Chapter 19 Pengungkapan Cinta

Malam itu di sebuah hall besar di hotel berbintang, murid-murid Riize High akhirnya menyelenggarakan prom night untuk pesta perpisahan murid senior year yang telah lulus. Satu per satu memasuki hall dengan jas dan gaun terbaik mereka. Ada yang datang bergerombol, berpasangan, seperti Karin dan Seunghan, dan ada pula yang datang sendirian, salah satunya Wonbin. Pria itu sejak tadi berdiri menatap Karin dan Seunghan dari kejauhan. Entah apa yang mereka berdua bicarakan. Sepertinya sangat serius. Wonbin tanpa sadar memanyunkan bibirnya dan menyipitkan mata.

"Sendirian aja lo Bin?" sapa Ningning dari samping, mengibaskan rambut panjangnya pelan.

Wonbin menengok gadis itu lalu mengangguk.

"Hah? Terus kenapa lo tolak ajakan gue ke prom bareng lo?" teriak Ningning kesal dan cemberut.

Wonbin tersenyum jahil. "Lo sendiri? Gue denger banyak banget tuh anak senior year yang ngajakin lo. Kak Renjun, Kak Chenle, siapa lagi tuh? Ahh Kak Xiaojun!"

"Ya gue kan pengennya dateng bareng lo!"

Ningning memutar bola matanya, membuat Wonbin tertawa. Gadis itu kemudian mengikuti arah pandang Wonbin kepada Karin dan Seunghan di ujung sana. Ningning terpaku sejenak dan melanjutkan pembicaraannya. "Bin, itu sejak kapan sih Seunghan akrab banget sama Karin? Gue sih seneng lihat mereka berdua deket. Tapi, kalau kayak gini terus, lo bisa-bisa kehilangan Karin," ujar Ningning.

Pernyataan Ningning membuat wajah Wonbin merona. "Gue kehilangan dia... maksud lo gimana?"

"Lo suka kan ama Karin? Bin, gue sebenarnya ngga pantas ngomong kayak gini tapi menurut gue lo harus tahu deh. Kemarin tuh sebenarnya Karin sampai berkaca-kaca loh, nahan tangis nolak ajakan lo karena udah keburu diajak Seunghan. Lo-nya telat sih. Gantung. Ngga mungkin juga kan dia nolak ajakan baik Seunghan cuma buat nungguin lo yang ngga pasti. Sumpah dia sedih banget. Lo mending rebut dia balik."

Wonbin terdiam mendengar ujaran Ningning. Penjelasan Ningning meresap di relungnya. Dalam hatinya, ia merasa seperti pecundang. Sudah sejak lama ia memberi kisi-kisi isi hatinya kepada Karin. Namun, hingga kini, ia belum juga mengungkapkan perasaannya yang sesungguhnya hingga membuka celah bagi Seunghan untuk masuk di hubungan mereka. Namun, tidak dapat dipungkiri. Ada sedikit kelegaan meliputinya. Setidaknya ia tahu bahwa Karin sebenarnya sangat ingin bersamanya sekarang. Setidaknya ia tahu, ia masih memiliki kesempatan.

"Lo tuh sebenarnya suka ama gue atau pengen gue jadian ama Karin sih?" goda Wonbin sambil melipat tangan di dadanya.

"Yang mana-mana aja gue sukalah Bin. Lo tuh tipe gue banget sih. Kok ngga ada gitu ya cowok hot kayak lo hahaahah!"

Mendengar tawa Ningning, kini giliran Wonbin yang tertawa sambil memutar bola matanya.

***

Malam itu, hampir seluruh murid-murid turun ke dance floor untuk menari seru-seruan dan menikmati alunan musik. Ada juga beberapa murid yang tidak begitu tertarik dan lebih memilih duduk di pojokan, seperti Wonbin. Pria itu sejak tadi hanya berfokus pada Seunghan dan Karin dari kejauhan. Hatinya terbakar. Panas.

Sungchan tiba-tiba mengalihkan acara malam itu dan mengambil mic. Semua mata tertuju kepadanya di tengah panggung.

"Good evening guys! Kita ada games dikit nih. Jadi di pintu masuk tadi kalian udah dikasi amplop kecil isinya kertas dan pulpen kan? Nah, berhubung ini adalah malam terakhir kita bisa bareng teman-teman senior year, kita pengen kalian nulis surat, ngungkapin perasaan atau isi hati kalian di kertas itu, dan berikan suratnya ke orang yang kalian tuju. Bisa aja ucapan terima kasih, ucapan perpisahan, permintaan maaf, atau bagi yang udah naksir lama nih, udah mendem lama, bisa jadi pernyataan cinta dong. Pokoknya, tonight is your last chance guys! Sekali lagi makasih banget udah mau hadir, terutama buat teman-teman senior year. Acara kita masih panjang kok so pleaseee... no drugs, no drunk, no sex, no inappropriate behavior! Okay? Have fun guys! We Riize!"

Wonbin mengeluarkan surat dari dalam saku jasnya. Sekali lagi ia melirik ke arah Karin dan berpikir keras. Ia memutuskan untuk menuliskan sesuatu yang ditujukan kepada gadis itu. Wajahnya sangat fokus sembari menulis dari dasar hatinya. Ia tidak mau menundanya lagi.

"Have you guys finished writing?" seru Sungchan dari panggung. "Kalo udah, sekarang siap-siap cari orang yang bakal kalian kasih suratnya. Okay? In three... two... one... go!"

Semua orang di hall tersebut berlari berhamburan, mencari-cari orang yang hendak mereka berikan surat masing-masing. Beberapa dari mereka tertawa karena tidak menyangka mendapat surat dari orang yang benar-benar tidak terlintas di pikiran mereka. Wonbin memutar kepalanya mencari-cari sosok Karin. Begitu ia melihat gadis itu, ia mempercepat langkahnya. Namun, langkahnya seketika terhenti begitu melihat beberapa orang datang mengerumuninya.

"Wonbin, this is for you!"

"Take my letter, please!"

"Take mine too!"

Wonbin tidak menyangka akan menerima begitu banyak surat. Ia tersenyum ramah dan berterima kasih orang-orang yang mengiriminya pesan. Begitu mereka berlalu, Wonbin segera menerobos kerumunan yang lainnya untuk berjalan ke arah Karin.

Langkah Wonbin kembali terhenti. Nampak olehnya Seunghan sedang tersenyum dengan mata bulan sabitnya dan menyerahkan surat kepada Karin. Seunghan kemudian berlalu meninggalkan gadis itu. Wonbin hanya bisa mematung dengan berat hati, mengutuk diri karena selalu didahului oleh Seunghan. Ia terus menatap suratnya dengan ragu. Ponselnya kemudian bergetar. Pesan dari Sungchan.

Habis sesi surat-suratan ini siap-siap ke backstage buat tampil. Get ready ya guys!

Wonbin kini memantapkan hatinya. Ia berjalan menghampiri gadis itu.

***

"Melamun lagi," sahut Seunghan.

Karin tersadar dari lamunannya begitu Seunghan kembali menyapanya. Gadis itu tersenyum kecil.

"Lo kayaknya dari awal pengen pergi ke prom bareng Wonbin ya?" tebak Seunghan dengan lesu.

Pertanyaan Seunghan membuat Karin terbelalak. Ia membisu dan tidak dapat mengelak pertanyaan pria itu.

"Han, gue... maafin gue... harusnya dari awal gue tegas sama perasaan gue sendiri. Gue ngga bermaksud ngecewain lo Han."

Seunghan hanya bisa tertunduk pasrah lalu tersenyum. "Ngga papa Kar. Gue udah tahu sih dari awal lo deket banget sama Wonbin. Tapi gue tetap maksain ngajak lo ke prom. Lo pasti ngga enak hati banget ya ama gue. Maaf ya Kar!"

"Gue yang harusnya minta maaf, Han!" balas Karin sambil menggeleng dengan mata berkaca-kaca.

Seunghan kembali tersenyum pahit. "Sebelum perasaan gue berkembang lebih dalam lagi, gue sadar kalau gue harus berhenti karena ternyata perasaan gue ngga berbalas."

Seunghan kemudian menyerahkan surat yang telah dituliskannya kepada Karin. Gadis itu tertegun dan mengambil surat dari Seunghan. Melihat reaksi Karin yang kian menahan diri dari tangisannya, Seunghan hanya bisa tersenyum pasrah dan kembali membelai lembut puncak kepala Karin. Air mata Karin seketika tumpah ruah. Ia berusaha tidak sesegukan.

"Maaf udah nyakitin lo, Han!" isak Karin sambil tertunduk.

"Jangan nangis Kar. Lo ngga akan kehilangan gue kok. Kita masih satu tim olimpiade kan? Gue ke backstage dulu ya Kar, mau tampil. Lihat gue ya di panggung!"

Karin mengangguk sambil tersenyum lebar. Entah apa yang harus ia lakukan untuk membalas kebaikan Seunghan. Pria itu pasti terluka namun hanya berusaha terlihat tegar di hadapannya. Melihat senyum manis pria itu, Karin bertekad akan melakukan apapun demi membantu Seunghan ke depannya.

Karin lalu membuka surat dari Seunghan dan membaca isinya.

Kalau suatu saat Wonbin nyakitin lo, bilang ke gue aja, ntar gue hajar!

Karin tertawa dalam tangisnya. Ia mengusap pelan air matanya dan menarik napas panjang.

"Karin!"

Terdengar suara Wonbin yang sedang memanggil namanya. Gadis itu berpaling ke belakang dengan perlahan. Nampak Wonbin berdiri di depannya dengan setelah jas yang sangat cocok untuknya. Karin tidak mampu berhenti menatap wajah tampannya. Ia begitu merindukan Wonbin yang selalu ada dengan candaan-candaannya, selalu membuatnya tersipu, selalu ada untuknya. Wonbin menyodorkan suratnya kepada gadis itu sambil tersenyum tipis.

"Buat lo. Gue cabut dulu ya!" ujar Wonbin singkat dan menepuk sebelah bahu Karin sambil berlalu.

Karin kebingungan. Ia belum sempat mengucapkan apapun saat Wonbin sudah berlari menuju backstage. Ia dengan cepat membaca surat dari pria itu.

Gue harusnya bersyukur banget. Lo udah mau nolongin gue. Lo udah mau nyumbangin darah lo ke gue. Tapi, dikasih darah minta hati. Kalau gue minta hati lo cuma buat gue, kalau gue ngarepin cinta lo, apa gue ngga tahu diri? I love you, Karin! Gue sayang banget sama lo.

Kedua mata Karin kian membesar dan debaran jantungnya kian cepat. Napasnya masih tertahan. Ia berusaha menutupi kedua telapak tangannya yang mendingin. Wajahnya sangat panas dan memerah secara natural. Ia meletakkan tangan di dadanya, meminta agar jantungnya tidak copot karena surat tersebut.

Dia beneran confess ke gue.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top