20

Aku itu punya wajah lebar yang dipadu pipi tembam dan hidung minimalis. Semua perempuan tahu, saat ada wajah mereka yang dirasa kurang, mereka seharusnya melakukan koreksi dengan teknik make up kekinian. Namun Sherly berkeras, kekurangan itu bersifat subyektif dan mengajukan saran paling mengejutkan, yakni menonjolkan sisi badanku yang paling menggiurkan—dikutip dari diksi Elfin. Sherly menggerai rambutku dan memberikan jepitan kecil. Dandananku dibuat sederhana ala makeup natural Korea, kata Sherly. Kemudian aku dipaksa memakai gaun merah sebatas mata kaki yang menempel pas badan dipadu jaket denim.

Sebenarnya aku tidak yakin pada ide Sherly, tapi hasutan setan Elfin menggoyahkan pendapatku. Akhirnya Mas Dinan datang dan menganga di depan pintu rumahku. Bagooos, Sher, Fin, kalian membuatku tampak konyol.

"Saya ajak kamu lunch, San. Bukan ke acara gala dinner?" ucapan pertama Mas Dinan setelah bengong. Mana ember? Aku mau simpan wajahku di dalamnya.

"Sandra cantik gini kok diledek, Pak?" Sherly bersuara dengan suara geli yang ketara sekali. Elfin sudah jelas mati-matian menahan tawa.

"Nah itu. Lihat Sandra secantik ini membuat saya mau reservasi satu restoran," balas Mas Dinan.

"Uhuk, kode keras," goda Elfin.

Wajahku pasti sudah mengalahkan kepiting rebus. Malu bukan kepalang pada obrolan mereka. Untung saja Bapak dan Ibu sedang pergi menghadiri acara khitanan di Bogor. Bisa serangan jantung aku tuh kalau Bapak dan Ibu ada di sini juga. "Saya ganti baju aja ya," kataku.

"Nggak perlu."

"Ntar malu-maluin," sahutku yang spontan mengeluarkan suara ketus. Duh, San, susah banget menjaga imej ibu guru lembut nan ramah. Karakter Sandra Maulidya memang terlalu kental dan susah diencerkan kayak gimmick cewek di sosmed. Jangan sampai Mas Dinan kabur. Aku sudah terlanjur mempersiapkan jiwa raga nih.

"Begini aja, San. Sudah ok," kata Mas Dinan.

Apa di New York sana, orang-orang susah menyebut kata 'cantik'? rasanya kentang (kena tanggung) banget kalau dibilang 'sudah ok' saat ada pilihan 'kamu manis' dan 'you're magnificient'. Ya, kan, genks?

"Pergi sana. Lo nggak lapar?" bisik Elfin yang gagal disebut bisikan. Mas Dinan dan cicak yang merayap di dinding pasti bisa ikut mendengarnya.

"Ayo kita jalan," ajak Mas Dinan.

Aku mengangguk sambil menggigit bibir bawah. Jantung, tolong lihat situasi. Jangan norak memainkan bedug saat bukan malam takbiran.

"Miss Sherly dan Miss Elfin mau ikut juga?" Mas Dinan menawarkan. Aku segera menoleh pada mereka antusias. Ikutlah, begitu pesan binar-binar mataku.

Elfin mengangguk sambil tersenyum lalu berbicara, "Terima kasih, Pak. Kami kebetulan punya rencana sendiri. Titip salam untuk Kimkim."

Dasar duo kampret. Pasti mereka sengaja menolak tawaran Mas Dinan agar aku mati gaya.

"Iya, Miss. Pasti saya sampaikan."

Aku mengunci pintu rumah. Mas Dinan berjalan duluan ke mobilnya untuk memberi ruang pada mobil Sherly keluar dari pekarangan rumahku. Sherly masuk ke mobilnya meninggalkan Elfin membantuku mengunci pagar.

"Gue ngerasa Mas Di dan Selviana cerai karena status Mas Dinan sebagai anak istri kedua," kata Elfin.

"Yang begitu bisa jadi masalah serius sampai pisah?"

"Masalah karakter nggak cocok aja bisa jadi alasan banyak pasangan yang pisah. Apalagi mereka bukan dari liga yang sama kayak kita." Elfin menggeleng. "Cuma pendapat gue doang. Udah, nggak usah pikirin. Mulut gosip gue emang susah dilepas."

Aku menatap Elfin yang menuju mobil Sherly. Dalam hati aku berkata, dasar tukang gosip. Aku memasukan kunci rumah ke dalam tas dan menghampiri Mas Dinan yang keluar mobilnya. Aaah, jantungku deg-degan lagi.

###

01/03/2020

Ini fresh banget kan...

With love,

Miss Bekcu 😘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top