YTMHA : Bab 1

Siapa sih cowok tadi? Sok kenal bgt, eh tapi baik sih udah nolongin aku. Ah dasar cowok gila!
-Krystal-

DI SEBUAH pesta ulang tahun seseorang, tampak ricuh setelah adegan penyiraman air berwana orange ke kepala seorang gadis.

Semua mata tertuju padanya, bahkan band yang sedang menunjukkan kebolehan dalam rangka memeriahkan acara ulang tahun tersebut, seketika berhenti dan ikut memfokuskan pandangannya tepat ke arah gadis itu.

Tatapan gadis itu nanar, perasaannya kacau. Ia merasa marah, malu dan kecewa di waktu yang bersamaan. Padahal ia hanya ingin berkata jujur pada lelaki itu, bahwa dirinya mengetahui sebuah fakta. Namun, usahanya sia-sia bahkan ia tak diberi kesempatan untuk menjelaskan kebenarannya.

"Guys, cewek kayak gini enaknya diapain ya?" Gadis yang berulang tahun itu sedikit berteriak untuk bertanya kepada semua tamu yang hadir.

"Syl, lo harus kasih dia pelajaran!" Gadis berambut pirang itu berseru.

"Usir aja tuh," sahut gadis berpakaian mini yang tentu saja kurang pantas baginya. Di mana mereka masih menyandang status sebagai seorang pelajar.

"Dasar cewek ganjen, apa lo mau jadi perusak hubungan gue sama Vigo?"

"Udah lah honey, nggak usah diperpanjang!"

"Tapi dia itu udah provokasi hubungan kita, honey."

"Lupakan, yang penting aku tetap percaya sama kamu." Senyum lelaki itu mengembang berusaha menenangkan gadisnya. Meski ia kecewa dengan Krystal karena sudah berusaha menjelek-jelekkan Sylvia di depannya.

"Nggak! Kalau dibiarin terus dia bisa ngelunjak hon," keluhnya pada sang pacar.

Gadis yang bernama Krystal itu hendak beranjak dari tempatnya berdiri, namun Sylvia dengan sigap menariknya untuk tetap di sana. Sylvia sudah mengambil kembali gelas yang kali ini berisi cairan soda berwarna biru.

Para tamu undangan seolah terhipnotis dengan pertunjukkan live yang sedang mereka lihat. Tidak ada yang mencoba untuk menghentikan sang pemilik acara, termasuk Vigo.

Krystal sudah ketakutan namun tak bisa berbuat apa-apa, ia hanya sendirian di tempat ini tidak ada yang memihak dirinya. Bahkan Vigo yang paling diharapkan olehnya, terlihat tidak peduli dan lebih memilih memainkan ponselnya.

Krystal memejamkan matanya bersiap untuk mendapat siraman kedua dari Sylvia. Gadis itu begitu bersemangat karena sudah dibutakan oleh amarah yang memuncak. Dengan gerakan perlahan ia mengangkat gelas tersebut, lalu menyiramnya dengan rasa puas dan senyum yang mengembang.

Namun, seketika senyumannya memudar mendapati siraman itu sudah meleset. Tidak. Bukan meleset, lebih tepatnya ada seseorang yang menutupi tubuh gadis itu. Siapa yang sudah berani menghalangi niatannya ini.

Sylvia mendongak untuk melihat siapa yang sudah berani menghalang-halanginya itu.

"Lain kali kalau mau adu kekuatan satu lawan satu di tempat sepi!" Lelaki itu tersenyum sinis ke arah Sylvia, mengabaikan kekesalan yang tercetak jelas di wajah gadis yang malam ini mengenakan dress berwarna merah itu.

Kemudian Lelaki itu menarik tangan Krystal untuk meninggalkan tempat tersebut, namun sebelumnya ia menghampiri teman-temannya yang masih berada di atas panggung.

"Gue titip gitar ya bro," ucapnya santai yang langsung diberi anggukan setuju oleh keempat temannya.

Krystal masih terdiam saat mereka sudah sampai di area parkiran. Lelaki itu memberikan handuk kecil padanya. Krystal terlihat bingung mendapati perlakuan yang diterimanya.

"Rambut kamu basah," tuturnya. Krystal mulai mengeringkan bagian rambut yang basah akibat cairan minuman yang berwarna orange itu.

"Jaket kamu juga basah," cicitnya pelan.

"Nggak masalah," sahutnya singkat.

Setelah selesai ia mengembalikan handuk itu kepada pemiliknya. Melihat Krystal sudah menyelesaikan aktivitasnya, lelaki itu memberikan satu helm miliknya untuk dipakai oleh Krystal. Gadis itu menerima namun tidak langsung memakainya.

"Tunggu! Kamu ini siapa? Dan kenapa tadi kamu nolong aku?" Lelaki itu menghentikan gerakannya yang hendak memasukkan kunci motor.

"Pertanyaannya aku skip ya, lebih baik kita pergi dulu dari tempat ini. Aku udah gerah butuh angin," katanya, setelah itu melanjutkan aktivitas menyalakan mesin motornya.

Krystal tidak mengerti maksud dari kata gerah yang lelaki itu ucapkan. Apakah gerah dengan kejadian barusan ataukah gerah dalam arti yang sebenarnya.

***

Lelaki itu berhenti di sebuah warung makan yang berada di pinggir jalan. Krystal turun karena lelaki itu memberi instruksi agar dirinya turun lebih dulu.

"Kita makan dulu ya, aku laper banget." Krystal hanya bisa mengikuti tanpa mengeluh toh ia juga merasakan hal yang sama. Di pesta ulang tahun Sylvia, ia bahkan tidak sempat makan apapun.

"Kamu pesen apa?" tanya lelaki itu. Keduanya sudah memilih tempat duduk.

"Hemp... Samain aja," jawab Krystal sekenanya.

"Yakin? Aku mau pesan dua porsi loh. Aku nggak masalah kalau memang kamu abis, tapi kayaknya badan macam kamu itu makannya sedikit kan." Lelaki itu terus saja bicara seakan sudah mengenal Krystal dalam waktu yang sangat lama.

"Ya udah aku bakso satu porsi, jelas?"

"Nah kalau begini jelas," sahutnya sembari tersenyum. "Lain kali kalau ngomong itu harus jelas dan jangan pernah ikut-ikutan orang lain!"

"Kalau aku memang sukanya kayak kamu mau gimana?" Krystal mendelik ke arah lelaki itu. Sementara lelaki itu terlihat sangat tertarik dengan ucapan yang baru saja dikatakan oleh Krystal.

"Nah yang ini nih, kata-kata kamu ambigu deh. Ini maksudnya kamu suka sama aku atau suka sama makanan yang aku pesan?" Satu alisnya naik menunggu jawaban Krystal yang sudah mulai malas menanggapinya. "Iya kan, bener kata-kataku. Jadi, maksud kamu apa?"

"Mending aku pergi aja deh, kalau begini." Krystal mendorong kursinya mundur dengan sedikit kencang, hingga terdengar suara berdecit di telinga pengunjung lainnya kemudian ia berdiri dari tempat duduknya.

"Eh tunggu ... Tunggu ... Begitu aja ngambek sih." Lelaki itu meraih lengan Krystal, menariknya hingga gadis itu kembali duduk. "Sorry deh, tapi memang kata-kata kamu tuh ambigu. Serius!" Lelaki itu mengatakannya dengan wajah yang dibuat seserius mungkin, namun kembali mengatupkan mulutnya karena terlihat Krystal melayangkan pelototan padanya.

Setelah itu makanan pesanan mereka sudah tersaji di meja, lelaki itu tak perlu basa-basi. Ia langsung melahap baksonya meski asapnya masih terlihat mengepul.

"Kamu nggak makan selama berapa hari?" Krystal terlihat heran melihat cara makan lelaki itu, layaknya orang yang tidak bertemu makanan selama berhari-hari.

Lelaki itu berhenti mengunyah, mencoba untuk mengingat. "Hemp, tadi siang sih."

"Cuma tadi siang aja, tapi cara makanmu mirip orang yang nggak makan berhari-hari tau nggak," dumal Krystal. "Tuh lihat, sampe berantakan tuh mulut." Krystal meraih tissue lalu menempelkannya ke sisa makanan yang tersisa di sudut bibir lelaki itu. Sejenak ada gelenyar aneh yang dirasakan Melvin, ya lelaki itu bernama Melvin Daniel Delarosa.

Hati Melvin menghangat seperti ada yang berdesir. Kemudian ia tersenyum tipis melihat ke arah Krystal yang sudah kembali menikmati baksonya.

Krystal merutuki dirinya dalam hati atas tingkahnya barusan. Kenapa ia bisa refleks sok akrab begitu sih sama cowok ini?

"Makasih," ucapnya sedikit gugup.

Selanjutnya mereka berdua menikmati makanan masing-masing dalam diam.

"Kamu suka sama cowok yang tadi?" Tiba-tiba pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulut seorang Melvin.

"Hemp ..."

"Aku bisa lihat itu," sahut Melvin akhirnya tanpa menunggu jawaban dari Krystal. "Terus kamu ngapain tadi di sana? Kenapa kamu diem aja waktu di-bully tadi?"

Apa itu namanya pembulian, Krystal tak sadar sudah menjadi korban bully oleh temannya. Ia kembali mengingat kejadian akhir-akhir ini, memang Sylvia lebih sering bersikap jutek kepadanya. Krystal pikir itu hanya perasaan cemburu semata karena ia dekat dengan Vigo.

"Memangnya kamu siapa sih, kok tiba-tiba nolong aku?" Krystal mengalihkan pembicaraan ia tidak ingin membahas kejadian itu lagi.

"Aku 'kan Superhero kamu," sahutnya enteng.

"Serius!"

"Aku juga serius," sahutnya tak mau kalah.

"Kamu malah becanda!"

"Aku nggak becanda, harusnya kamu tuh bilang makasih karena aku udah berhasil membawa kamu keluar dari tempat laknat itu," katanya dengan tampang super pede.

"Iya makasih, tapi siapa nama kamu?"

"Nanti di pertemuan kedua kita, aku bakal kasih tau kamu." Krystal membulatkan bola matanya, jengah namun juga bingung.

Melvin menatap Krystal yang masih terdiam. "Aku mau pulang aja!" Krystal berdiri dari tempat duduknya, ia sudah malas berurusan dengan Melvin yang sudah berbicara asal-asalan menurutnya.

"Yaudah, aku antar kamu pulang!"

***

Krystal turun dari motor. Sebelumnya ia sudah menolak untuk diantar oleh Melvin, lelaki asing yang baru saja dikenalnya di sebuah pesta. 

Pikiran-pikiran buruk terus saja muncul di kepalanya. Ada rasa kekhawatiran yang dirasakan oleh Krystal kala itu. Bagaimana kalau lelaki itu berniat jahat kepadanya. Setelah membantunya keluar dari masalah, lalu mengajak dirinya makan malam. Jangan-jangan ini hanya akal-akalannya saja supaya keinginan lelaki itu tercapai untuk menculiknya, bisa jadi seperti itu kan.

Namun setelah Melvin membujuknya dengan berbagai cara lebih tepatnya memaksa, akhirnya Krystal mau menerima tawaran Melvin.

"Makasih ya."

"You're welcome," jawab Melvin dengan senyum manisnya. "Nanti kalau mau tidur jangan lupa!"

Krystal mengerutkan dahinya tidak mengerti. "Jangan lupa apa?"

"Jangan lupa baca doa dan ..." ucapannya menggantung. "Mimpiin aku." sambil terkekeh pelan. Lagi-lagi Krystal memutar kedua bola matanya jengah.

"Yaudah aku pulang ya, dadah cantik besok kita ketemu lagi ya."

Ketemu lagi? Memangnya dia siapa.

Krystal masuk ke dalam rumah setelah memastikan Melvin sudah hilang dari pandangannya.

"Diantar siapa Kak?"

"Kodok loncat," kaget Krystal, mendapati sang adik yang muncul tiba-tiba setelah ia menutup pintu. "Ih kamu ngagetin Kakak aja deh." Krystal masih melipat tangannya di depan dada mencoba menstabilkan detak jantungnya.

"Maaf," cengir Mutiara sang adik. "Aku cuma penasaran Kakak diantar pulang sama siapa?" Mutiara memperhatikan raut wajah sang kakak yang tiba-tiba terdiam dan terlihat sedang berpikir.

"Orang gila!"

"Ih Kakak kelihatannya ganteng, kok disebut orang gila sih," keluh Mutiara terus mengikuti langkah Krystal hingga ke kamarnya. Mutiara duduk di ujung ranjang, sementara Krystal membuka lemari untuk mencari baju ganti.

"Memang dia orang gila," sahutnya singkat.

"Oke-oke, tapi kenapa Kakak bisa diantar orang gila itu?"

Krystal jadi teringat sorot mata lelaki yang mengantarnya tadi. Ia menatapnya begitu tajam dan tak lupa senyumnya itu kenapa terlihat manis, membuat siapapun akan melelah saat diperlakukan seperti itu.

Siapa sih cowok tadi? Sok kenal bgt, eh tapi baik sih udah nolongin aku. Ah dasar cowok gila!

Krystal frustasi sendiri memikirkannya, ditambah lelaki itu terlihat cukup santai dan percaya diri. Gaya bicaranya saja layaknya teman biasa yang sudah lama kenal. Lelaki itu pun tidak malu-malu untuk mengeluarkan sifat aslinya, ya seperti cara makannya yang seperti orang kelaparan.

"Yaudah deh aku balik ke kamar, Kakak mau istirahat juga kan." Ucapan Mutiara membuyarkan lamunannya, Krystal hanya mengangguk lalu melanjutkan niatnya mengganti untuk baju.

***

Yes part 1 is up
Enjoy the story

Kalian mau kenalan sama orang gila tapi ganteng? 😃

29 November 2018

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top