Chapter 14 Kisi-Kisi

Siang itu di ruang kelas, Ningning mencolek punggung Karin yang duduk di depannya dengan pulpen. Karin memutar tubuhnya ke belakang.

"Karin, I got an idea!" What about we..."

Ningning sedang mengemukakan ide-idenya kepada Karin. Karin mendengarkannya dengan seksama. Namun, tak sengaja sudut matanya menangkap Wonbin yang duduk di belakang sana. Karin seketika memalingkan bola matanya kembali ke Ningning. Ia tersenyum dan memberikan tanggapan.

"Yeah. That's great. Tapi kayaknya lebih bagus kalo ditambahin..."

Entah mengapa akhir-akhir ini Karin merasa selalu diperhatikan dengan begitu berlebihan oleh Wonbin. Hal tersebut sangat terlihat jelas. Belajar bersama, DM basa-basi setiap malam, saling melemparkan perhatian dan tatapan hangat. Tak lupa skinship tipis-tipis. Wonbin sangat leluasa menarik pergelangan tangannya kemana pun mereka sedang jalan berdua. Pria itu juga tak segan memperbaiki helaian rambut Karin dan membelai puncak kepalanya. Gadis itu tidak berani beranggapan bahwa Wonbin memiliki perasaan khusus padanya. Anggap saja hubungan mereka seperti pacaran tanpa status. Teman tapi mesra.

Karin kembali mencuri pandang ke belakang. Tak disangka, pria itu sedang menatapnya lurus-lurus tak bergeming. Pandangan mereka bertemu dan lagi-lagi Karin menunduk cepat. Gadis itu dengan wajah memerah berpaling dari Wonbin.

Ini apa perasaan gue aja? Tuh cowok dari tadi kok ngeliatin gue mulu!

***

Di sisi lain, Wonbin merasa akhir-akhir ini Karin seperti perlahan menjauh darinya. Lebih tepatnya mungkin karena Karin sudah akrab dengan Giselle, Minjeong, Ningning, dan teman-teman lainnya. Sejak hari pertama sekolah, Karin hanya selalu mendatanginya. Gadis itu begitu mengandalkannya. Hal tersebut perlahan memudar. Bukannya ia egois karena sekarang Karin memiliki banyak teman. Namun, entah mengapa ia menginginkan saat-saat itu kembali lagi. Ia ingin merasa dibutuhkan lagi. Oleh karena itu, Wonbin selalu memberikan perhatian ekstra kepada Karin saat ia bersama gadis itu. Wonbin tidak dapat berhenti menatap Karin kapan pun gadis itu muncul di pandangannya. Pikirannya telah dipenuhi oleh Karin.

Jam istirahat dimulai. Wonbin sedang asyik mengobrol bersama teman-temannya yang lain di sudut ruangan. Sementara mereka sedang bercanda, Wonbin melihat Karin melakukan hal serupa bersama Giselle, Minjeong, dan Ningning. Wonbin tersenyum kecil. Memang sudah seharusnya seperti itu. Ia teringat perkataannya sendiri kepada Karin bahwa ia yakin gadis itu bisa cepat beradaptasi. Karin terlihat hendak meninggalkan ruang kelas bersama teman-temannya. Entah mengapa, Wonbin tiba-tiba tergerak.

"Ehh bentar!!!"

Wonbin refleks berteriak dari ujung ruang kelas. Hal tersebut cukup menarik perhatian teman-temannya yang lain sehingga semua orang melirik Wonbin. Karin sendiri terkejut. Langkahnya terhenti dan ia berbalik ke arah Wonbin. Demikian pula dengan Giselle, Minjeong, dan Ningning.

"What?" tanya Giselle. "Bin?"

Wonbin tidak merespon Giselle. Anehnya, saat Karin menatapnya dari depan sana, bibir Wonbin seolah terkunci. Ia tidak tahu harus berkata apa.

Gue pengen ngobrol dengan Karin.

"Bin!!! Kok lo ngeliatin gue sampe segitunya sih?" teriak Ningning dengan percaya diri, mengibaskan rambutnya ke belakang dengan sebelah tangan.

Wonbin tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Ia memanyunkan sedikit bibirnya ke depan.

"Siapa yang ngeliatin lo?" balas Wonbin salah tingkah. Ia tidak ingin Karin salah paham terhadapnya.

"Ahaha... terus napa lo manggil guee?" tanya Ningning.

"Come on guys! Ngga usah peduliin dia!" ajak Minjeong keluar ruangan.

"Ngga jelas!" ejek Giselle tertawa.

"Byeee Binnn!!!" teriak Ningning melambaikan flying kiss.

Karin melirik Wonbin sejenak sebelum keluar kelas dengan teman-temannya tanpa mengucapkan apa pun.

***

Sore itu sepulang sekolah, Karin berjalan menuju lokernya dan membereskan buku-bukunya di dalam sana. Di antara sela buku tersebut, ia menemukan foto Wonbin terselip di dalamnya. Karin tertegun. Ia meraih foto tersebut dan kembali mengingat hal yang sebelumnya.

Karin! Nih, gue mau ngasih foto gue ke lo. Buat pembatas buku.

Hah? Aneh banget sih lo Bin! Ngga ah gila!

Ya biar lo tambah semangat baca bukunya.

Ihhh yang ada juga gue ogah baca bukunya abis liat muka lo!

Karin tersenyum kecil. Wonbin terlihat sangat manis di foto tersebut. Karin begitu menyukainya sehingga ia terpaku pada potret tersebut cukup lama.

"Dasar narsis!" Karin tertawa seorang diri.

Karin menyadari bahwa ia akhir-akhir ini ia agak menarik diri dari Wonbin. Hal tersebut sedikit disesalinya, berhubung ia tiba-tiba merindukan kebersamaannya dengan pria itu. Namun, ia tidak dapat membiarkan Wonbin melakukan hal-hal yang terus membuatnya berekspektasi tinggi. Bagaimana jika itu semua tidak sesuai harapannya?

"Karin!"

Wonbin berdiri di belakangnya, meneriakkan namanya. Karin begitu terkejut hingga bahunya sedikit naik. Dengan secepat kilat ia menyelipkan kembali foto Wonbin di sela-sela bukunya, berharap pria itu tidak memergokinya barusan. Ia membanting menutup pintu loker dan memutar badan menghadap Wonbin di belakangnya.

"Bin! Lo ngagetin gue sumpah!" keluh Karin.

Wonbin menatap Karin cukup tajam dengan kening berkerut. Ia berjalan selangkah ke depan wajah Karin, membuat gadis itu memundurkan sedikit badannya ke belakang.

"I know you're avoiding me," bisik Wonbin. "Lo ngehindarin gue."

Ucapan Wonbin tepat sasaran. Jantung Karin berpacu cepat. Lidahnya kelu.

"I'm not..."

"Gue ngga ngerti Kar."

"Gue yang ngga ngerti kok lo tiba-tiba ngomong gitu Bin?"

"Terasa banget lo ngejauhin gue. Ada apa sih? Gue ada salah?"

"Lah kok? Ngga Bin! Sumpah lo tuh baik banget ke gue!"

"Terus kenapa Kar?"

Karin menunduk dan berpikir agak lama.

"Gue... gue cuma... gue cuma ngga pengen salah pahamin kebaikan lo ke gue. Soalnya lo... lo bikin gue... bisa-bisa berharap lebih ke lo..." bisik Karin tertunduk dalam, menutup matanya rapat-rapat.

Wonbin tertegun. Ia tidak bodoh untuk dapat mengerti isi hati gadis itu. Hati Wonbin seraya terenyuh. Pria itu dipenuhi rasa bersalah. Ia lalu memegang sebelah lengan Karin, menatap kedua mata gadis itu dalam-dalam.

"Karin, asal lo tahu aja, semua sikap gue ke lo selama ini, itu udah nunjukin apa yang gue rasain ke lo."

Mata Karin membelalak. Ia balas menatap Wonbin.

"Dari awal lo datang nyelamatin gue, gue udah nyariin lo Kar. Gue ngga sabar buat ketemu lo lagi. Gue selalu mikirin lo. Di otak gue cuma ada lo di sela kegiatan gue."

Arah pembicaraan Wonbin benar-benar membuat Karin berdebar.

"Ngga ada yang perlu lo salah pahamin Kar. Apa gue harus nyatain dulu perasaan gue biar lo ngerti?"

Jantung Karin seperti meledak. Karin menjerit dalam hati.

Jangan-jangan... dia mau confess ke gue!

"Karin, sebenarnya gue... gue..."

"WONBIN!!!"

Mereka berdua dikejutkan oleh suara panggilan. Nampak Shotaro, Eunseok, Sungchan, Sohee, dan Anton. Mereka semua terlihat sedang mencari Wonbin.

"Ehh ada Karin!" sapa Sungchan. "Wonbin, lo ternyata di sini! Kita nyariin lo dari tadi!"

"Bin, jadi nongki ngga? Yuk!" ajak Shotaro. "Duluan ya, Kar!"

Mereka merangkul Wonbin dan pergi meninggalkan Karin yang masih berdiri di depan di lokernya. Setelah beberapa langkah, Wonbin menoleh ke belakang dan melihat ke arah gadis itu.

Karin lalu berlari kencang dari tempat tersebut menuju dormnya. Sesampainya di kamarnya, Karin menghembuskan napas panjang sambil menutup mata. Ponselnya bergetar. Ia mendapat sebuah notifikasi. Dari Wonbin. Setelah membaca DM tersebut, wajah Karin kian memerah.

Lo siap-siap aja ntar. Pokoknya gue udah ngasih lo kisi-kisi perasaan gue.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top