Chapter 7 Pindah Sekolah
Jumat pagi hari. Karin berjalan memasuki main gate dari Riize High, sekolah barunya. Langkahnya begitu pelan karena ia memerhatikan dengan seksama lingkungan asing itu. Ia melongo. Suasana tersebut belum pernah ia dapatkan dimana pun. Anak-anak sekolah didominasi ekspatriat. Mereka datang dari berbagai background, ras, negara. Warna kulit mereka berbeda-beda. Bahasa yang mereka gunakan juga berbeda-beda, namun didominasi bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar resmi di sekolah ini. Beberapa dari murid tersebut diantar menggunakan mobil mewah. Sebagai penerima beasiswa penuh, nyali Karin sempat menciut. Dalam hati ia bertanya-berapa berapa jumlah uang yang harus dikeluarkan orangtua mereka untuk dapat bersekolah di sini. Karin lalu memerhatikan student ID card barunya sambil tersenyum.
Dengan grogi Karin berjalan memasuki salah satu gedung administrasi. Ia bermaksud untuk melaporkan kedatangannya. Rencananya, Jumat ini Karin akan melakukan orientasi untuk mengenal sekolah. Hari Sabtu dan Minggu akan ia gunakan untuk mengurus kepindahannya di dorm sekolah, mengingat jarak sekolah dan rumahnya sangat jauh. Hari Senin depan, ia akan memulai kehidupan barunya secara resmi di Riize High.
"Excuse me! I'm Katarina Jimin Yoo, new transfer student," sahut Karin malu-malu pada seorang petugas wanita di depannya.
"Ohh hi!"
Wanita tersebut membantu Karin menyelesaikan proses administrasinya sebelum melakukan orientasi. Wanita itu kemudian memanggilkan salah satu murid untuk menemani Karin. Begitu Karin melihat sosoknya, gadis itu tersenyum lebar. Sosok yang sudah dikenalinya.
"Sungchan?" sapa Karin.
"Karin! Gue ngga nyangka lo pindah sini!" seru Sungchan. "Oke kenalan ulang ya! Gue Sungchan, school president! Welcome to Riize High where you can rise up and realize your dream!"
"Take her around school," kata wanita itu kepada Sungchan. Ia kemudian melirik Karin. "Welcome to Riize High. You're in a good hand."
Setelah wanita itu berlalu, Sungchan kemudian mengajak Karin keluar dari ruangan tersebut. Ia mengarahkan Karin ke tempat lain.
"Kita mau kemana nih?" tanya Karin penasaran.
"Gue mau ajak lo keliling sekolah dulu. Pengenalan. Ini udah tugas gue sih," jawab Sungchan ramah. "Anyway, lo yang udah nolongin temen gue dari penikaman kemarin ya?"
"Wonbin?" Iya sih. Kebetulan gue yang kena copet," jawab Karin malu.
"Tau ngga? Dia ngebet banget minta nomor HP lo ke gue. Ya ngga gue kasi lah. Ntar lo mikir gue seenaknya nyebarin nomor lo."
Sungchan menceritakan sedikit tentang kepribadian dan sifat Wonbin. Karin hanya bisa tersenyum mendengarnya. Setidaknya ia bisa mendapatkan informasi sedikit mengenai pria itu saat di sekolah.
"Chan, tolong jangan bilang ke Wonbin dulu kalo gue pindah ke sini ya," pinta Karin. Ia memutuskan untuk mengulur waktu memberitahukan kepindahannya kepada Wonbin. Entah apa alasannya.
"Hah? Napa?"
"Yaaa... ntar aja, kan nanti ketemu juga ujung-ujungnya. Jangan add gue ke grup sekolah dulu ya! Senin aja sekalian!"
"Yaa terserah lo sih."
Sungchan kini mengajaknya melihat-lihat fasilitas sekolah. Karin hanya bisa takjub. Ia diantar menyusuri ruang-ruang kelas, ruang praktik, sarana olahraga, kafetaria, teater, dan berbagai fasilitas lainnya. Sungchan kini mengantar Karin ke area swimming pool. Karin menggumam dalam hati.
Buset dah beda banget ama sekolah gue dulu.
Dari dalam kolam, muncul seorang anak remaja laki-laki yang baru selesai berenang. Ia keluar dari kolam sambil mengibaskan rambutnya. Pria itu hanya mengenakan celana renang sehingga memperlihatkan bentuk badannya yang proporsional sebagai seorang perenang. Karin sedikit memalingkan mukanya dengan kikuk. Sungchan lalu mengenalkan pria itu pada Karin.
"Karin, ini Anton dari US," ujar Sungchan. "Anton, Karin."
"Hi, I'm Anton. Mind to join our swimming club?"
Karin menjabat tangan Anton yang masih basah. Ia sambil tersenyum lebar langsung menolak tawaran tersebut.
"I can't swim," balas Karin. "I just wanna get to know the school. I'm not signing up any club for a while."
Dari gaya bicara Anton yang begitu soft-spoken, Karin bisa menangkap bahwa Anton adalah anak yang sopan dan sedikit pemalu. Mereka bertiga berbincang sejenak mengenai kepindahan Karin. Anton dengan hangat menyambut kedatangan gadis itu. Begitu, Anton kembali ke kolam, Sungchan dan Karin melanjutkan perjalanan mereka.
"Gue sama Wonbin ikut klub dance. Jadi tuh di klub dance kita ada tujuh orang." Sungchan memberikan penjelasan. "Semuanya di grade 11. Gue, Wonbin, Anton yang renang tadi, terus nanti ada Shotaro sama Sohee. Mereka berdua tinggal di dorm juga. Lo bakal sering ketemu mereka berdua deh. Terus ada Eunseok. Dia kayaknya lagi di kelas. Ntar kita ke sana ya! Kalo Seunghan sih sementara masih di US."
Saat itu sudah jam istirahat. Mereka berdua menyusuri koridor ruang grade 11. Mata Karin menjalari seluruh murid-murid yang melintas di depannya. Vibes mereka benar-benar sangat berbeda dengan teman-teman di sekolah lamanya. Mungkin karena keberagaman latar belakang murid-murid di sekolah ini sangat mencolok. Di pikiran Karin hanya memfokuskan cara untuk bisa cepat akrab dengan anak-anak itu. Sungchan kemudian berhenti di salah satu ruang kelas.
Di depan pintunya berdiri tiga orang murid perempuan yang sedang mengobrol sambil tertawa. Yang pertama adalah Aeri Uchinaga dari Jepang, Ning Yi Zhuo dari China, dan Minjeong Kim dari Korea Selatan. Mereka bertiga menyadari kehadiran Sungchan dan Karin.
"Girls, meet the new transfer student, Karin!" sahut Sungchan.
"Aeri Uchinaga but just call me Giselle!"
"Minjeong!"
"Ningning! You have a good hair!"
Sungchan mengajak Karin masuk ke kelas. Gadis itu menyapa satu per satu orang-orang yang ia temui di dalam. Karin yang tadinya grogi entah kenapa merasa sedikit lega. Mereka ternyata ramah, tidak secuek seperti yang ada dalam bayangannya.
"Eunseok mungkin lagi di lapangan basket ya." Sungchan memutar kepala mencari-cari pria itu di kelas. "Senin aja ketemu sama yang lainnya."
Karin mengangguk. "Jadi gue duduk dimana Senin nanti?"
"Lo mahir di pelajaran apa?" tanya Giselle tiba-tiba.
Karin mengangkat sebelah alisnya dan menjawab beberapa mata pelajaran yang ia kuasai.
"Serius? Ehh lo duduk depan gue aja deh masih kosong hahahaaa!" seru Ningning sambil tertawa jahil.
Ningning menunjuk meja kosong tepat di depan mejanya. Meja kosong itu terletak di baris paling depan di ujung dekat pintu masuk. Ningning menggiring Karin untuk mencoba duduk di tempat itu. Karin hanya bisa menurut dengan kikuk. Setelah duduk, ia lalu menengok sekitar untuk mengecek posisi duduknya. Ningning duduk di belakangnya. Di samping kirinya ada Minjeong dan di belakang Minjeong ada Giselle.
"Pindahan dari mana?"
"Jadi Senin nanti baru aktif?"
"Mutualan dong!"
Karin meladeni pertanyaan gadis-gadis itu. Mengakrabkan diri dengan mereka ternyata tidak sesulit yang ia bayangkan. Meskipun dalam beberapa hal, ia mungkin agak kesulitan untuk dapat memahami karakter mereka masing-masing. Beberapa saat kemudian, ia teringat Wonbin, satu-satunya yang ia anggap akrab dengannya. Karin mengeluarkan ponselnya dan mulai typing untuk mengirim pesan kepada pria itu.
Bin... lo kapan masuk sekolah?
Entah mengapa Karin tiba-tiba menghapusnya. Namun, ia menggelengkan kepala dan mulai mengetik kembali.
Gue kesepian...
Karin mematung menatap layar ponselnya. Ia kembali menghapus ketikannya dan menghembuskan napas berat.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top