YTMHA : Bab 29
Kamu sudah berhasil membawa hatiku pergi jauh.
-Krystal-
KELAS XII sudah berhasil menyelesaikan ujian, baik ujian nasional maupun sekolah. Dan itu artinya mereka hanya tinggal menunggu hasil kelulusan. Krystal berharap hasil ujiannya sesuai dengan apa yang sudah direncanakan sebelumnya. Lulus dengan nilai terbaik.
"Kamu jadi ke bikini bottom, Beb?" tanya Diandra setelah keduanya keluar dari sebuah kafe.
"Jadi," sahut Krystal dengan raut wajah sedikit lelah. Krystal dan Diandra menghabiskan waktu di kafe Uptown selama dua jam untuk browsing kampus, yang sekiranya menjadi pilihan kedua mereka setelah PTN.
"Mau aku anter?" tawar Diandra. Keduanya sudah berada di halte bus.
"Katanya kamu mau nemenin Mama kamu ke butik," cicit Krystal heran. Sebab sebelumnya Diandra bercerita hendak mengantar sang mama ke butik, mencari setelan untuk acara resepsi pernikahan teman sang mama.
"Iya sih," cengir Diandra pada akhirnya.
"Ya udah, itu bus aku dateng. Aku duluan ya, Di."
"Iya, hati-hati kamu, Beb!" Krystal mengangguk lalu naik ke bus tujuannya.
Sepanjang perjalanan menuju bikini bottom, Krystal merapalkan doa agar bisa bertemu dengan superhero dadakannya itu. Sejak kejadian pensi tempo hari, Melvin benar-benar hilang dari kehidupannya. Krystal kira, Melvin hanya marah sebentar. Nyatanya, tidak pernah ada kabar dari cowok itu. Bahkan ponselnya sepi dari makhluk absurd bernama Melvin.
Krystal merasa hatinya ikut hilang, hampa dan kosong. Ia baru menyadari efek Melvin sebesar ini bagi hidupnya. Melvin sudah berhasil membawa hatinya pergi jauh. Krystal menyesal, karena dulu dirinya yang sering mengabaikan Melvin.
Krystal berpikir, hari ini merupakan waktu yang tepat untuk menemui cowok itu. Ia sudah bebas dengan tugas ujiannya, kini giliran masalah Melvin yang akan dihadapinya. Menurut info dari Keanu, Melvin sedang berusaha menyelesaikan tugas akhirnya. Krystal senang, akhirnya Melvin sudah mau peduli terhadap kuliahnya. Cowok itu benar-benar membuktikan kalau dirinya akan berubah.
Dan dari Keanu juga lah, Krystal tahu bahwa hari ini Walkman akan mengadakan latihan di basecamp mereka. Maka dari itu, Krystal memutuskan untuk menemui Melvin di sana.
Sampai di depan bikini bottom, Krystal mengedarkan pandangan ke sekeliling. Di area parkiran, ia melihat ada motor Melvin dan anak-anak yang lain. Namun, saat ia memberanikan masuk untuk melihat situasi di dalam, tidak ada tanda-tanda kehadiran personil Walkman. Lalu, ada di mana mereka semua?
Selang beberapa waktu, terdengar riuh tawa dari balik pintu. Krystal kembali ke pintu utama setelah tadi sempat menunggu di dalam sebentar. Dan pandangannya fokus ke arah Melvin yang sedang tertawa lepas.
Krystal akan senang kalau lawan bicara cowok itu adalah salah satu personil Walkman. Tapi, kali ini ia harus benar-benar bisa menjaga hatinya untuk tetap melihat kenyataan yang ada di depan mata.
"Eh, kamu Krystal 'kan?" tanya Bella yang baru saja meredakan tawanya. Bukan hanya Bella yang terpaku melihat kehadiran Krystal di basecamp Walkman, personil yang lain juga sama terkejutnya termasuk Melvin.
"Iya, Kak." Krystal menjawab gugup.
"Mau ketemu Melvin?" tanya Bella lagi, Krystal mengangguk ragu.
Keanu menepuk bahu sepupunya, seolah menyadarkan Melvin akan keberadaan Krystal di hadapannya. Keanu mengajak personil Walkman yang lain untuk masuk ke basecamp termasuk Bella.
Sementara Melvin memutuskan untuk mengajak Krystal keluar, tidak jauh dari basecamp ada bangku panjang yang biasa personil Walkman gunakan ketika penat berada di dalam.
"Sorry, ganggu waktu kamu." Krystal memulai percakapan.
"It's okay, kenapa bisa ke sini?" tanya Melvin pada gadis itu. Ada sedikit rasa senang, namun juga heran melihat kehadiran Krystal yang mencarinya.
Krystal tidak menjawab, ia justru memberikan pertanyaan juga. "Kamu apa kabar?"
"Aku baik," sahut Melvin datar.
"Kuliah gimana?"
"Lancar, tinggal nunggu sidang."
"Syukurlah, aku juga tinggal nunggu pengumuman kelulusan." Krystal berusaha tersenyum pada Melvin namun, lagi-lagi cowok itu lebih memilih memandang pohon mangga di sebelah kirinya.
"Good to hear that," katanya.
"Aku masih boleh minta maaf?"
"Tentang?"
"Waktu pensi tempo hari."
"Nggak perlu, aku juga udah lupain. Mungkin memang aku yang terlalu emosi waktu itu. Sorry," ujar Melvin yang sesekali mencuri pandang ke arah Krystal, selagi gadis itu menatap lurus ke depan.
"Tapi aku memang egois. Aku selalu cuekin kamu, jutekin kamu, marahin kamu, padahal kamu udah baik banget sama aku." Krystal berkata lirih.
Melvin menatap gadis itu yang terlihat seperti sedang tertekan, ia bingung harus melakukan apa. Seharusnya saat ini Krystal bahagia, karena pada akhirnya bisa mendapatkan cinta pertamanya. Tapi, kenapa wajahnya terlihat seperti orang yang sedang patah hati?
"Hey, nggak apa-apa Krys. Itu semua udah berlalu. Kamu fokus aja ke masa depan dan tujuan hidupmu. Aku cuma bisa bilang, tolong jaga apa yang udah kamu raih saat ini!" Krystal mengerutkan keningnya merasa tidak paham ke mana arah pembicaraan Melvin. "Aku berdoa, kamu bisa selalu bahagia di jalan yang kamu pilih."
"Maksud kamu gimana?"
"Ya, itu doaku atas pilihan yang kamu ambil."
"Pilihan?" Gadis itu masih sangat bingung.
"Vin!" panggil Bella yang terlihat menghampiri keduanya. "Dipanggil anak-anak, udah mau mulai lagi latihannya."
"Oke," jawab Melvin cepat seraya berdiri dari tempat duduknya. "Kamu mau aku panggilin taksi online buat pulang?" tanya Melvin menoleh pada Krystal. Namun ternyata, gadis itu masih belum berhasil mencerna ucapan Melvin yang sebelumnya.
"Yah?" Krystal menatap bingung Melvin dan Bella secara bergantian.
"Melvin bilang, kamu mau dipanggilin taksi online?" Kini giliran Bella yang mengambil alih pertanyaan Melvin. Krystal langsung menggeleng setelah berhasil memahami situasi ini.
"Oh, nggak usah. Aku naik bus aja di halte depan." Krystal berusaha tersenyum ramah.
Setelah memastikan Krystal dengan pilihannya, Melvin dan Bella memutuskan untuk kembali ke basecamp.
Krystal menyaksikan kedua punggung yang lama-kelamaan semakin menjauh, ada rasa perih yang dirasakan olehnya. Sepertinya sosok Bella memang lebih cocok berada di samping Melvin. Gadis itu lembut, ramah dan dewasa. Tidak seperti dirinya yang masih kekanak-kanakkan. Melvin terlalu baik untuknya.
***
"Happy banget Kayaknya, abis ketemu Melvin?" Bella tersenyum tipis.
"Udah berapa kali Kakak bilangin, panggil dia Kakak!"
"Memang kenapa sih?"
"Kamu tuh harus punya tata krama buat nyapa orang yang lebih tua dari kamu!" Sylvia mencebikkan bibir bawahnya sebal.
"Kalian udah jadian?" Bella menggeleng. "Bukannya Kakak bilang Melvin udah mau lupain Krystal?"
"Move on nggak semudah itu, Dek. Buktinya, lihat tuh kamu sendiri!" sindir Bella yang mengambil remote televisi dari tangan sang adik. Keduanya sedang berada di ruang keluarga.
"Loh kok aku?"
"Jangan pura-pura lagi, kamu 'kan masih nyimpen foto Vigo dan setiap malem kamu liatin terus. Memangnya Kakak nggak tau," ledek Bella pada sang adik.
"Jangan sok tau deh, Kak!"
"Memang itu kenyataannya. Kamu mau sampai kapan bersikap egois?"
"Apa aku salah mencari kebahagiaanku sendiri?"
"Kamu yakin bahagia? Kemarahan kamu ini terlalu berlebihan yang justru merusak hidupmu sendiri, Dek. Kakak nggak yakin apa yang kamu lakukan ini berbalas kebahagiaan untuk diri kamu sendiri."
Sama halnya seperti Krystal yang tanpa sadar bersikap egois, diakibatkan rasa ketakutan di masa lalu. Sylvia justru mengalami karena dirinya merasa menjadi korban. Tentu di satu sisi gadis itu memang adalah korban broken home. Kendati di sisi lain, kemarahan yang ditunjukkannya terlalu agresif dan berlebihan, baik terhadap orang tua maupun lingkungan sekitarnya.
Dan sikap egois tipe ini disebut dengan egosentrisme kognitif. Yaitu sebuah perasaan dimana seseorang tidak diperlakukan secara adil, sehingga dirinya marah kepada semua orang. Hal ini tentu harus diatasi dengan pola pendidikan, teladan dan pengetahuan yang baik serta tepat.
Sejak hak asuh jatuh ke tangan Efran, Bella dan Sylvia tidak pernah bertemu dengan Vita di satu tahun awal perpisahan orang tua mereka. Itu karena Efran masih tidak terima dengan apa yang sudah dilakukan mantan istrinya. Akibatnya, kedua anaknya seperti kurang kasih sayang terutama dari sosok ibu. Efran terus memberi fasilitas dan juga materi yang dibutuhkan sang anak, tanpa sadar sudah kehilangan momen penting dalam tumbuh kembang kedua putrinya.
Bella menuruni sifat Efran yang lebih bijak dan mau mendengarkan saran dari orang lain. Berbeda dengan Sylvia yang lebih menuruni sifat Vita. Pembinaan sosial emosional yang kurang, menyebabkan Sylvia memiliki rasa egois yang lebih tinggi.
"Pokoknya mulai sekarang kamu berhenti bermain-main sama Mas Gama! Kamu cuma mau nunjukkin ke Mama kalau kamu juga bisa selingkuh kayak dia 'kan?" Napas Sylvia naik turun mendengarkan ucapan sang kakak yang hampir semuanya benar. "Lagi pula percuma kamu memberontak demi memperlihatkan sifat egois kamu ke Mama. Kalau Mama peka nggak mungkin dia masih menahan Ayah Galih selama ini, Sylvia. Yang bahkan nggak pernah cinta sama Mama!"
"Apa maksud Kakak?"
"Iya, semua yang barusan kamu denger adalah kenyataannya. Mama selama ini nahan Ayah Galih yang terpaksa meninggalkan keluarganya. Meski Mama udah tau, dia nggak mungkin dicintai Ayah Galih." Bella menatap sendu ke arah sang adik.
Sylvia mencoba mencerna apa yang baru saja didengarnya, ini sungguh menggelikan. Sikap yang selama ini ingin ditunjukkannya kepada sang Mama ternyata hanya sia-sia. Dan kenapa ia baru menyadari, sedangkal ini pikirannya untuk menunjukkan sikap protes terhadap sang mama yang sudah menyia-nyiakan papanya.
Pantas saja, Mamanya seperti tidak peduli dengan kehidupan Sylvia. Bahkan hati mamanya sudah dibutakan oleh cinta, dan menahan raga orang yang dicintainya dengan cara licik seperti itu. Sylvia tidak habis pikir, mamanya adalah pelaku utama dalam masalah ini.
***
Selesai latihan band, Melvin pergi ke rumah Keanu. Rencananya malam ini ia akan menginap di rumah Keanu, karena om dan tantenya itu sedang ke luar kota untuk perjalanan bisnis.
"Oh, now go walk out the door.
Just turn around now, you're not welcome anymore.
Weren't you the one who tried to break me with desire?
Did you think I'd crumble?"
"Pastinya lo hancur!" sindir Keanu yang baru saja keluar dari kamar mandi. Ia sudah beberapa kali mendengar lagu itu dibawakan oleh Melvin, sampai bosan rasanya. Bukan bosan karena lagunya tapi karena sang penyanyi.
"Kampret lo!" semprot Melvin sembari melempar guling ke arah Keanu namun cowok itu sigap menghindar.
"Lagian pake nanya, udah tau lo hancur pas tau Krystal sama Vigo jadian." Keanu lalu duduk di sebelah Melvin. "Tapi ada yang aneh deh, Vin."
"Apaan?"
"Kata lo, mereka 'kan jadian. Tapi gue lihat mereka biasa-biasa aja deh, nggak ada mesra-mesranya gitu."
"Ya kali, Nu. Mereka mau mesra-mesraan di sekolah. Lagian ya, Krystal bukan tipe yang kayak gitu," ujar Melvin merasa paling tahu.
"Cie belain, emang susah ya kalau udah sayang. Sejelek apapun sifat mereka bakalan tetep bagus aja dilihatnya," cicit Keanu sok bijak.
"Sial! Gue ngomong sesuai fakta, Nu. Gue kenal Krystal dengan baik." Melvin berkata sembari tangannya kembali memetik senar gitar. "Btw, lo yang ngasih tau Krystal kalau tadi kita ada latihan?" Keanu mengangguk.
"Abis kasihan gue setiap kali ketemu, dia nanyain lo terus padahal udah gue bilang kalau lo baik-baik aja."
Melvin tahu, Krystal mungkin hanya sedang merasa bersalah atas sikapnya selama ini kepadanya. Maka dari itu, ia berniat untuk menjauh. Mulai sekarang, Melvin tidak akan memaksakan kehendaknya. Melvin tidak ingin mendapatkan cinta Krystal dengan cara terpaksa.
Melvin kembali bernyanyi lagu yang sempat terhenti tadi, dan hal tersebut membuat Keanu terganggu. Bukan karena suara Melvin namun, karena sepupunya itu terlihat menyedihkan saat menyanyikan lagu I Will Survive milik band asal Amerika yaitu Cake.
"At first I was afraid, I was petrified.
I kept thinking I could never live without you by my side.
But then I spent so many nights.
Just thinking how you'd done me wrong.
I grew strong, I learned how to get along."
"Berisik, Vin. Mending ikut gue yuk!"
"Ke mana?" Keanu sudah menarik tangan cowok itu dengan paksa, sehingga terlepaslah gitar Melvin dari tangannya.
"Tiba-tiba pengin makan martabak nih," cicit Keanu.
"Ngidam lo?" tanya Melvin dengan tatapan horror.
"Iya nih udah tiga bulan, Bang." Keanu berkata seraya mengusap perutnya dengan mata berbinar. Hal itu justru membuat Melvin bergidik ngeri.
"Jijik, Nu." Melvin berjalan ke luar lebih dulu, meninggalkan Keanu yang masih sibuk mencari keberadaan tas kecilnya.
Tiga puluh menit kemudian, keduanya sudah berhasil membeli martabak telur keinginan Keanu. Hanya saja penjual langganan Keanu yang biasa berjualan di gang kavlingnya tutup, akhirnya mereka mencari ke jalan raya yang lebih ramai.
"Lo bener mirip emak-emak yang lagi ngidam tau, Nu." Sedari tadi Melvin terus mendumal karena kesal. Rencana tidur lebih awalnya pupus sudah akibat ulah Keanu.
"Dan lo suami emak-emak itu, Vin." Keanu membalas dengan santai, toh ia sudah terbiasa dengan sikap nyinyir Melvin.
Motor hendak melaju namun, Keanu menghentikan aksi Melvin dengan menepuk bahu cowok itu dari belakang.
"Apaan sih, Nu. Mau pulang nggak?"
"Lo liat itu dulu!" Keanu menunjukkan jarinya searah jarum jam angka sembilan, posisi mereka berada di seberang jalan.
Seketika Melvin berubah geram, lalu ia langsung tancap gas menuju tempat yang ditunjukkan oleh sepupunya itu.
"Vin, lo mau ngapain? Calm down, Vin!" Keanu melihat amarah yang membuncah di mata cowok itu.
Melvin turun dari motor dan langsung menghampiri seseorang di sana. Keanu berusaha mencegah sepupunya namun, yang dilihatnya benar-benar di luar dugaan.
Buk!
Satu pukulan yang dilayangkan Melvin, sukses membuat pelipis lawannya mengeluarkan darah.
***
Sebagai ganti aku telat up, bab ini lebih banyak dari pada biasanya :)
Ada yang kangen kelakuan absurdnya Melvin?
Sabar ya, kali ini dia harus serius dulu. Melvin juga bisa serius loh, dan beginilah tampang dia klo lagi mode serius. Jadinya ya gitu cuek, dingin dan cangung.
Ada yang bisa nebak, Melvin mukul siapa?
Untuk lihat macam-macam sifat egois ada di psychology today ya!
30 April 2019
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top