekolah adikku dengan jarak ke rumahku itu sangat dekat..." ujar Jooheon sambil tersenyum mengingat hal tersebut.
"Lalu?"
"Sampai aku terkejut melihat Soohye tumbuh dengan baik dan berubah menjadi gadis cantik, bahkan aku lebih terkejut melihatmu bersamanya, sampai aku berfikir keduanya akan menjadi milikku, lucu, bukan?" Ujar Jooheon dengan sembari tertawa kecil.
Ran tersenyum.
Jooheon tidak pernah melupakannya dan bahkan selalu mengintainya.
"Lalu kenapa kau menyuruhku menjauhi Soohye? Jawabanmu masih belum jelas" tanya Ran.
"Secara tak sengaja, aku mengatakan bahwa aku menyukai temannya yang tak lain adalah kau, Soohye itu sangat berisik dihadapanku, berbeda dengan bagaimana ia hidup tanpaku" ujar Jooheon.
"Jadi kau takut jika rahasiamu itu bocor?"
"Betul sekali"
"Haaa... kau begitu kekanak-kanakan"
"Kenapa?"
"Karena kau menyuruhku menjauhinya kkkkk"
Ran terkekeh dengan sikap Jooheon yang salah tingkah tersebut.
Jooheon melupakan masalah adiknya sejenak saat berbicara dengan Ran.
"Oh ya, saat kita kecil dahulu... kita sering mengunjungi makam, siapa dia?" Tanya Ran penasaran, Jooheon tersenyum sebentar.
"Adikku yang meninggal saat lahir, Lee Hyunsoo" jawab Jooheon.
"Tapi..."
"Tanggal lahir dan kematiannya hanya berbeda satu bulan saja... Itu karena dulu Hyunsoo berkorban lebih banyak untuk menyelamatkan Soohye, mereka adalah kembar" lanjut Jooheon.
Ran menutup mulutnya dan tersekat nafasnya untuk beberapa saat. Ternyata Soohye memiliki kembaran.
"Dahulu, saat Soohye kecil, aku sangat ingat jika ia akan menangis kencang jika dijauhkan dari Hyunsoo. Maka dari itu, Soohye tinggal di rumah sakit selama sebulan menemani oppa-nya" ujar Jooheon lagi, Ran berdebar mendengarnya, sangat mengharukan.
"Bagaimana reaksi Soohye saat kembarannya meninggal?" Tanya Ran, Jooheon terlihat menahan airmatanya.
"Saat itu aku 5 tahun, aku melihat bahwa adik perempuanku memeluk kembarannya yang sedang tidur, untuk pertama kalinya Hyunsoo terbangun untuk memeluk Soohye sebentar, lalu tangannya bertautan... hingga saat kondisi Hyunsoo memburuk, Soohye dipisahkan darinya dan saat itulah ia meninggal" jawab Jooheon agak pelan.
"Itu sangat tragis untukku... apalagi kau masih sangat kecil saat itu untuk menerima kematian adikmu" ujar Ran menenangkan Jooheon.
Jooheon menangis, ia menutup wajahnya dengan tangan dalam posisi duduk yang agak membungkuk.
Ran sangat bersimpati pada Jooheon. Jooheon sangat menyayangi adiknya hingga hampir tiap minggu ia pergi ke makam untuk mendoakan adiknya. Bahkan ia harus berpisah dengan Soohye saat Soohye masih kecil karena orangtuanya berpisah.
Ran perlahan memeluk Jooheon dan menepuk bahunya pelan.
"Tapi kini aku hampir kehilangan adikku lagi..." ujarnya terisak-isak.
Ran merasa sakit mendengarnya, Jooheon takut kehilangan adiknya untuk kedua kalinya.
"Yang penting saat ini Soohye bernafas dan itu bukan kesalahanmu... itu murni kesalahan keduanya... kau tidak boleh lemah seperti ini" nasehat Ran, Jooheon menghapus airmatanya.
"Terima kasih sudah mendengarkanku, Ran"
.
.
.
Setelah masalah-masalah itu, kini Jooheon dan Ran menjalin hubungan perlahan.
Changkyun memutuskan untuk tetap bertanggungjawab namun ia harus mengejar gelar dokternya, agar ia dapat menghidupi Soohye dan anaknya kelak.
"Bagaimana perkembangan janinmu, Soohye-ah?" Tanya Ran dengan mengelus perut besar Soohye.
Dalam jangka waktu dua bulan, perutnya membesar dengan cepat.
Ran dan Soohye tak tinggal dikamar yang sama lagi karena ia tak mau diusir jika ketahuan hamil. Soohye kini tinggal bersama Changkyun, walaupun seperti itu mereka berada dibawah pengawasan Jooheon.
"Bukannya kau datang bersama oppa?" Tanya Soohye, Ran merenggut.
"Kau tidak menjawab pertanyaanku, eoh" ujarnya sebal, Soohye terkekeh.
"Mereka sangat aktif dimalam hari dan itu sangat menyenangkan saat mengetahui mereka menendang, Changkyun selalu bermain dengan mereka hingga aku sendiri ketiduran hehehe" jawab Soohye dengan senang, Changkyun yang sedang membuat kopi hanya tersenyum.
Tak lama Jooheon datang.
"Sebentar, uhh berat sekaliii..." teriak Soohye.
Changkyun mengantarkan 4 kopi ke meja tamu.
"Empat cangkir?" Heran Ran.
"Itu pasti Jooheon hyung" ujar Changkyun.
Ran tersenyum, hatinya merasa lega mengetahui tak ada perkelahian lagi diuniversitasnya karena kedua orang ini menjadi dekat.
"Oppaaaa! Woah kau bawa apa?" Ujar Soohye kegirangan, Ran melihatnya hanya terkekeh.
"Kalian terlihat seperti orang pacaran" ujar Changkyun, Ran langsung salah tingkah.
"A-apa sih..? Kau mengada-ada saja" timpal Ran terbata.
"Jooheon mengatakan pada kami kemarin saat datang kesini" ujar Changkyun lagi.
Ran memiliki semburat merah jambu dipipinya.
"Cinta lama bersemi kembali, bukan begitu?"
Ran menjadi malu karena hal itu.
"Kalau begitu menikah bersamaan saja nanti!" Timpal Soohye, Ran menutup wajahnya.
"Hentikaannn... aku malu!" Ujar Ran.
Jooheon datang membawa tempat tidur bayi, beberapa bulan lagi keponakannya akan lahir kedunia, ia yang banyak mengeluarkan uang daripada Soohye ataupun Changkyun.
"Hyung... Lagi?" Tanya Changkyun.
"Aku hanya ingin kualitas tempat tidur keponakanku nanti bagus, kau 'kan belum berpenghasilan" ujar Jooheon.
Changkyun terkekeh.
"Terima kasih, hyung" ucapnya, Jooheon mengangguk.
.
.
.
Kini Soohye sedang tidur siang dan Changkyun sedang menjemur, hanya ada Jooheon dan Ran diruang keluarga, mereka menonton televisi secara random.
"Jangan diganti" ujar Ran.
"Tidak seru.." jawab Jooheon.
"Kenapa diganti lagi 'sih.." protes Ran pelan.
"Terlalu garing.." jawab Jooheon lagi.
Mereka bertengkar kecil seperti pasangan kekasih pada umumnya.
"Kenapa diganti lagi?" Tanya Ran agak kesal.
"Kau kesal?" Tanya Jooheon.
"Bagaimana menurutmu?" Tanya Ran balik dengan nada agak kesal.
"Bagaimana dengan kecupan manis?" Goda Jooheon, Ran membuang wajahnya karena Ran bersemu.
Jooheon menyentuh wajah Ran, Ran pun menoleh dan Jooheon mengecup pipinya dengan lembut.
"Kau tahu apa yang lebih membahagiakan setelah menjadi pria broken home?" Tanya Jooheon lembut.
"Apa itu?" Tanya Ran lagi, Jooheon menghembuskan nafasnya dengan bahagia.
"Bertemu kembali dengan adikku dan gadis kecil yang kusukai dahulu, lalu kemudian aku berteman dengan musuhku karena ia ternyata ayah dari keponakanku, lalu.."
Ran mencium bibir Jooheon dengan lembut.
Ran tahu jika Jooheon sulit mengekspresikan perasaannya maka dari itu ia terlihat aneh saat mengekspresikannya.
Jooheon menutup matanya dan menikmati kecupan Ran.
Keduanya menikmati dengan penuh kasih dan haru.
Prank!
Suara piring terjatuh memecahkan atmosfir keduanya dan mereka segera melihat apa yang terjadi pada sumber suara itu.
"H-hyung... tolong hubungi 119" ujar Changkyun yang menahan tubuh terkapar Soohye.
"Jooheon... sepertinya ketubannya pecah..." ujar Ran menunjuk air yang mengalir didaerah paha Soohye.
Jooheon segera keluar.
"GENDONG DIA! KITA NAIK MOBIL! CEPAT!"
Ran dibuat takjub, Jooheon hanyalah kakak bagi Soohye namun ia bisa melihat aura maskulin sebagai seorang ayah dari jiwa Jooheon.
Changkyun menggendong Soohye dengan mengerahkan segalanya dan Ran mengambil tas dan dompet dari mereka semua kemudian masuk ke mobil.
Jooheon memacu mobilnya dengan cepat dan menyalakan lampu hati-hati, Soohye harus segera melahirkan atau kejadian Soohye dan Hyunsoo akan terjadi lagi, yaitu... keracunan air ketuban.
Ran sudah pernah mendengar cerita ini dari Soohye, ia hampir tak hidup karena ibunya tak sadarkan diri saat ingin melahirkannya.
Ia begitu mengerti bagaimana perasaan Jooheon. Maka ia dapat menahan bagaimana kecepatan mobil yang dipacu Jooheon saat ini.
10 menit adalah waktu yang sangat singkat untuk perjalanan dari rumah Changkyun ke rumah sakit untuk melakukan persalinan.
Ran menangis saat Soohye memasuki ruang operasi karena Soohye tak sadarkan diri. Bahkan Changkyun mendapat kesempatan untuk membantu dalam pembedahan karena dokter bedahnya adalah temannya.
Ran menangis, khawatir akan terjadi sesuatu pada temannya. Ini baru bulan ke 7, ini terlalu awal...
Dua jam kemudian Changkyun keluar dengan wajah gembira.
"Hyung... anakku sehat dan sempurna... mereka sepasang..." ujar Changkyun, Jooheon menuju Changkyun dan memeluknya.
"Kerja yang bagus, Changkyun-ah.." ujar Jooheon sembari menepuk bahu Changkyun.
Jooheon melepaskan pelukannya dan bergantian untuk memeluk Ran.
"Mereka berdua hidup... Aku sangat khawatir..." ujar Jooheon terisak.
Ran memeluknya balik, alangkah bahagianya Ran mengetahui bahwa sepasang kembar dari pasangan Changkyun dan Soohye sehat dan baik-baik saja.
.
.
.
Kini Soohye sudah siuman dari efek bius totalnya, ia dipertemukan dengan anak-anaknya.
"Aigoo... bayi ini lucu sekali..." ujar Ran gemas saat menggendong bayi perempuan.
"Aigo! Bukankah bayi perempuannya mirip dengan Hyunsoo?" Kaget Jooheon.
Soohye mengernyit heran, ia tak pernah melihat foto kembarannya lagi.
"Ia mirip Soohye, sangat mirip tapi... kenapa yang kulihat wajah menyebalkan hyung?" Ujar Changkyun, Jooheon menatapnya dengan horor.
"Berikan padaku... Aku kan belum melihatnya" ujar Soohye, Ran memberikannya pada Soohye.
"Kau sudah menjadi ibu ya? Selamat ya..." ujar Ran dengan mengelus pipi bayi perempuan itu dengan jari telunjuknya.
"Sesuai kesepakatanku, berikan anak ini nama hyung!" Ujar Changkyun gembira.
Namun bayi laki-lakinya terbangun dan menangis.
"Aigoo... suaramu terlalu kencang..." ujar Soohye.
"Bukankah kau harus- aih! Bodohnya kau menyusuinya didepanku!" Teriak Jooheon frustasi.
Soohye tidak berfikir panjanh karena anak laki-lakinya harus segera diam, satu-satunya cara adalah menyusuinya.
"Bayi ini perpaduan Changkyun dan Soohye" ujar Ran yang bergantian lagi menggendong bayi perempuannya.
"Bagaimana jika... Im Hyunsoo?" Usul Jooheon.
"Untuk anak tampan itu?" Tanya Ran.
"Aku tahu jika aku tampan" jawab Changkyun.
"Kau bukan anak-anak lagi bodoh" ejek Jooheon.
"Lebih tepatnya bapak-bapak hahaha" tawa Soohye.
Kemudian Changkyun memberikan nama anak perempuannya dengan nama Im Sookyun.
Setelah hari itu, Ran kembali sibuk sementara Soohye cuti kuliah selama setahun.
"Ahhh aku sangat kesepian huft" gumam Ran.
Ia memperhatikan lingkungan sekitarnya. Sangat tenang dan ini membuat universitasnya membosankan tanpa masalah yang dibuat oleh Jooheon ataupun Changkyun.
"Hai manis"
Ia tak begitu suka dengan sapaan orang yang tak sopan seperti itu.
"Jangan sok kenal-"
Saat ia memutar badannya, terdapat Jooheon yang membawa bunga untukknya.
"Honey?"
"Yeah, thats me babe"
Ran menerima bunga mawar darinya dan tersenyum.
"Apa yang kau lakukan disini?"
"Menghiburmu yang kesepian...?"
Jooheon terkekeh, ia memeluk Ran dan seketika orang-orang mengerumuninya.
"Ada apa ini JooHoney?" Tanya Ran pelan, Jooheon berlutut tiba-tiba.
"Ya! Bangun! Sedang apa kau disana... Aih ini memalukan Jooheon..."
Ran berbisik dan menatap orang-orang dengan senyum yang salah tingkah.
Diantara kerumunan, ia melihat Soohye dan Changkyun sedang menggendong kedua anak kembarnya, Ran sangat terkejut melihat keduanya berkeliaran menggendong bayi mereka.
Karena mata Ran teralihkan, tanpa ia sadari, Jooheon berlutut mengeluarkan kotak cincin menghadap Ran.
"Ran..." panggil Jooheon.
Ran terkejut melihat hal tersebut dihadapannya.
"Y..ya?" Jawab Ran gugup.
"Maukah kau menikah denganku?"
Ran menutup mulutnya, kerumunan penonton bersorak gembira.
Ran tersenyum. Dengan menjadi sahabat Soohye. Membantunya dalam segala masalah. Menghadapi banyak rintangan bersama Soohye telah menghasilkan cinta dari sang kakak dari Soohye yaitu Jooheon.
Ia gembira dan terharu, bagaimana bisa secepat ini?
"Ya.. aku bersedia"
Jawaban yang ditunggu Jooheon selama ini, kini keduanya bersedia untuk menikah dimasa mendatang.
Semua teman Ran mengucapkan selamat dan tak lupa bagaimana pasangan Changkyun dan Soohye datang bersana bayinya yang menarik banyak pasang mata.
"Akhirnya kita bersama menjadi saudara, Ran" ujar Soohye, Ran tersenyum senang.
"Halo Hyunsoo tampan..." sapa Ran dengan manis kepada bayi laki-laki yang Soohye gendong.
Sementara Ran berbincang dengan Soohye, kini Jooheon menggendong keponakan perempuannya dan berbincang pria dengan pria bersama Changkyun.
"Tetap ya sesuai urutan. Aku akan menikahi adikmu setelah kau menikahi kekasihmu, seperti janji kita saat kecil" ujar Changkyun dengan mengelus pipi Sookyun pelan.
"Auhhhh lucu sekaliiii... annyeong... jeoneun Sookyun samchon imnida... kkukkukkakka uuuuu" ujar Jooheon dengan kelakuan imutnya yang berbanding balik dengan kelakuan maskulinnya.
"Aigoo hyung... menakutkan sekali..." ujar Changkyun mencibir kelakuan Jooheon yang sudah lama tak ia lihat.
Sookyun yang sudah berusia 3 bulan tertawa kecil, ia hanya mengerti suara tawa tanpa tahu apa yang ia tertawakan.
"Jadi... kapan kau ingin menyusul kami?" Tanya Changkyun dengan cengiran yang mencurigakan.
"Secepatnya, mungkin?" Jawab Jooheon.
Lalu mereka tertawa bersama.
Kedua pasangan itu bersatu setelah melalui semua masalah bersama-sama.
Ran pantas mendapatkan semua ini.
.
.
.
.
.
.
SPECIAL PRESENT FOR MY FAVOURITE ACCOUNT ON INSTAGRAM!
babyjoohoney1006 JUST HAVE THEIR 1ST ACCOUNT ANNIVERSARY! CONGRATULATION #BABYJOOHONEY !
@babyjoo1006
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top