27
Tiba-tiba Mas Dinan menumpukan dagunya ke atas bahu kananku. Membisikkan kalimat "Mau tahu insting yang saya maksud?" dengan nada seduktif.
Aku mengernyitkan. "Maksudnya?"
Mas Dinan terkekeh di lekukan leher dan bahuku. Bibirku makin mengerucut mendapati responsnya yang terkesan meremehkan. Tanpa diduga kedua tangan Mas Dinan sudah melingkari pinggangku, menariknya merapat. Oh my my, posisi ini buruk untuk perempuan dengan hati renta akibat jomlo menahun sepertiku. Berapa nomor darurat manggil ambulans? 112 ya? Atau 911?
Aku tahu harusnya aku mendorong badan Mas Dinan. Itu yang biasa dilakukan tokoh utama cewek dalam sinetron pukul tujuh malam untuk menarik simpati penonton emak-emak. Namun Sandra Maulidya dalam realita adalah aku yang sering lupa kalau dosa dan enak itu jaraknya mengalahkan tipisnya face paper. Tanganku malah bertengger di bahunya, secara tak langsung menunjukan aku mengizinkan tindakan apapun yang akan dilakukan Mas Dinan. Jika mau melihat sepak terjangku selama kurang lebih lima tahun setengah, aku adalah pakar skinship. Tiap hari dari Senin sampai Jumat, aku akan menerima puluhan pelukan, ciuman, dan gandengan... dengan balita sih. Walau itu bukan referensi penting untuk kita bahas di sini. Ya, setidaknya aku tidak ngenes banget sampai tidak tahu yang namanya hubungan fisik dengan orang lain.
"San." Suara Mas Dinan menyebabkan bulu kudukku menegak. Aku berharap perasaan tegang dalam badanku tidak mengalir sampai tangan dan membuat Mas Dinan sadar kalau aku gugup. Aku hanya sanggup mengunci mulut.
"Terima kasih sudah menerima saya dan." Mas Dinan memberi jeda cukup lama. Ini pasti kebiasaan cowok cakep untuk membuat perempuan ketar-ketir menunggu kelanjutannya. "kondisi saya."
Apa? Aku memundurkan badan dan menatapnya lekat-lekat. Sentuhan seringan meletakan tangan ke bahu jelas tidak akan memengaruhi otak seseorang, kan? Aku yakin tidak. Mas Dinan tentu belum lupa kalau aku sudah mempermainkannya dengan tuntutan cincin mahal. Pria normal biasanya akan kabur begitu mendengar tantangan semacam itu. Seminimalnya mereka pikir-pikir ulang kalau mau melanjutkan hubungan karena baru tahap awal saja sudah menguras rekening sementara penampilanku ada di skor 5 dari 10. Kecuali aku memang seberuntung Cinderella yang cocok dengan sepatu kaca dan dilamar pangeran.
Ini mengherankan, pikirku.
Mas Dinan pasti sudah lama tidak menggunakan penemuan manusia yang sangat terkenal, yaitu cermin. Mungkin saja dia lupa berapa banyak nilai plus yang menempel pada dirinya—termasuk kemeja Hugo yang dia pakai—untuk menggoda keimanan para hawa.
Hei, ini kesempatan bagus mengorek sedikit masa lalu yang membuatku penasaran.
"Boleh aku tahu kenapa Mas cerai?"
# # #
MAU LAGIIIII....
NEXT!!
APDET DOBEL
APDET TRIPEL
🤣🤣Miss Bek usahakan update tiap hari ya.. Aku pun harus nyari remah2 rengginang buat melanjutkan makan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top