YTMHA : Bab 8
Apapun yang terjadi, aku akan berusaha untuk selalu ada buat kamu!
-Melvin-
KRYSTAL berjalan menuju toilet, namun langkah kakinya terhenti ketika ia melihat Keanu. Tiba-tiba saja terbesit rasa ingin tahu tentang Melvin, dan menurutnya Keanu adalah orang yang tepat untuk diinterogasi. Krystal mempercepat langkahnya mengikuti cowok itu, karena keanu hendak berbelok ke arah yang berbeda dengannya.
"Sorry," ucap Krystal seraya menepuk pundak cowok itu. "Kamu Keanu 'kan, yang kemarin nyamperin aku di parkiran?" Keanu menghentikan langkahnya saat tahu Krystal yang memanggil. "Boleh minta waktunya sebentar?"
"Oh Krystal ya ada apa?" Mata cowok itu menyipit, ada rasa heran mendera kala Krystal mau menyapanya. "Mau nanyain Melvin?" Tanya Keanu tepat sasaran. Namun, cowok itu tidak menduga bahwa suatu saat gadis yang disukai Melvin akan merasa penasaran juga. Krystal merasa sedikit malu dan rikuh karena sudah terbaca maksud dan tujuannya.
"Aku mau tanya. Kamu ya yang udah kasih tau dia, kalau aku sekolah di sini?"
"Iya! Kenapa, ada masalah?"
"Iya semenjak dia tau, cowok itu jadi sering nyamperin aku."
"Ya emang dia tertarik sama lo," sahut Keanu, tangannya kini sudah bersedekap memandang Krystal.
"Kamu kenal di mana sama cowok itu? Bukannya dia itu anak kuliahan?" Krystal masih ingin tahu.
"Namanya Melvin bukan cowok itu," tukas Keanu yang sedari tadi tidak mendengar Krystal menyebutkan nama sepupunya, alih-alih menggantinya dengan 'dia' dan 'cowok itu'.
Krystal merasa tidak enak mendengar kata penegasan dari Keanu, pasalnya ia belum terbiasa atau bisa dibilang malu dan segan saat mulutnya menyebutkan nama Melvin. Entahlah ia tidak tahu kenapa.
"Melvin itu kakak sepupu gue," terang Keanu yang langsung dihadiahi wajah penuh keterkejutan dari Krystal. Pantas saja Melvin tahu dimana ia sekolah, hubungan mereka pasti sangat dekat. Kalau sudah begini bisa dipastikan bahwa Melvin berasal dari keluarga berada, dan itu akan membuatnya kurang nyaman.
"Yaudah kalau begitu makasih atas informasinya, aku mau ke toilet. Duluan ya Keanu," pamit gadis itu, lalu berjalan dengan langkah kaki yang dibuat cepat.
Krystal hanya sedang menutupi rasa malu, karena sudah bertanya tentang Melvin pada Keanu. Bisa jadi Keanu akan melaporkannya pada cowok itu, toh mereka bersaudara dan kalau semua itu sampai terjadi Melvin akan besar kepala.
Selesai menuntaskan hajatnya di toilet, Krystal berjalan menuju wastafel. Air keran yang mengalir di tangannya terasa lebih hangat, mungkin karena cuaca di luar sana sedang panas. Selesai mencuci tangan Krystal memutuskan untuk langsung pulang. Sedangkan Diandra sudah pulang lebih dulu untuk menghindari keterlambatan saat les privat di rumahnya.
Krystal hendak keluar namun seseorang lebih dulu masuk dengan cepat. Ia merasa cemas sekaligus takut saat mengetahui bahwa Sylvia dan gengnya yang masuk ke dalam toilet.
"Hai!" Sylvia menyapa dengan seringainya. "Kemarin gue denger-denger lo pulang bareng cowok gue?"
"Enak ya pulang dianterin cowok ganteng!" Salah satu teman Sylvia meledek, kalau Krystal tidak salah namanya adalah Kelly.
"Tunggu! Ini jadi yang bener gimana? Vigo yang ngajak dia pulang bareng atau sebaliknya?" Lola ikut melemparkan pertanyaan sembari memainkan ujung rambutnya yang berwarna cokelat gelap.
"Opsi pertama tentu nggak mungkin, masa cowok gue mau nganterin dia pulang. Ini sih pasti lo yang maksa minta dianterin 'kan?" Sylvia semakin maju ke arah Krystal, sementara gadis itu mundur untuk menghindarinya.
"Kalau itu faktanya kalian mau apa?" Krystal tak mau kalah, meski gerakannya mundur iris matanya tetap fokus memandang lawan di depannya.
"Apa lo bilang, itu faktanya? Ngaca dong lo! Dulu memang kalian berteman, tapi setelah Vigo sadar kalau punya temen kayak lo itu nggak ada manfaatnya, ya buat apa?" Sylvia terus menyudutkannya, namun Krystal tidak akan mau percaya apapun yang dikatakannya tentang Vigo. Krystal tahu sifat Vigo, cowok itu tidak mungkin sejahat itu kepadanya.
"Terserah kamu mau percaya atau nggak, yang terpenting aku udah bilang hal yang sebenarnya," tegas Krystal tak gentar menatap Sylvia. Ketiga gadis itu sudah tersulut emosi karena fakta yang telah diucapan oleh Krystal.
"Kepedean banget sih lo jadi cewek!" Kelly ikut menyahut.
"Enaknya kita apain nih cewek?" Tanya Sylvia memandang kedua temannya secara bergantian, kemudian mereka semua tersenyum licik.
***
"Bro, kapan latihan nih? Weekend 'kan kita ada perform di kafe Uptown." Widhy bertanya saat keempatnya sudah duduk di kantin kampus.
"Abis kuliah aja, toh kita tinggal satu mata kuliah lagi nanti jam satu." Ansell mengajukan pendapatnya.
"Gue oke, gimana yang lain setuju?" Widhy mengendarkan pandangan pada ketiga temannya, matanya berhenti di titik Melvin karena cowok itu sedari tadi sibuk memainkan ponsel pintarnya.
"Gue oke," sahut Aldric.
"Lo gimana Vin?" Tanya Widhy lagi, sementara yang ditanya belum fokus mendengarkan. Mungkin raga lelaki itu ada di kampus namun jiwanya entah di mana. "Vin, oy!" Teriak Widhy, sementara Ansell bertugas membantu mengguncangkan-guncangkan bahu Melvin.
"Apaan sih pada berisik banget deh," ketus Melvin merasa kesal karena kegiatannya sudah diganggu.
"Nanti kita latihan pulang kuliah, lo bisa nggak?" Widhy bertanya untuk yang ketiga kalinya.
"Iya bisa-bisa, atur aja pokoknya!" Melvin mengatakan dengan cepat namun tak acuh, seolah pertanyaan teman-temannya adalah angin lalu. Melvin menjawab cepat agar ia tidak diganggu lagi oleh mereka.
"Yaudah tinggal nanti lo kabarin Keanu," pinta Widhy, telunjuknya mengarah ke Ansell.
"Sip," sahut Ansell sembari mengacungkan kedua ibu jarinya. "Katanya lo punya lagu baru Vin, udah jadi?"
"Udah, nanti gue kasih tau. Udah gue catet juga kunci nadanya."
"Beuh memang efek jatuh cinta beda, cepet banget langsung dapet aja itu ide buat bikin lagu." Ansell berkomentar di sela aktivitas menyesap kopinya.
"Kalau efeknya bagus gue dukung lo buat deketin tuh cewek," timpal Widhy.
"Terus gimana Vin, ceweknya udah mau sama lo belum?" Ansell semakin penasaran, apalagi melihat aktivitas cowok yang sedang diajak bicara itu masih saja fokus pada ponselnya.
"Belum, tapi gue udah punya nomor ponselnya semalem dapet dari nyokapnya." Melvin menyahut tanpa memandang ketiga temannya.
"Ini gila sumpah, jadi lo udah pedekate sama nyokapnya juga?"
Ansell tak dapat menahan rasa keterkejutannya, mendengar temannya bisa seberani itu. Yang Ansell tahu, kebiasaan Melvin mendekati seorang gadis hanya sebatas tebar pesona, kenalan lalu jalan bareng. Tanpa mengharapkan keseriusan dan yang lainnya, apalagi untuk dekat dengan orangtua para gadis tersebut itu sungguh di luar sifat Melvin. Dan ini adalah kasus langka menurutnya.
"Gue harap lo bisa serius sama cewek yang lagi lo kejar ini," cicit Aldric bijak, yang sedari tadi fokus dengan bubble ice rasa cokelat kesukaannya.
"Gue setuju sama Aldric," sahut Widhy serius.
"Iya-iya gue serius lah, pada bawel banget ini kakaknya." Melvin menimpali seraya menyeruput manggo float-nya.
Keempatnya beranjak dari tempat duduk masing-masing menuju kelas, karena lima menit lagi kelas mereka segera dimulai.
Melvin merasa frustasi di tempat duduknya, kendati ia sedang mengikuti kelas terakhir untuk mata kuliah hari ini. Pikirannya terus saja teringat pada Krystal, entah kenapa gadis itu masih mengabaikan pesan-pesan darinya. Padahal kalau dipikir-pikir tadi pagi tidak ada masalah apapun.
Mungkinkah Krystal merasa terganggu dengan pesan darinya. Melvin lebih baik diketusin oleh gadis itu daripada harus diabaikan seperti ini. Masalahnya kalau sudah begini, Melvin tidak bisa berkonsentrasi menjalani kegiatannya hari ini. Seperti yang dilakukannya sekarang, belajar.
Setelah diingat-ingat ia belum mencoba menghubungi gadis itu. Melvin membawa jari-jarinya untuk menekan tombol nomor Krystal di layar ponselnya. Kebetulan posisi duduknya di pojok belakang, jadi dosen yang sedang mengajar tidak begitu memperhatikan aktivitasnya.
Setelah dirasa tersambung ia menunggu seseorang menjawab, namun masih belum ada suara yang menyapa. Melvin kembali memanggil, dan masih saja hasilnya sama.
Melvin mengembuskan napas lelah, namun ia tetap mencoba. Panggilan kelima teleponnya diangkat namun terdengar suara gemercik air dan teriakan. Melvin semakin menajamkan pendengarannya, berharap mendapatkan sebuah petunjuk. Melvin kembali mendengar suara teriakan seorang gadis, dan ia merasa Krystal tidak hanya sendiri di sana.
Sampai akhirnya Melvin mendengar kata tolong dari mulut Krystal. Sontak Melvin bangkit dari tempat duduknya, beberapa mahasiswa ikut melirik ke arahnya. Setelah sadar bahwa ia menjadi pusat perhatian, Melvin kembali duduk.
Ia kembali merangkai ingatan dan pemahamannya selama mendengar suara di telepon tadi. Melvin yakin kalau Krystal, gadis yang disukainya sedang dalam keadaan bahaya. Jelas sekali suara yang didengarnya tadi adalah suara Krystal. Melvin kembali berdiri, kali ini ia meraih ranselnya lalu berjalan ke arah dosen yang sedang duduk di kursi depan.
"Bu, boleh saya izin? Ada hal yang urgent yang harus saya kerjakan sekarang juga," katanya dengan nada penuh permohonan.
Melihat wajah mahasiswanya yang begitu serius, seolah dosen tersebut terhipnotis dan akhirnya mengizinkan Melvin pergi tanpa menanyakan alasan yang lebih detail pada cowok itu.
Setelah mendapatkan izin, Melvin melirik sebentar pada ketiga temannya, ia memberikan gesture tangan yang membentuk ibu jari dan kelingking ditempel ke telinga. Menandakan Melvin akan menghubungi mereka semua untuk menjelaskan alasannya.
Melvin melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, ia menduga bahwa Krystal masih berada di sekolahnya. Melvin terus menambah kecepatan, menembus ramainya lalu lintas di ibu kota siang ini. Namun, tak menghentikan niatnya untuk terus melewati kendaraan demi kendaraan yang mencoba mengahalangi.
Apapun yang terjadi, aku akan berusaha untuk selalu ada buat kamu!
Sampai di area parkiran sekolah dan memarkir motornya dengan benar, Melvin kembali meraih ponselnya. Ia mencoba menghubungi Keanu, cowok itu bilang kalau ia ada pelajaran tambahan makanya pulang telat. Jadi, bisa dipastikan sepupunya itu masih berada di sekolah saat ini.
"Halo," sapa Keanu.
"Keluar bentar gue di parkiran sekolah lo!" Lagi-lagi Melvin menutup telepon lebih dulu.
Keanu muncul dengan tergesa-gesa dan tatapan wajahnya begitu kesal. Rasanya ia ingin menjitak kepala Melvin sebanyak mungkin.
"Apaan lagi sih? Lo kebiasaan datang ke sekolah gue seenaknya ya, gue lagi ada kuis nih buruan!"
"Lo liat Krystal?"
"Krystal lagi," gerutu Keanu, namun ia kembali teringat kejadian tadi sewaktu bertemu gadis itu. "Tadi gue liat dia mau ke toilet sih, tapi sekarang udah pulang kali." Keanu menjelaskan seraya menggaruk-garuk dagunya dengan pensil yang masih dipegangnya.
"Toiletnya di sebelah mana?" Tanya Melvin cepat.
"Itu yang lorong sebelah sana, tap ..." kata-kata Keanu belum sepenuhnya selesai, Melvin berlari ke arah yang ditunjukkan olehnya tadi. "Woy kutu kupret, awas lo jangan ngintipin cewek di toilet!" Selesai memberi peringatan yang bahkan tak didengar sepupunya, Keanu memutuskan untuk kembali ke kelas.
Melvin mencari-cari toilet di antara area kelas yang sebagian kosong, karena jam pulang telah berlalu setengah jam yang lalu. Setelah menemukannya, Melvin terus berjalan menuju ruangan yang belum pernah ia masuki sebelumnya itu.
Kalau bukan karena rasa penasaran dan intuisinya yang bekerja keras sedari tadi, Melvin tidak akan pernah menginjakkan kakinya di ruangan khusus perempuan tersebut. Kalau ada yang merasa terganggu ia bisa kena damprat, yang ada Melvin dikira cowok mesum.
Sampai di tepan pintu toilet, Melvin mendengar suara yang sama persis dengan yang didengarnya di sambungan telepon tadi. Melvin yakin dugaannya benar, bahwa Krystal lagi-lagi kena pembulian.
Melvin membuka pintu toilet dengan cepat, beruntung pintu tersebut tidak dikunci. Dan pemandangan yang terlihat pertama kali sangatlah tidak manusiawi, perlakuan ketiga gadis itu sungguh tidak mencerminkan pelajar sama sekali.
Melvin mendekat ke arah Krystal yang sudah bersimbah air, bajunya serta tubuhnya telah sukses basah. Ketiga gadis itu sangat terkejut melihat kehadiran Melvin, cowok yang sebelumnya sudah menolong krystal. Tentu Sylvia tidak lupa dengan sosok heroik Melvin saat di ulang tahunnya. Ketiganya menghentikan aktivitas mengguyur tubuh Krystal dengan shower yang tersedia di toilet.
Melvin beralih menatap ke arah tiga gadis itu, iris cokelat terangnya terlihat begitu seram. Tatapannya seolah menghujam ketiga pelaku pembulian itu.
"Keluar dari sini!" Suara dingin mendominasi ruangan tersebut membuat si pelaku bergidik ngeri. "Gue hafal wajah kalian, tinggal gue cari tau nama kalian lewat Keanu. Setelah itu siap-siap lo bertiga dapat undangan dari dewan etika, oh atau biar kalian jera gue laporin ke komite sekolah sekalian." Ketiganya langsung keluar dari ruangan tersebut, meninggalkan Melvin yang masih memandang iba pada gadis yang disukainya itu.
"Kamu baik-baik aja?" Melvin menangkup pipi Krystal yang kedinginan dengan kedua tangannya.
***
Happy reading
Kira-kira respon Krystal gimana ya saat ditolong Melvin?
19 Desember 2018
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top