YTMHA : Bab 12

Cinta itu nggak bisa ketebak kapan datangnya, sekarang bilang nggak mungkin besok kamu bilang iya!
-Melvin-

"Kok Kakak kayak kenal motor yang tadi ya," katanya seraya berpikir keras.

"Kenal di mana Kak? Dia emang bukan anak sini sih," sahut Sylvia memberitahu.

"Kayak temen kampus Kakak sih motornya," sahutnya pelan. Gadis itu mulai melajukan mobilnya setelah keduanya sukses memakai seatbelt.

"Aku juga belum kenal sih, tapi cowok itu super nyebelin!"

"Loh katanya belum kenal, kok kamu bisa bilang nyebelin sih?" Gadis itu bertanya heran.

"Ya karena dia selalu menggagalkan rencanaku Kak," adu Sylvia pada sang kakak.

"Rencana?" Gadis itu kini mengerutkan keningnya bingung.

"Hemp ... Itu maksudku, ah pokoknya cowok itu rese deh!" Sylvia tidak mungkin menceritakan bahwa ia sudah membuli teman sekolahnya. Bisa-bisa sang kakak akan marah besar dan mengadukan perbuatannya pada sang ayah. "Kita mau ketemu Mama di mana Kak?" Sylvia mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Di tempat biasa," sahutnya singkat, matanya masih fokus menatap lalu lintas di depan.

"Sama cowok itu nggak ya?" Tanya Sylvia harap-harap cemas.

"Walau bagaimanapun dia udah jadi ayah kita," jawab sang kakak bijak.

***

"Ini kenapa kamu ngajakin aku ke sini sih? Tadi bilangnya cuma mau antar aku pulang," komentar Krystal seraya membuka helmnya. Mereka berdua sudah berada di kawasan mall yang berada di pusat kota.

"Kita nge-date," cengir Melvin kemudian menggandeng lengan gadis itu, keduanya berjalan menuju lantai teratas di mall tersebut.

"Ini apaan pake gandeng-gandeng segala, aku bisa jalan sendiri kok!"

Krystal melepaskan gandengan tangan cowok itu lalu berjalan lebih dulu. Namun, bukan Melvin namanya kalau ia cepat menyerah. Dengan langkah kaki seribunya, cowok itu mengejar Krystal lalu kembali meraih tangan gadis itu. Kali ini tidak hanya digenggam, melainkan Melvin menautkan jemarinya ke jemari Krystal membuat gadis itu memperhatikan tautan mereka.

"Aku nggak mau kalau kamu sampai ilang di mall," katanya setengah meledek gadis itu.

Krystal berusaha melepaskan namun gagal, Melvin justru tak ingin menjauh barang sedikitpun. Ia menarik gadis itu menuju tangga jalan, hati-hati Melvin melangkah agar Krystal tetap aman dalam genggamannya.

Melvin mengajak Krystal nonton di bioskop, keduanya sudah sampai di lantai teater.

"Kamu mau nonton apa?" Tanya Melvin sembari memperhatikan jadwal film-film yang sedang diputar minggu ini.

"Mana ku tahu, kamu yang ngajak aku ke sini." Krystal bersedekap tak acuh, sembari memandang ke sembarang arah.

"Kalau nonton film horor gimana?"

Krystal berubah tegang, pasalnya gadis itu anti dengan yang namanya film horor. Lalu ia menggeleng cepat.

"Nggak! Aku nggak suka film horor," katanya dengan nada cemas.

"Oke, kita nonton film horor!"

"Apaan sih, aku bilang nggak suka."

"Nanti kamu boleh peluk aku kalau pas setannya keluar, gimana enak 'kan tawaranku?"

"Modus!" Krystal menginjak kaki cowok itu karena ia kelewat kesal. "Aku pulang aja kalau begitu," katanya hendak berbalik badan, namun Melvin menahannya.

"Yaudah kita nonton yang lain," putus Melvin akhirnya mengalah. Ia tidak ingin kehilangan kesempatan untuk nonton berdua dengan Krystal. Lagipula bukan filmnya yang terpenting, tapi dengan siapa ia menonton.

Sebelum masuk Melvin sudah siap dengan camilan dan minuman khas teater di kedua tangannya, ia hanya ingin Krystal merasa nyaman saat nonton bersamanya.

Tak berapa lama, panggilan teater milik mereka sudah dibuka. Keduanya berjalan menuju teater tersebut, lalu duduk di tempat masing-masing. Krystal sudah siaga memosisikan ranselnya di depan mata.

"Kamu sengaja ya?" Tanya Krystal penuh selidik. Saat mengetahui film yang Melvin pilih adalah horor, padahal Krystal sudah bilang tidak suka dan ia sangat kesal karena hal tersebut.

"Nggak cantik, tadi film yang lain udah full seat. Masa kita harus nunggu sampai malem baru bisa nonton." Krystal mencebik namun hal itu justru terlihat lucu di mata Melvin.

Tau gitu mending nggak usah nonton, Krystal bermonolog di dalam hati.

"Filmnya belum dimulai, ini kamu mending makan dulu aja." Melvin menyodorkan camilan yang sudah ia beli tadi. Namun Krystal merasa tidak bernapsu sama sekali.

Akhirnya kesampaian juga gue nonton bareng Krystal, film horor pula.

Modus Melvin tidak sepenuhnya gagal, tadi memang ia sempat ingin membatalkan film yang akan ditontonnya, namun sesuai ucapan cowok itu kursinya sudah penuh. Sementara Melvin tidak ingin putar haluan, dan kesempatan ini merupakan momen langka baginya. Untuk mengajak Krystal ke luar saja sudah susah apalagi diajak nonton.

Film sudah mulai diputar, suasana tegang dan mencekam begitu terasa. Krystal sudah mempersiapkan kedua telapak tangannya, guna melindungi dirinya dari layar besar di depan.

Krystal sudah mulai gelisah di tempatnya, ia tidak menikmati film tersebut sama sekali. Justru pikirannya lari entah kemana, dan bayangan tentang kejadian beberapa tahun silam kembali terekam di kepalanya.

"Aaakkk!" Krystal berteriak saat sosok yang ditakutinya muncul di layar besar tersebut. Sementara Melvin bukan sibuk menonton, tapi ia terlalu fokus memandang gadis yang sedang ketakutan di sebelahnya itu.

Kendati, lama-lama Melvin merasa ada yang tidak beres. Melvin melihat Krystal sudah berkeringat meski pendingin di dalam teater cukup membuatnya kedinginan. Tiba-tiba ia jadi takut kalau Krystal memang tidak bisa menonton film horor. Dengan segera Melvin meraih jemari gadis itu yang ternyata sangat dingin, wajahnya juga terlihat pucat meski penerangan sangat minim di ruangan sana.

Melvin jadi cemas dan bingung harus berbuat apa. Akhirnya ia memutuskan untuk mengajak gadis itu keluar ruang teater, sepertinya Krystal tidak bisa berada lebih lama lagi di sini.

Melvin membawa Krystal ke area tunggu di depan ruang teater, ia mengajak gadis itu duduk di sana. Tangannya meraih bahu Krystal yang terasa masih tegang karena ketakutan.

"Krystal!" Panggil Melvin lembut. "Kamu baik-baik aja?" Krystal masih terdiam, sudut matanya sudah basah. "Aku minta maaf. Aku nggak tau kalau kamu bisa setakut ini," lanjutnya masih memegang kedua bahu gadis itu.

Krystal pernah mempunyai memori yang buruk dengan kegelapan dan film horor. Dulu sewaktu masih duduk di bangku SMP, teman-temannya mengerjai Krystal dengan mengajaknya ke sebuah ruangan kosong tanpa cahaya dan di sana hanya ada televisi yang sedang memutar film horor.

Niat teman-temannya hanya ingin menakut-nakuti Krystal dalam rangka memberi kejutan perayaan ulang tahun untuk gadis itu. Namun respon Krystal di luar dugaan. Ia merasa cemas dan berkeringat di sekitar dahi, jemarinya juga berubah mendingin dan tak lama kemudian Krystal kehilangan kesadarannya.

Kalau saja Melvin tidak segera membawa gadis itu ke luar, sudah bisa dipastikan Krystal akan mengalami pingsan. Dulu ketika memeriksakan dirinya ke dokter, Krystal dinyatakan mengalami gejala Nyctophobia. Meski masih gejala ia harus mengatasinya sedikit demi sedikit agar bisa pulih.

Menurut dokter yang menanganinya, gadis itu harus membiasakan diri dengan ruang gelap, dan sebenarnya Krystal sudah berhasil melewati fase itu. Namun saat berada di ruang teater tadi, entah kenapa ia kembali seperti itu. Ditambah film yang ia nikmati bukanlah film kesukaannya.

Melvin menggenggam tangan Krystal yang masih dingin, ia merasa sangat bersalah kepada gadis itu. Kalau saja ia tidak egois mungkin Krystal akan baik-baik saja. Melvin memberanikan diri untuk memeluk gadis itu, kalaupun Krystal akan marah ia sudah siap. Kalaupun Krystal akan memukulnya, ia akan menerima dengan sukarela.

Namun, yang dilakukan Krystal sungguh di luar dugaan. Gadis itu hanya diam sembari menutup mata berharap ketakutannya akan sirna dalam sekejap mata.

Setelah beberapa menit kemudian, Melvin berhasil menenangkan Krystal. Gadis itu sudah merasa lebih baik setelah Melvin memberinya minuman.

"Kita makan dulu yuk!" Ajak Melvin saat keduanya sudah keluar dari gedung teater. Cowok itu mengajaknya ke area foodcourt. Melvin tidak melepaskan tangan Krystal, jemari lembut itu masih tetap ia genggam secara posesif.

Melvin mencari tempat duduk untuk mereka berdua karena siang ini foodcourt terlihat ramai. Setelah mendapatkan tempat duduk yang nyaman, cowok itu berjalan menuju stand makanan.

Beberapa menit kemudian, Melvin selesai memesan makanan. cowok itu kembali menghampiri Krystal yang sudah tenang seperti sedia kala. Meski gadis itu masih diam dan enggan bicara.

"Makan dulu!" Krystal langsung menurut, perutnya juga sudah minta diisi. "Aku minta maaf ya, aku nggak tau kamu bisa kayak tadi." Melvin masih menyesali perbuatannya.

"Aku punya kenangan buruk dengan tempat gelap dan film horor," jawabnya lemah.

"Maaf!" Lirih Melvin yang merasa sangat bersalah. Krystal baru kali ini melihat sosok Melvin lembut dan rendah hati. Seolah sikap percaya diri yang biasa ia tunjukkan hilang ditelan bumi.

"Lain kali jangan diulangi lagi!" Krystal memberi peringatan setelah menyesap minumannya.

"Janji cantik," jawabnya merasa lega, karena akhirnya Krystal kembali terlihat baik-baik saja.

Mulai detik ini Melvin berjanji pada diri sendiri, ia harus mengetahui segala hal yang disukai dan yang tidak disukai oleh Krystal. Melvin tidak ingin kejadian tadi terulang kembali.

"Makanya kamu sering-sering curhat sama aku, supaya aku tuh tau semua hal yang kamu takuti di dunia ini!"

"Kita belum sampai tahap saling curhat," sindir Krystal.

"Makanya kita mulai dari sekarang!" Krystal berhenti mengunyah makanannya.

Krystal jadi teringat ucapan Vigo yang mengatakan, kalau ia harus mau membuka diri agar dapat memperluas hubungan sosialnya. Tapi apa Melvin orang yang tepat? Cowok itu bukan hanya menawarkan pertemannan tetapi lebih daripada itu. Dan Krystal yakin, kalau ia belum siap.

"Pelan-pelan." Akhirnya gadis itu menjawab. "Aku nggak suka terburu-buru. Bukannya kamu sendiri yang bilang, mengalir aja seperti halnya perkenalan biasa."

"Oke pelan-pelan aja," sahut Melvin setuju.

"Aku juga nggak bisa menjanjikan sesuatu sama kamu, kalau akhirnya aku nggak bisa menepatinya suatu hari nanti."

"Memangnya kamu nggak bisa suka sama aku?" Krystal mengendikkan bahunya. "Yakin?"

"Sepertinya nggak," jawab gadis itu.

"Bukan nggak, tapi belum!"

"Aku nggak tau!" Krystal menjawab cepat.

"Cinta itu nggak bisa ketebak kapan datangnya, sekarang bilang nggak mungkin besok kamu bilang iya."

"Dan aku nggak yakin yang kamu rasain itu adalah cinta," ujar Krystal menatap tajam sosok Melvin.

"Kamu meragukanku?"

"Justru aku yang meragukan diriku sendiri. Aku hanya takut nggak bisa percaya sama kamu."

"Please open your heart, Cantik!"

"Kamu pikir dengan cara maksa aku, kamu bisa dapetin hatiku?"

"Aku nggak maksa kamu. Aku cuma mau kamu liat aku."

"Aku liat, kamu di depan mataku."

"Kok kamu jadi pinter ngelawak sih, ini bukan moment yang pas loh." Melvin tersenyum sebentar lalu kembali fokus.

"Melvin!" Panggil seseorang di belakang.

Gadis itu tampak kaget saat bertemu Melvin di sana, ditambah cowok itu sedang bersama dengan seorang gadis SMA.

Begitupula dengan gadis di sebelahnya yang sudah mengenal Krystal karena mereka satu sekolah, ia tak menyangka kalau Krystal sedang hangout dengan cowok yang selama ini menolongnya.

***

Happy reading

Happy new year

Happy holiday

Kado di tahun baru update YTMHA lebih cepat🤣

Semoga di tahun baru ini yang jomlo bisa segera punya pacar, yang udah punya pacar bisa cepet halal, yang udah halal biar happy terus, yang masih gagal move on stalking lapaknya si Melvin aja ya biar bisa ketawa. Meski single harus tetap happy ya guys.
Jangan lupa bahagia 🤣😍

Apapun doa dan resolusi kalian di tahun baru ini, semoga semuanya tercapai amin🤗

01 Januari 2019

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top