15
"San."
Aku menoleh ke asal suara. Mas Dinan berdiri beberapa langkah dari ruang tv.
"Hai, Mas."
Mas Dinan berjalan mendekat. Senyumnya mengembang saat melihat puteri kecilnya sedang asyik bermain puzzle yang sengaja kubeli di hari Minggu.
"Hai," balasnya. "Princess Papa cuek nih sama Papa?"
Kimkim mengerucutkan bibir. Matanya menantang sang ayah. "Aku bukan princess."
Mas Dinan duduk tepat di depanku yang kini duduk di atas sofa. Dirinya mensejajarkan duduk dengan Kimkim di karpet. "Princess kan panggilan buat anak perempuan. Kimmy kan perempuan jadi nggak apa dong Papa sebut princess."
"Nggak."
Mas Dinan melirikku meminta bantuan atas percakapan— yang bagiku— rendah manfaat. Aku melipir dengan pertanyaan, "Mau aku siapin minum, Mas. Teh atau kopi?"
"Nggak ngerepotin?"
"Santai." Anggap ekstra servis, lanjut bathinku, daripada terjebak topik 'Princess Kimmy'. Aku bukan tipe guru yang senang dengan embel dunia imajinasi semacam Princess. Main bersama anak sesekali menggunakan topik princess lumayan menghibur, tapi TIDAK bersama orang dewasa macam Mas Dinan yang berupaya memasuki dunia imajinatif anak. Berberat hati, aku rasa Mas Dinan salah pilih pintu masuk ke dunia imajinasi Kimkim yang suka creepy crawlies.
"Tolong kopi, San."
Aku mengangguk lalu bergegas ke dapur. Sekarang pukul setengah tujuh dan Mbak Murni sudah pulang sejak pukul lima. Aku yang mengajukan diri menjaga Kimkim di sini saat Mas Dinan mengabarkan akan pulang terlambat. Aku masih lajang, orang rumah juga santai kalau aku masih kelayapan sesudah matahari tenggelam. Beda halnya dengan Mbak Murni. Ibu muda itu punya dua anak yang sedang menunggu di rumah.
Sekembalinya dari dapur, Mas Dinan dan Kimkim sudah meninggalkan ruang tv. Sayup-sayup kudengar suara berisik mereka dari kamar tidur Kimkim. Mereka butuh father-daughter's time tanpa gangguan. Aku akan menunggu sebentar lagi sebelum pamit pulang.
Aku taruh cangkir kopi ke meja. Bokongku mendarat pada sofa empuk. Tidak tahu mau melakukan apa, akhirnya aku membuat ruang obrolan guru ceriwis. Grup ini tidak pernah mati. Bahkan summer holiday tahun lalu, grup ini tetap bercuit. Padahal liburan waktu itu selama satu setengah bulan akibat tidak ada summer program dan renovasi sekolah. Kebayang status pekerja aktif di sebuah perusahaan tapi diberi libur satu setengah bulan dengan gaji full? Berkah!
~Rainbow Ceriwis~
VeliaPutri:
Enaknya silky pudding sore2 gini.
Gendis.fitriani:
Tangan siapa tuh? Gw apal jam tangan itu (o ̄∇ ̄o)♪ jangan coba boong ya jawabnya.
ElfinJ:
Gendis betul. Jangan kasih alasan itu jam tangan abang lo. Dia bukan pemakai fossil.
VeliaPutri:
Apa sih lo ndis. Sok tau. Lo lagi fin jangan sok kenal abang gw ya
ElfinJ:
Abang lo temen gw ngebar semalam
Gendis.fitriani:
Tu jam tangan yg dipake si daru. Apal gw dr posting foto pertama ampe gini hari, masih aja jam sama yg dipake.
Sherly:
Ndis, ad yg kasih kode biar pada tau ada yg taken.
Gendis.fitriani:
WHAT?? WHO?? (๑º△º๑)
ElfinJ:
Kode keras!!
VeliaPutri:
(๑・㉨・๑)
Sherly:
Si gendis beneran gak tau fin? Parah lo ga bagi2
ArseeSuhendra:
Mau silk pudding kakaaa
ElfinJ:
Banyak noh di toilet.
Gendis.fitriani:
Kasihtau gw kunti!! ٩(°̀ᗝ°́)و
ArseeSuhendra:
Emang ada pudding di toilet?
ElfinJ:
Auu ah Ar. Nyusu lo sono trus bobok manja
Tya:
Congrats ya mbak. Moga kali ini ampe pelaminan
Gendis.fitriani:
Jangan bilang tya aja udah tau (๐•̆ ·̭ •̆๐) jahanam kalian tidak memberitau aku ٩(๑'ȏ'๑)۶ pokoknya gw minta traktir mbak
Sherly:
Hihi ngamuknya kaya ditinggal naik pelaminan ama pacar deh. Eh keceplosan (*゚∀゚*) emang ditinggal ya ndis
Gendis.fitriani:
Grrtt.. SHERLY
ArseeSuhendra:
(っω<'。) gak paham
ElfinJ:
Bongkar trus ser!!
Yossana:
Arsee tu tulisan kaka artinya poo
ArseeSuhendra:
Jorok ih korelasinya kak elfin
VeliaPutri:
Oh ada yg batal kawin (๑ ิټ ิ)
Gendis.fitriani:
Nikah
Sherly:
Pake dikoreksi kaya masih segel aja
ElfinJ:
Bongkar trus ser! Aku padamu sherly oktavia. Minum susu lo ar trus tutup grup ini. Adult women only
Aku terkikik geli membaca chat mereka. Depan parents, gaya mereka boleh teachers material. Begitu masuk ruang guru dan ruang obrolan kami, hancur sudah segala citra yang mereka punya. Termasuk aku, tentu saja. Guru juga manusia yang butuh jeda untuk menertawakan kebodohan sendiri. Aku bangkit berjalan menuju jendela besar. Pemandangan Jalan Sudirman di malam Kamis tidak berbeda dengan hari Senin pagi. Aku mengarahkan kamera ponsel menangkap kepadatan itu lalu melemparnya ke grup.
Sandra.mau:
Macet say
ArseeSuhendra:
Kakak dimanaaaaaa
Gendis.fitriani:
Bagus, datang lagi satu tukang pamer
ElfinJ:
Belom pulang nih nanny tercinta kita hihi
VeliaPutri:
Masih di apart mas dinan?
Sherly:
Gw suka omongan gendis. Endus fin asap dr sandra ♪♪♪ ヽ(・ˇ∀ˇ・ゞ)
Yossana:
Ajak dong ke apart kimkim buat pamer depan emak di kampung
ElfinJ:
Endus endus.. sama aja lo ama sandra nganggap gw doggy. Gw cuma pakar doggy style
VeliaPutri removed ElfinJ from the group
Sherly:
WKWKWKWK!!
Gendis.fitriani:
Ditendang elfin dr sini. Baru taken sensi bingits sih mbak
ArseeSuhendra:
Yah ga ada yg seru lagi dong. Cabut juga ah
ArseeSuhendra left the group
Sherly:
Sakit tu bocahnya sandra (╯⊙ ω ⊙╰ )
Gendis.fitriani:
Sudah gugur dua orang dalam semalam
Tya:
Tarik lagi mbak vel
VeliaPutri invite ElfinJ
VeliaPutri invite ArseeSuhendra
ElfinJ:
Orang baru pacaran gampang baper. Napa dah gw ampe kena kick?
Gendis.fitriani:
Ayak bahasa lo kunti
ArseeSuhendra:
Yah gagal bebas ( p′︵‵。)
Tya:
Tumben belom pulang san
ElfinJ:
Suka nih gw pas tya duluan yg angkat issue
Gendis.fitriani:
Lo yg angkat issue mah big useless
Sandra.mau:
Kenapaaa yaaaa..
ArseeSuhendra:
٩(๑'3`๑)۶ kak sandra mau date ama Papa kimkim ya?
Sherly:
Buset ni bocah asal aja ngomong. Customer kita tuh ga boleh asal ceplos ntar kabur. Udah excellent kan service manner gw, mbak velia cantik principal kece?
Yossana:
Thumbs up for you kak sher
VeliaPutri:
*rollingeyes
ElfinJ:
*rollingeyes
Gendis.fitriani:
*rollingeyes
Sandra.mau:
*rollingeyes
Tya:
*rollingeyes
ArseeSuhendra:
Ikutan *rollingeyes
Sherly:
Kaga pinter gw ngeprospek orang .˚‧º·(ฅдฅ。)‧º·˚.
ElfinJ:
Belajar sono ama sandra
Sandra.mau:
Napa gw?
ArseeSuhendra:
Mbak vel ajak makan dimana? Gak boleh ngerayain bareng kak sandra ya
VeliaPutri:
Boleh saya kick @ArseeSuhendra
Gendis.fitriani:
Monggo monggo
Elfin:
No comment
Sherly:
Takut kena kick lo fin? Haha
Sandra.mau:
Kick aja mbak
ArseeSuhendra:
Jangan dong ٩(๑'3`๑)۶
Yossana:
Kok belum pulang kak san?
Gendis.fitriani:
Jawab san kenapa belom pulang
Sherly:
Aku marah ya sama kamu kalo gak jawab kenapa belum pulang, sandra
ElfinJ:
Jijay lo sher.
VeliaPutri:
Jaga sikap sama mas dinan. Dia tu cowok
Tya:
Memang Papanya Kimkim cowok mbak
ElfinJ:
Ngelawak nih tya
Sherly:
Lo sehat tya?
ArseeSuhendra:
Jangan sakit kak tya. Nanti ga ada lagi yg waras di sini
Yossana:
Arsee..pliss..
Gendis.fitriani:
Fix, kick aja ni bocah dr grup ini haha
"San"
Aku mengalihkan pandangan dari layar ponsel. Mas Dinan bergabung di ruang TV. Pakaiannya masih sama. Bahkan aroma badannya masih persis seperti waktu dia pulang.
"Kopinya, Mas."
"Makasih." Dia duduk di sofa lalu menyeruput kopi buatanku. Dalam fase after working kucel saja Mas Dinan masih tampan. Wajarlah dapat perempuan secantik Selviana.
"Kimmy udah tidur."
"Hah?"
Mas Dinan mengulum senyum. Apa aku tadi tertangkap sedang memandangi wajahnya? Aku perempuan normal yang mudah tergoda dengan kaum Adam di atas rata-rata. Wajar toh. Pembenaran diri.
"Kalo gitu saya pulang ya, Mas."
"Nggak makan malam di sini dulu?"
Oke. Orang paling bodoh pun bisa paham kalimat tawaran Mas Dinan itu bermakna basa-basi busuk. Tidak sungguh-sungguh menawarkan. Lihat awalan pertanyaan itu adalah 'nggak' yang mana pengharapan jawabannya adalah 'nggak, makasih' atau 'nggak, lain kali'.
"Boleh."
Hebatnya kau Sandra Maulidya. Kenapa jawab boleh? Ini boleh loh San. Jawaban yang sangat sungguh amat bermakna kau diharapkan. Nyatanya tidak. 'Boleh' membawa bencana. Wajah Mas Dinan mendadak kikuk. Tangannya garuk-garuk tengkuk. Mati kau jika dia kasih alasan membatalkan tawarannya.
"Tunggu saya mandi dan ganti baju dulu," katanya memecah momen canggung kami.
Aku mengangguk sekali. Entah ada apa di wajahku tapi Mas Dinan tersenyum sangat manis. Dia naik dua tingkat dari penilaian terakhirku soal dia cuma ayah abal-abal. Dia lembut pada anaknya walau tidak cukup tegas dalam mendidik tapi tidak melepas ajaran agama. Aku beri dia nilai tujuh dari sepuluh. Awalnya lima. Segitu juga untung karena didongkrak fasilitas benz dan sopir stand by untuk Kimkim. Daddy Luth berada di peringkat atas. Bule Austria itu sangat Papa-able.
Punggung peluk-able (versi Gendis) Mas Dinan sudah menghilang di balik pintu kamar. Aku masih termangu di tempat. Tanganku mengarah ke perut, mengelus sebentar, memaknai gelanyar aneh di dalam sana.
Ah, apaan sih? Jomlo baper, ledek hatiku. Aku kembali bergabung di grup miss ceriwis.
###
14/02/2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top