YTMHA : Bab 11
Mitos atau Fakta
Kalau seorang cewek mengajak cowok untuk menonton film horor, itu tandanya si cewek ingin diperlakukan mesra di dalam gedung bioskop?
HARI ini Melvin aman, beruntung dosen yang mengajar memberinya izin untuk masuk kelas meski cowok itu sudah telat tiga puluh menit. Melvin juga berhasil mengikuti kelas sampai selesai, walaupun kantuk mendera dirinya ketika dosen menjelaskan materi.
Lagi-lagi Melvin menguap, sekarang ia sedang mengikuti kelas kedua dari serangkaian mata kuliahnya hari ini.
"Anjir, ngantuk banget," gerutunya di sela-sela ia menguap. "Gue nggak kuat!" Ia meraih ponselnya untuk membuka games yang biasa dimainkan, berharap rasa kantuknya segera hilang. Kebetulan dosen yang mengajar sedang menerima telepon di luar kelas.
Ketika jari-jari besarnya sukses membuka password pattern pada ponselnya, matanya langsung membulat sempurna.
Si Cantik Krystal
Hai, aku mau kembaliin jaket kamu.
Kapan bisa ketemu?
Melvin tak berhenti untuk menyunggingkan senyuman di bibirnya, baru kali ini ia menerima pesan lebih dulu dari Krystal. Duh, Melvin jadi salah tingkah begini dibuatnya. Padahal cuma pesan yang Krystal berikan, tapi sudah membuatnya seperti cacing kepanasan begini.
Kemarin saja, Melvin tidak bisa tidur karena masih merasakan pelukan Krystal di tubuhnya sewaktu ia menolong gadis itu di dalam toilet. Krystal memang benar-benar sudah mempengaruhi kehidupan seorang Melvin.
Melvin
Pulang sekolah aku ke sekolah kamu ya :)
Si Cantik Krystal
Oke, see you.
Krystal menjawab lagi, Melvin tambah senyum-senyum tidak jelas sepanjang kelas. Apalagi gadis itu tidak berkomentar saat ia memutuskan untuk ke sekolahnya. Rasa kantuknya seolah sirna terbawa angin kebahagiaan hari ini.
Selesai kelas Melvin langsung berlari menuju parkiran, ia mencari motornya di antara banyaknya kendaraan roda dua yang lainnya. Matanya menangkap sosok Bella yang sedang menelepon di bawah pohon dekat dengan area parkiran.
Omong-omong soal Bella, tadi Melvin membahas untuk nonton dengan gadis itu. Ia jadi galau sendiri memikirkan hal itu, tapi 'kan Melvin belum memutuskan untuk setuju perihal nonton hari ini. Masalahnya gadis itu minta nonton film horor, enak saja memang Bella siapa.
Menurut info yang Melvin dapat, kalau seorang cewek mengajak cowok untuk menonton film horor itu tandanya si cewek ingin diperlakukan mesra ketika di dalam gedung bioskop. Kalau tidak salah Melvin dapat berita tersebut sewaktu membaca artikel di salah satu situs daring. Mengingat berita tersebut, ia jadi tidak ingin menerima ajakan gadis bernama Bella itu. Tapi kalau Krystal yang mengajaknya, mungkin Melvin tidak perlu berpikir ulang.
"Melvin!" Panggil Bella saat Melvin melewati gadis itu. Cowok itu menghentikan motornya sebentar, kemudian menaikkan kaca helmnya.
"Sorry gue nggak bisa nerima ajakan nonton sama lo ya, gue buru-buru. Bye!" Tanpa Bella sempat berkata apapun, cowok itu sudah melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata.
Bella menatap nyalang, antara tak rela namun juga tak bisa melakukan apapun. Ia mengembuskan napas kasar lalu segera berbalik arah.
***
Di tempatnya Krystal sedang memasukkan buku pelajaran ke dalam tasnya. Baru saja kelasnya menyelesaikan pelajaran terakhir untuk hari ini.
Diandra mengajak Krystal untuk makan terlebih dahulu sebelum mereka pulang, itu karena sewaktu istirahat tadi keduanya tidak keluar untuk jajan. Kelasnya mendapat tugas dadakan dari guru yang berhalangan hadir, namun tugas tersebut diminta untuk segera dikumpulkan sebelum mata pelajaran selanjutnya dimulai. Alhasil, hampir semua murid di kelas Krystal tidak keluar untuk istirahat.
Krystal dan Diandra berjalan menuju kantin, hampir sampai mereka menuju area kantin keduanya berpapasan dengan Vigo dan Sylvia. Krystal berusaha untuk biasa saja, meski Sylvia menatapnya tajam namun gadis itu masih menjaga sikap karena ada Vigo di sampingnya.
"Beb, kamu nggak mau laporin kelakuannya Sylvia?" Tanya Diandra di sela-sela perjalanan mereka menuju stand makanan.
"Nggak akan ada yang percaya juga Di, mereka pasti akan memutarbalikkan fakta." Krystal menjawab malas.
"Suruh cowok yang nolongin kamu kasih kesaksian gih!"
"Nggak mungkin Di, kamu ingat pasal-pasal peraturan di sekolah kita soal pengaduan kekerasan di sekolah?" Diandra menggeleng cepat, antara lupa atau tidak tahu dengan isinya. "Siswa/ siswi yang mengalami tindakan kekerasan dari siswa/siswi lain, boleh melaporkan dengan menghadirkan saksi yang berasal dari dalam sekolah atau pelajar Metro."
"Masa sih, kok aku baru denger ya?"
"Makanya baca pasal-pasal perjanjian sekolah kita," saran Krystal pada sahabatnya.
"Berarti kita nggak bisa laporin perbuatan si cewek uler dan anteknya itu? Pinter banget ya mereka ngebuli kamu pas lagi sendirian." Diandra menghampiri penjual soto betawi lalu memesannya. "Mulai sekarang, kamu nggak boleh pergi sendirian ya. Kalau mau pergi ke toilet atau kemana pun, pokoknya kamu harus bilang sama aku!" Diandra dan sikap penuh perhatiannya membuat Krystal merasa dilindungi. Gadis itu tersenyum lalu meraih lengan Diandra secara posesif.
Ketika sedang asyik menyantap makan siang masing-masing, ponsel Krystal bergetar tanda sebuah panggilan masuk. Ia melihat layar dan memandang datar nama si penelepon.
"Hey, kamu lagi di mana?" Belum sempat ia menyapa cowok itu sudah bertanya lebih dulu.
"Di kantin."
"Oke!"
"Kamu?"
"Di hatimu!" Krystal menggelengkan kepalanya jengah.
"Nanti kam ...."
Sambungan terputus!
Bukan Melvin namanya kalau tidak bertindak sesuka hati, itu karena ia ingin segera bertemu dengan pujaan hatinya.
"Kebiasaan suka seenak jidat deh nih orang," dumal Krystal.
"Siapa beb?"
"Orang gila," sahut Krystal menyesap teh dinginnya.
"Orang gila yang ganteng dan sekarang jadi superhero kamu itu?" Diandra memberikan pertanyaan yang terdengar seperti sebuah pernyataan. "Kamu harus bersyukur loh beb, dia selalu kebetulan bisa bantu kamu. Seolah-olah itu cowok radarnya kuat banget sama keberadaan kamu," tambahnya. Krystal membenarkan pernyataan sahabatnya hanya dalam hati. Ia juga masih bingung sampai sekarang. Kenapa Melvin selalu datang di saat yang tepat, ketika ia sedang membutuhkan sebuah pertolongan.
Tak lama kemudian, Melvin sampai di area kantin Metro. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling kantin, mencari sosok Krystal di dalam sana.
"Loh, kok di sini gelap ya?" Tanyanya pada diri sendiri. "Oh iya, ini belum gue lepas," cicitnya. Melvin menarik kacamata yang masih bertengger, lalu melipatnya di antara kaus yang ia kenakan.
Beberapa pengunjung kantin Metro ikut memandang ke arah sosok cowok berkulit putih dan berpostur tinggi itu, netra mereka tak teralihkan dari cowok bernama Melvin tersebut. Melvin kembali mengedarkan pandangan, karena sosok gadis yang ingin ditemuinya masih belum terlihat.
Matanya terhenti di satu titik, kursi pojok tepat di sebelah tiang penyangga gedung tersebut. Melvin melihat Krystal sedang duduk berhadapan dengan teman gadisnya. Ia mendekat ke arah sana, langkahnya penuh dengan sikap percaya diri.
Melvin sudah berdiri di belakang Krystal namun gadis itu masih belum menyadari kehadirannya, sampai akhirnya Diandra melihat sosok Melvin yang memberikan gesture menutup mulut dengan telunjuk kanannya. Ia menyuruh sahabat gadis itu untuk tetap diam, lalu Melvin mencolek bahu Krystal setelah itu bersembunyi di balik tiang.
Krystal menengok, mencari siapa yang sudah mencolek bahunya. Tidak ada siapapun, ia merasa aneh dengan hal itu.
Lagi. Sebuah colekan kembali terasa saat Krystal berbincang dengan sahabatnya, dan Melvin kembali bersembunyi dengan cepat.
"Siapa sih? Iseng banget. Kamu liat Di, siapa yang nyolek bahuku?" Diandra hanya mengendikkan bahu. Diandra tidak ingin mengganggu aksi konyol superhero dadakan sahabatnya itu, biarkan saja ia hanya ingin menjadi penonton.
Melvin berniat untuk kembali melanjutkan aksi kekanak-kanakannya itu, baru saja ia berjinjit untuk menyentuh bahu Krystal. Gadis itu menengok dan melemparkan tatapan mematikan.
"Jadi dari tadi kamu yang udah iseng?" Melvin hanya menunjukkan cengiran seraya menggaruk-garuk tekuknya yang tidak gatal. Berhubung aksinya sudah terbongkar, Melvin duduk di sebelah gadis itu.
"Maaf ya, aku cuma iseng nggak ada maksud apapun."
"Kenalin, sahabatku Diandra." Krystal memperkenalkan gadis di depannya pada Melvin.
"Hai, mulai sekarang lo harus jadi sekutu gue ya biar gue selalu dekat sama si cantik."
"Si cantik?" Diandra mengulang ucapan Melvin.
"Panggilan sayang gue buat Krystal," sahutnya seraya tersenyum lebar. "Cantik, aku anterin pulang yuk!" Ajak Melvin penuh harap.
"Gue percaya sama lo, titip Krystal ya. Awas aja kalau ada lecet sedikit, gue nggak akan tinggal diam!" Ancam Diandra dengan air muka yang serius.
"Gue janji," sahut Melvin penuh percaya diri.
Diandra baru dua kali bertatap muka dengan Melvin, dan baru hari ini pula berkenalan secara resmi dengan cowok itu. Namun, entah dorongan dari mana ia merasa harus mempercayai Melvin. Mendengar cerita dari Krystal tentang cowok itu saja, sudah membuat Diandra terharu dan percaya akan adanya takdir.
Diandra yakin selalu ada makna di balik sebuah pertemuan. Apalagi mengingat pertemuan Krystal dengan Melvin yang selalu diwarnai dengan ketegangan dan kekerasan yang dialami gadis itu.
Keduanya sudah berada di area parkiran, Krystal merogoh isi tasnya dan mengambil jaket milik Melvin.
"Ini, makasih udah minjemin aku." Melvin meraih jaket tersebut namun bukan untuk ia kenakan, melainkan untuk ia pakaikan di tubuh gadis itu.
"Buat kamu aja, anggap ini hadiah pendekatan kita." Selesai memakaikan jaket di tubuh Krystal, ia memakaikan helm di kepala gadis itu.
Kenapa hari ini Melvin bertindak layaknya seorang kekasih bagi Krystal. Tidak apa-apa, hitung-hitung ia belajar menjadi pacar yang baik.
Melvin mulai melajukan motornya meninggalkan area parkiran. Saat di depan gerbang, Melvin melihat Sylvia sedang menuju ke sebuah mobil.
Melvin terus membunyikan klakson karena mobil tersebut menghalangi jalannya, lalu mobil itu maju sedikit dan berhenti lagi karena penumpangnya masih belum naik. Setelah diberi jalan, Melvin bisa lewat dengan mudah.
"Santai dong," tukas Sylvia yang bernada kesal. Ia tahu pengendara motor tersebut merupakan Melvin dan Krystal, setelah itu ia masuk ke dalam mobil.
"Tadi siapa, temen kamu?" Tanya sang pengendara mobil.
"Bukan!" Sylvia tentu tidak akan mengakui Krystal sebagai temannya. "Kakak tumben jemput aku?"
"Mama mau ketemu sama kita," sahutnya. "Kok Kakak kayak kenal motor yang tadi ya," katanya seraya berpikir keras.
***
Happy reading
Gimana Melvin keren nggak dengan kacamata hitamnya?
31 Desember 2018
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top