YTMHA : Bab 35

Harap dibaca pelan-pelan karena ini merupakan bab terakhir 😂😂😂

Tidak perlu malu untuk mengungkapkan cinta.

-Melvin-

BERTEMU dengan Melvin memang menjadi hal yang diharapkan oleh Krystal Alvionita sejak cowok itu pergi. Namun, entah kenapa seluruh saraf di tubuhnya seolah beku ketika ingin menyapa cowok itu? Bahkan, lidahnya begitu kelu untuk sekadar mengatakan kata "hai" pada Melvin.

Bayangkan, hampir tiga tahun wajah Melvin masih saja memenuhi sebagian isi dari kepalanya. Hatinya senang sekaligus berdebar hebat.

Namun, masih ada hal yang mengganjal di sudut hatinya. Hubungan macam apa yang dimiliki antara Melvin dengan Bella? Karena sewaktu bertemu tadi, keduanya begitu dekat dan akrab. Yang Krystal tahu, terakhir kali keduanya memang dekat. Bahkan, Kak Richard yang datang bersamanya pun ikut bergabung dalam diskusi mereka. Sebegitu mudahnya Bella mencairkan suasana dalam pembicaraan hangat siang tadi.

Krystal kembali melihat kartu nama yang dipegangnya sedari tadi. Benda kecil itu merupakan pemberian dari Melvin dan juga Bella. Di sana tertulis jelas, kalau Melvin dan Bella bekerja di tempat yang sama.

Krystal tidak tahu apa-apa mengenai saudari tirinya itu, sejak Bella dan Sylvia datang ke rumahnya tempo dulu. Lagipula yang Krystal dengar terakhir kali, Sylvia memilih kuliah di Australia. Sementara Bella, masih tinggal bersama papanya. Hanya itu.

"Jadi kalian ngobrolin apa aja tadi?" tanya Diandra penuh rasa penasaran setelah Krystal menyelesaikan ceritanya.

Gadis yang ditanya mengembuskan napas kasar setelah meneguk air jeruknya. "Cuma nyapa aja sama ngobrol basa-basi. Soalnya Melvin, Bella dan Kak Richard bahas project mereka. Kebetulan aku juga udah dijemput Viona tadi, ya udah akhirnya langsung pulang."

"Yah sayang banget, padahal kamu udah lama pengin ketemu Melvin 'kan?"

"Tapi kayaknya Melvin semakin dekat sama Bella, Di. Panggilan Melvin aja udah pakai aku kamu ke Bella." Krystal mengatakan dengan lesu seolah di dalamnya ada rasa keputusasaan.

"Kamu harus pastiin, jangan sampai ada hal yang gantung lagi, Beb. Cukupkan semuanya, kamu mau bertahan atau melupakan!"

"Terus, aku harus gimana?"

"Ajak Melvin ketemuan dan bicara dari hati ke hati!"

Krystal berpikir sejenak. "Ya udah, nanti aku tanya Melvin dulu deh. By the way, nanti malem kamu mau ikut?"

"Ke mana?"

"Acara Kak Richard, yang kemarin aku ceritain itu loh."

"Oh yang itu ya, kayaknya nggak bisa deh, Beb. Tugas presentasiku masih belum selesai dan besok harus dikumpulin."

"Di, kamu kebiasaan deh kalau ngerjain tugas suka mepet-mepet waktunya!"

"Nah, salah lagi 'kan aku? Aku ke rumah kamu juga mau pinjam ini supaya bahan presentasiku agak banyak," katanya seraya memasukkan buku ekonomi bisnis yang dipinjamnya dari Krystal ke dalam ranselnya.

"Ya memang kamu salah, Diandra sayang!"

"Makanya sekarang aku mau pulang terus ngerjain tugas biar kamu nggak ngomel-ngomel." Krystal mencebikkan bibir bawah sebal. Sementara Diandra beranjak dari tempat duduknya, lalu menyampir ransel berwarna hijau mint itu.

"Bener loh ngerjain tugas jangan sampai ketiduran!"

"Omongan kamu suka bener, Beb." Diandra menyengir setelah itu menghabiskan minumannya. "Oh iya kamu bareng Viona 'kan ke pestanya?" Krystal mengangguk. "Ya udah, nggak usah khawatir bakalan nggak ada temen ngobrol di sana. Eh tadi kamu bilang Melvin sama Kak Richard temenan?"

"Iya."

"Pasti Melvin datang juga dong?"

"Oh iya ya, aku nggak kepikiran ke sana."

"Nah kalau Melvin datang, pokoknya kamu ambil kesempatan itu baik-baik ya!" pesan Diandra setelah itu ia pamit meninggalkan kediaman Krystal.

***

Krystal dan Viona mulai memasuki aula hotel bintang lima. Ruangan tersebut sudah didekorasi sangat cantik dengan tema utama putih dan hitam. Meja-meja bundar tertata elegan menghadap panggung di depan. Tata cahaya yang digunakan adalah warm white dan soft blue.

Sebagian tamu yang hadir mengenakan dresscode yang telah ditentukan. Krystal sendiri memakai long dress berwarna putih milik Viona. Awalnya, Krystal sudah mengenakan dress selututnya namun Viona memberi penolakan. Gadis itu bilang, malam ini Krystal harus tampil bersinar dan memukau. Sepertinya, ini karena Krystal sudah menceritakan tentang Melvin pada gadis yang malam ini tampil lebih feminin itu.

Krystal mengedarkan pandangan ke penjuru aula, ketika netranya mengarah ke panggung. Di sana sudah ada personil Walkman lengkap. Mungkin mereka akan tampil turut memeriahkan acara, pikir Krystal.

"Krys, itu personil Walkman bukan sih?" tanya Viona dengan netra yang tak lepas memandang ke arah panggung.

"Iya," sahutnya. "Kayaknya mereka mau tampil nanti," tambah Krystal.

"Ya ampun ganteng-ganteng banget ya, gue cuma tahu dari berita seliweran aja di kampus. Nyatanya, mereka bener-bener ciptaan Tuhan yang paling seksi." Viona dan bahasa ceplas-ceplos yang super lebay berujar.

Dari atas panggung Keanu melambaikan tangan ke arah Krystal, dan hal tersebut tidak luput dari pandangan semua personil Walkman juga Viona. Melvin ikut melemparkan senyum simpulnya pada Krystal sehingga membuat gadis di sebelahnya itu bertanya-tanya.

"Itu kenapa mereka malah pada dadah-dadah dan juga senyumin lo sih, Krys? Memang kalian udah pada kenal?"

"Yang tadi dadah-dadah itu namanya Keanu, kita satu SMA. Terus yang senyum itu ... Melvin."

"Jadi, dia cowok yang lo ceritain itu?" Krystal mengangguk. "Pantes lo gagal move on, ganteng begitu. Btw, Krys, itu yang megang bass siapa namanya?" Krystal mengerutkan keningnya heran, karena saat ini mata Viona terlihat berbinar.

"Jangan naksir Ansell, dia playboy!" Krystal memperingati seolah bisa membaca isi pikiran gadis itu.

"Baru juga nanya, ih lo mah. Tapi ganteng deh, Krys." Viona berujar seraya merebahkan kepalanya ke bahu Krystal yang dibuat memelas.

"Ansell naksir Diandra," ujar Krystal kemudian.

"Diandra? Diandra temen lo itu?" Viona berkata kaget. "Pantes, Diandra 'kan cantik banget, feminin dan juga seksi."

"Tapi Diandra nggak suka kok sama Ansell," cicit Krystal, sesaat setelah melihat wajah Viona yang tiba-tiba berubah sendu.

"Serius?" Krystal mengagguk lagi. "Lo kok nggak bilang-bilang sih, Krys, kenal sama cowok-cowok ganteng? Tahu gitu gue nggak perlu lah ikutan kencan buta kemarin-kemarin. Satu pun gue nggak dapet cowok, malahan ditolak melulu gara-gara katanya gue kurang cewek banget." Viona mulai mendumal. Yang Krystal tahu, gadis itu memang sering mengikuti kencan buta, baik lewat sebuah website ataupun dikenalkan oleh orangtuanya.

MC yang bertugas memandu acara sudah naik ke atas panggung, setelah Walkman turun selepas memeriksa alat band. Acara pertunangan akan segera dimulai, Richard beserta orangtuanya sudah berkumpul di depan.

Tapi, kenapa Bella ikut naik ke atas panggung? Dan Sylvia juga hadir bersama kedua orangtuanya. Tunggu, yang di sebelah Sylvia itu Vigo 'kan? Kenapa teman-temannya ada di sana?

"Calon tunangan Kak Richard cantik ya, Krys? Kapan gue punya muka cantik kayak begitu?" Ucapan Viona seolah angin lalu bagi Krystal, dan yang ditangkapnya hanya kata-kata calon tunangan Kak Richard.

Itu artinya, Bella adalah. Oh Tuhan, kenapa Krystal tidak berpikir ke arah sana? Isi kepalanya benar-benar terlalu banyak berprasangka, yang justru mengakibatkan ia selalu salah paham.

Krystal mengedarkan pandangan ke penjuru aula sekali lagi, dan ia menemukan tulisan ucapan selamat kepada Bella dan Richard. Tidak salah lagi, ini adalah acara pertunangan keduanya.

Jadi, selama ini Melvin dan Bella hanya berteman? Benar hanya berteman? Krystal tersenyum lega sekaligus bahagia, tatkala Bella dan Richard mulai bertukar cincin di atas panggung. Para tamu yang hadir pun bersorak riuh dengan tepuk tangan yang memenuhi seluruh aula.

Selepas acara tukar cincin, Walkman kembali ke atas panggung. Mereka turut andil memeriahkan acara Bella dan Richard, pasangan yang tengah berbahagia. Dan Krystal menikmati dalam diam seraya tatapannya tak lepas dari sosok cowok yang menjadi sumber kebahagiaannya malam ini.

Kata orang cinta pertama itu sulit untuk dilupakan. Namun bagi Melvin, semua itu hanya sebuah sugesti. Kalau kita bersungguh-sungguh ingin melupakan, tentu semua itu mampu dilakukan dan istilah tersebut hanyalah isapan jempol saja.

Krystal bukan cinta pertama baginya. Seharusnya seorang Melvin, bisa memilih siapa saja gadis yang diinginkan untuk berada di sampingnya. Melihat penampilan dan sifatnya yang mudah bergaul, tentu tidak akan sulit untuknya mendapatkan pasangan meski hanya sebatas teman kencan tanpa ikatan pasti.

Sebelum mengenal Krystal pun, Melvin sudah beberapa kali kencan dengan banyak gadis. Namun anehnya selama tiga tahun terakhir ini, hanya nama Krystal yang masih saja melekat di dasar hatinya.

Ansell pernah bilang, kalau lebih dari tiga bulan sebuah hati masih belum bisa berpaling ke hati yang lain, itu artinya kamu benar-benar sudah menjadi budak cinta. Yang benar saja, apakah budak cinta pantas disematkan pada diri Melvin? Tapi ini sudah lebih dari tiga bulan, ia masih memikirkan Krystal bahkan hampir memasuki tahun ketiga.

Melvin menarik oksigen cukup banyak agar bisa bertahan di suasana yang terasa sesak ini. Lebih tepatnya canggung, sampai rasanya ia akan mati saking rikuhnya. Sempat bingung ingin mulai dari mana, Melvin memilih berdeham sebentar untuk mencairkan suasana.

Ya, selepas pertunjukkannya tadi Melvin menemui Krystal. Lalu entah dorongan yang berasal dari mana, ia mengajak gadis itu untuk keluar dari kerumunan pesta.

Krystal sendiri merasa sedikit bebas keluar dari suasana pesta. Pasalnya, gadis itu memang tidak terlalu suka dengan acara ramai seperti ini.

Krystal bukan gadis tomboy, kelewat feminin malahan. Namun malam ini, heels berwarna nude dua belas senti serta white long dress model duyung semata kaki dengan lengan yang terbuka sungguh menyulitkannya. Apalagi tangan kirinya memegang clutch berwarna hitam. Belum lagi Krystal harus menyeimbangkan tubuhnya ketika menginjak anak tangga di waktu yang bersamaan.

"Bisa naiknya?" tanya Melvin melihat ke bawah, Krystal mendongak untuk balas menatap cowok itu. Melvin memutuskan untuk turun kembali dan menghampiri Krystal. "Butuh bantuan, Krys?"

"Aku bisa kok."

Namun aksi Melvin tak hanya memastikan gadis itu baik-baik saja. Tanpa pikir panjang, Melvin langsung menggandeng Krystal.

Krystal tersenyum, kemudian kembali berjalan mengikuti gerakan Melvin yang lebih dulu. Gadis itu mengangkat sedikit dress-nya agar lebih leluasa melangkah. Tepat di lantai dua puluh lima, Krystal bisa merasakan embusan angin malam ketika Melvin sudah berhasil membuka pintu berwarna hitam.

"Pertama kali ya, ke tempat seperti ini?"

"Iya," sahut Krystal rikuh. "Kamu, kok bisa tahu ada tempat semacam ini?" Krystal mengikuti langkah Melvin pelan tapi pasti.

"Kayak gini sering aku lakuin kalau lagi bosan di acara pesta. Itu juga kalau aku udah selesai me-manage acara sih," katanya memberitahu.

Melvin berjalan cepat menuju pinggiran gedung yang dikelilingi pembatas pendek. Kemudian dengan sangat luwes Melvin duduk di sana, membuat Krystal terkejut setengah mati karena mengira Melvin akan jatuh.

Nyatanya, di bawah sana masih ada semacam lantai. Krystal baru menyadari hal itu. Sekarang, Melvin sedang menyengir lebar sembari mengulurkan tangannya mengajak Krystal untuk duduk di sampingnya. Dengan ragu-ragu Krystal mendekat lalu menerima uluran tangan Melvin, tetapi tetap tidak beranjak dari tempatnya berdiri.

"Kenapa nggak duduk di sana aja sih?" tanya Krystal seraya menunjuk kursi di sebelah kiri. Meski sudah tua, tetapi sepertinya kursi tersebut masih layak pakai.

"Di sini lebih enak. Tuh lihat, gedung-gedung bisa kelihatan jelas. Terus, anginnya juga seger," katanya.

Benar kata Melvin, semakin dekat dengan pinggiran gedung hawa angin malam semakin terasa dingin.

Jantung Krystal berdebar hebat kala mengintip pemandangan di bawah mereka. Akhirnya gadis itu duduk di sebelah Melvin. Gemerlap lampu yang terlihat indah sana terasa seolah Krystal sedang berada di langit berbintang.

"Apa kabar kamu?" tanya Melvin sembari memberikan jas miliknya, karena melihat Krystal beberapa kali mengusap bagian lengannya.

"Eh, makasih," jawabnya gugup. "Kabarku baik. Kamu?"

"Aku masih sibuk dengan kehampaan, tapi aku juga bahagia saat orang yang kusayangi baik-baik aja menjalani hidupnya," katanya berubah melow, tetapi Krystal tersenyum mendengar penuturan Melvin.

"Ini Melvin bukan sih?"

"Memangnya kamu pikir aku siapa?"

"Ya, beda aja sama kamu tiga tahun yang lalu." Krystal merasa Melvin jauh lebih dewasa dari tiga tahun yang lalu.

"Aku udah banyak denger kalimat itu dari orang-orang," imbuhnya. "Kenapa kamu mau aku ajakin ke sini, by the way?"

"Karena yang ngajak aku adalah cowok bernama Melvin." Cowok itu menatap Krystal dengan sedikit bingung, sebelum akhirnya melanjutkan kalimatnya.

"Kamu nggak ada yang nyariin gitu ikut aku ke sini?" selidik Melvin setengah menyidir dengan senyum khasnya.

"Siapa yang nyariin? Tadi aku ke sini bareng Viona. Mungkin anaknya lagi have fun sekarang," jelas Krystal.

"Pacar kamu," cicitnya untuk memastikan.

"Pacar?" Melvin mengangguk pelan. "Sejak kapan aku punya pacar?"

"Vigo?"

"Dari dulu sampai sekarang, we are just friends."

"Yakin? Nggak pernah jadian?" Krystal menggeleng cepat.

Melvin mengumpat pelan namun Krystal masih bisa mendengarnya. Gadis itu melipat dahinya, bingung dengan tingkah Melvin yang tiba-tiba gusar.

"Maaf, aku nggak pernah balas email kamu." Cowok itu menatap tajam ke arah Krystal.

"Kenapa?" Krystal balas menatapnya seolah mencari jawaban atas apa yang selama ini dipendamnya.

"Aku kira kamu in realitionship sama Vigo. Jadi, kemarin aku berusaha buat lupain kamu."

"Berhasil?"

"I can't do it," kata Melvin dengan tatapan kosong ke depan.

"Kenapa kamu sampai mikir begitu?"

"Tentang?" Melvin kembali memandang gadis di sebelahnya.

"Aku jadian sama Vigo."

Melvin membuang napas kasar sebelum melanjutkan kalimatnya. "Aku pernah dengar kamu bilang sayang ke Vigo di UKS Metro setelah acara pensi waktu itu, dan lihat kalian pelukan juga." Ingatan Krystal langsung terbang ke peristiwa tiga tahun silam, mencoba mengingat kembali apa yang dibicarakan Melvin tadi. Dan setelah mengingatnya ia justru tersenyum tipis.

"Asal kamu tahu, kata-kata itu buat kamu bukan Vigo!"

"Jangan bohong!"

"Aku serius!" Krystal menyakinkan cowok di sebelahnya.

"Kenapa kamu nggak pernah bilang?"

"Aku ...." Krystal tiba-tiba ragu untuk melanjutkan kalimatnya.

"Nggak perlu malu buat ungkapin isi hati kamu, Krys!"

Melvin memberanikan diri untuk kembali meraih jemari Krystal. Rasanya tangan mungil gadis itu terasa pas di sela-sela jemarinya.

"Jadi, sebenarnya kamu punya perasaan itu buat aku?" Krystal mengangguk rikuh. "Tell me! Supaya aku bisa percaya," tantangnya.

Krystal sempat ragu, tetapi kapan lagi ia bisa mengungkapkan apa yang sebenarnya dirasakan oleh hatinya. Dan mulai saat ini, Krystal ingin jujur pada dirinya sendiri.

"Superhero-ku, aku sayang kamu." Krystal berkata malu-malu. Sebaliknya, Melvin justru tersenyum lebar sembari menarik pelan tubuh Krystal agar ia bisa memeluknya.

"Makasih. I always love you, Cantik." Mendengar kata cantik, senyum gadis itu semakin mengembang dalam pelukan Melvin. Ia rindu dengan panggilan itu.

Rasanya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, dan Krystal berani menyimpulkan bahwa hari ini adalah salah satu hari terbaik baginya. Hatinya tidak akan pergi jauh lagi karena sesungguhnya, pemilik hati Krystal hanya Melvin seorang.

-The end-

***

Uwaaa akhirnya YTMHA berakir di bab 35. Rasanya tuh lega kalau udah berhasil namatin satu cerita. Tapi ada sedihnya juga karena berpisah sama mereka 😂

Gimana endingnya?

Anyway, terima kasih banyak untuk para pembaca setia Krystal ♡ Melvin, tanpa dukungan dan cinta dari kalian, aku nggak mungkin bisa tambah semangat nulisnya.

Aku mau dong, kalian kasih masukan tentang cerita ini untuk perbaikan aku juga ke depannya.

Tinggalkan kritik dan sarannya ya, kali aja aku kasih extra part wkwkwk

By the way, aku udah siapin cerita untuk Widhy loh. Siapa yang mau baca? Masih inget dong dia siapa? Yup, drummer-nya Walkman.

Rencananya anak-anak Walkman memang mau aku bikinin cerita, tadinya sih mau Aldric sama Ansell duluan tapi udah keburu ada ide buat Widhy.

So, tungguin ya cerita mereka. YTMHA jangan dulu dihapus dari library kalian ya, barangkali aku mau kasih info penting hehehe.

Sekali lagi, makasih banyak untuk yang setia menunggu dan mengikuti tulisanku, peluk online 😘🤗🙆🙏

18 Juni 2019

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top