You're Not Alone
Summary : Pada awalnya, menghubungi Tony hanya karena ia mengalami serangan panik adalah sesuatu yang bodoh menurut Peter. Ia adalah seorang superhero, dan serangan panik adalah sesuatu yang harusnya tidak menjadi masalah untuknya. Namun, setelah menyadari jika Tony adalah obat terbaik untuk serangan itu, sudah menjadi kebiasaannya untuk menghubungi Tony setiap ia merasa panik.
Hingga peperangan akhir dengan Thanos mengubah segalanya. Dan apa yang ia dapatkan saat ia mengalami serangan panik setelah kejadian itu?
.
.
Dan akhirnya *drum roll* story balasan untuk Katarina_294 mwahahaha!!! #plak
Pertama kali ia merasakan serangan panik di depan Tony adalah beberapa bulan setelah peristiwa Homecoming. Ia menaiki lift menuju ke Menara Stark untuk menemui Tony yang ingin mengupgrade seragamnya. Mendadak, lift mati karena malfungsi hingga membuatnya terjebak di lift sendirian di lantai 50.
Ia teringat bagaimana atap yang tadinya kokoh tampak runtuh, dan menimpanya. Siapa yang akan menjamin jika atap di atasnya akan bertahan dan tidak menimpanya? Siapa yang akan menyelamatkannya jika ia terjatuh? Ia tidak ingin Tony direpotkan hanya karena ini.
"Peter, detak jantungmu sangat tinggi dan napasmu tidak karuan. Aku akan menghubungi Mr. Stark."
"Tidak... tidak perlu Fri," Peter mencoba untuk mengatur napasnya. Sesak, ia merasakannya hingga pandangannya berkunang karena gagal menghirup oksigen, "M-Mr. Stark tidak perlu menangani ini. Aku tidak ingin--"
Pintu lift terbuka begitu saja diantara lantai 49 dan 50, dan Tony tampak berada di lantai 49 dan menatapnya dari celah diantara lift dan atap lantai 49. Peter tahu Tony datang, namun ia terjebak dalam sisi lain lift dan tampak masih gemetar tidak bisa bergerak dari tempatnya.
"Kid, kau tidak apa?"
Peter bisa mendengarnya, namun ia tidak bisa menjawab ataupun menggerakkan badannya. Tubuhnya gemetar dan ia hanya bergumam sesuatu yang tidak jelas.
"Kid?"
"S-seseorang... tolong... a-aku di bawah, aku tidak bisa bergerak," ia menutup matanya dan tampak memegangi kepalanya. Ia tidak lagi mendengar suara Tony, ia tidak tahu jika Tony mencoba untuk masuk perlahan hingga Tony berada di depannya dan berjongkok dihadapannya yang sedang meringkuk disana.
"Mr. Parker, kau dengar aku?"
Peter masih bergumam, dan Tony yang pernah merasakan itu segera tahu jika Peter mengalami serangan panik. Ia tahu Peter tidak akan bisa mendengar, dan satu hal yang bisa ia lakukan hanyalah bergerak dan memeluknya. Ia mendekap tubuh yang gemetar itu, membiarkan kepala dan wajah Peter tenggelam dalam tubuhnya.
Peter membulatkan matanya, menoleh kearah Tony yang membalas tatapannya.
"Kau sudah merasa baikan?"
Peter menatap mata Tony yang tersenyum kearahnya. Sebelum ia menoleh pada tangannya yang entah sejak kapan berhenti gemetar begitu juga dengan tubuhnya. Ia menghela napas, pada akhirnya mengangguk meski belum bisa mengatakan apapun.
Dan malam itu, ia menceritakan bagaimana ia mendapatkan serangan panik itu. Bagaimana dan apa yang terjadi saat Homecoming pada Tony. Katakan saja jika Tony saat itu meminta maaf dan menyalahkan dirinya karena sudah mengambil seragamnya saat itu.
.
.
Ia belum mengerti saat itu apa yang membuat serangan paniknya berhenti. Sebelum kejadian itu, memang ia pernah mengalami serangan panik beberapa kali. Dan ia selalu berakhir pingsan dan kelelahan karena kekurangan oksigen.
Dan serangan kedua, saat itu sebenarnya ia sedang berpatroli dan beberapa perampok menjebaknya dan melemparkannya ke salah satu lubang galian sebelum menutupnya dengan salah satu penutup besi. Serangan saat itu sangatlah hebat karena terjadi pada malam hari dan di dalam sangatlah gelap.
"Peter, napasmu tidak beraturan dan detak jantungmu tinggi. Apakah aku perlu menghubungi Mr. Stark?"
Peter hanya menggeleng, masih merasa ini sangat bodoh dan terus merepotkan Tony dengan kebodohan ini. Namun, Karen dengan baby spider protocol tidak mendengar Peter dan segera menghubungi Tony. Hanya butuh 5 menit untuk penutup di atasnya tampak bergerak dan terbuka, serta seragam Iron Man yang tampak melayang ke bawah menuju kearah Peter berada.
Kali ini Tony tidak menanyakan keadaannya untuk tahu jika ia mengalami serangan panik. Dan yang dilakukan Tony hanyalah memeluknya kembali dengan erat dan mengusap kepalanya.
"Serangan lainnya?"
Peter hanya mengangguk dan membenamkan kepalanya dalam pelukan Tony. Perlahan tubuhnya tampak rileks dan tidak lagi gemetar seperti sebelumnya. Peter hanya menutup mata nyaman dalam pelukan sosok yang ia anggap sebagai ayahnya itu.
...
Dan ia sadar, satu hal yang membuatnya tenang saat itu adalah Tony. Karena sentuhan Tony yang membuatnya merasa nyaman hingga tidak ada ketakutan yang ia rasakan. Rasa aman itu mengalahkan ketakutannya saat itu.
"Terima kasih Mr. Stark..."
Tony hanya tersenyum dan mengusap kepala Peter.
.
.
Sejak saat itu, serangannya menjadi berkurang dan setiap kali serangan panik terjadi Tony selalu ada. Saat di rumah mereka, ketika di sekolah dan Flash mendorongnya ke dalam loker, juga beberapa kali saat patroli karena musuhnya.
Hingga akhirnya sudah hampir 3 bulan lamanya Peter tidak lagi mendapatkan serangan itu dan itu membuatnya lega.
"Kau tidak lagi merasa panik akhir-akhir ini Pete?"
Sudah beberapa bulan ini Tony memanggilnya Pete atau Kid atau Peter. Dan hubungan mereka sangat dekat hingga beberapa intern tampak menganggap Peter adalah anak dari Tony.
"Tidak, terima kasih untukmu Mr. Stark."
"Aku memanggilmu Peter dan kau tetap memanggilku Tony," Tony menghela napas dan Peter tampak tertawa pelan. Ia tidak mau tidak sopan didepan mentor dan juga sosok pengganti ayahnya, "tidak lucu Pete. Mr. Stark terdengar sangat tua untukku."
"Tetapi kau memang sudah tua."
"Aku terluka dengan ucapanmu," Tony menatap Peter sambil mencengkram dadanya dan Peter hanya tertawa beberapa saat, "tetapi serius Pete. Aku sedikit merindukan sifatmu yang seperti anak-anak itu. Kau ketakutan dan memelukku dengan erat, lalu dengan pelukanku saja kau sudah menjadi tenang bukan?"
Peter membelakangi Tony dengan wajah yang merah padam. Ia tidak bisa mengakui jika apa yang dikatakan oleh Tony benar. Ia memang selalu merasa aman dan tenang di sekeliling Tony.
.
.
"I don't feel so good..."
Tentu serangan panik yang paling kuat terasa saat Peter merasakan bagaimana tubuhnya perlahan akan menghilang. Belum, tetapi ia tahu itu akan terjadi. Tentu secara refleks ia mencari keamanan yang ia butuhkan. Tubuhnya seolah bergerak sendirinya, mencari keberadaan Tony.
"I don't know what's happening..."
Kali ini Peter yang menekap Tony terlebih dahulu, sangat erat mencoba untuk menenangkan diri seperti saat Tony menenangkannya sebelum ini. Tetapi kali ini ia tidak bisa tenang, rasa takut itu terus berada di pikirannya hingga suaranya gemetar.
"I don't wanna go..."
Ia tidak ingin melepaskan pelukan itu, hingga tangannya berubah menjadi abu dan ia terjatuh begitu saja. Tidak terasa sakit karena tangan Tony.
"Maafkan aku..."
.
.
"Aku mengatakan jika aku ingin sekali menjadi seperti dirinya. Dan kau tahu apa yang dikatakan ayahmu? Ia ingin aku menjadi lebih baik," siang hari, saat hari minggu tiba tentu itu adalah hari dimana Peter selalu menghabiskan waktu bersama dengan Morgan. Menceritakan semua hal yang ia lewati bersama dengan Tony. Dan kali ini Morgan mengajaknya untuk menghabiskan siang di dalam tenda yang dipasang olehnya dan ayahnya.
"Kau sangat keren Peter!"
"Ayahmu lebih keren," Peter tampak tertawa dan tangannya bergeser saat sesuatu mengenainya. Ia menoleh pada helm Iron Man yang berwarna merah disana, "bukankah ini milik ayahmu?"
"Ya, aku tidak sengaja menemukannya di basement!"
"Kau tidak sengaja?" Peter mengusap bibir Morgan dengan lengan pakaiannya dan menatap Morgan yang tersenyum jahil.
"Aku menemukannya saat bermain petak umpet denganmu minggu kemarin," jawabnya dengan nada polos, "jangan katakan pada mommy. Aku hanya ingin memeluknya, agar aku bisa mengingat bagaimana daddy memelukku."
...
"Ia memiliki pelukan terbaik bukan?"
"Ya!"
.
.
"Hei Maguna!"
Suara itu membuat Morgan dan Peter yang masih berada di dalam tenda tampak menoleh.
"HARLEY!"
Morgan tampak sangat senang saat Harley yang memang tidak bisa sesering Peter mengunjungi mereka karena kuliah ternyata berada disana. Morgan segera berbalik dan berlari keluar dari tenda. Peter hanya tertawa dengan tingkah Morgan dan diam sejenak beberapa saat di dalam tenda sambil memandangi topeng iron man itu. Ia tersenyum sedih, lalu menghela napas panjang sebelum bergerak akan keluar dari tenda untuk menyusul Morgan.
Namun tidak bisa. Penutup tenda tidak bisa dibuka berapa kalipun ia mencoba untuk membukanya. Sementara di luar Harley tampak menutup tenda dengan menutup resleting di luar dan memberikan tanda Morgan untuk diam. Mereka hanya jahil, seperti yang selalu dilakukan mereka setiap kali bertemu. Menurut Morgan, kedua pemuda itu adalah kakaknya.
Peter adalah kakak yang baik, sementara Harley adalah kakak yang usil. Mereka bertiga menjadi sangat dekat sejak Harley mengunjungi Morgan saat Peter berada disana.
Namun, yang tidak mereka tahu adalah kejahilan mereka menimbulkan efek yang tidak baik untuk Peter. Ia tidak berbicara apapun karena di dalam, serangan paniknya kambuh untuk pertama kalinya setelah Tony tewas. Sore menjelang dan pepohonan yang rindang diatas tenda membuat bagian dalam tenda menjadi cukup gelap.
Napasnya tidak karuan, ia tampak gemetar hebat dan menoleh pada helm iron man milik Tony sebelum mengambil dan memeluknya.
Berharap itu bisa memberikannya keamanan seperti saat Tony memeluknya, memberikannya harapan besar untuk tempat yang aman. Tidak ada kehangatan saat ia memegang helm itu, hanya ada besi dingin yang menyentuh tubuhnya.
Ia memburuhkan Mr. Stark.
Ia membutuhkan Tony.
Ia membutuhkan ayahnya.
Serangan paniknya bukan mereda namun semakin parah. Kali ini bukan hanya karena bayangan Homecoming, namun juga bayangan saat Tony sekarat di depannya. Bayangan saat tubuh itu mendingin, saat pendengaran supernya membuat ia bisa mendengar bagaimana detak jantung Tony melemah, hingga perlahan menghilang dan sunyi.
Seperti saat ini.
Seperti saat ini.
"Initiating Spider Baby Anxiety Program."
Ia cukup kaget mendengar suara Friday, dan saat mata dari helm Iron Man itu menyala biru. Cahaya itu menuju kearah depannya, dan hologram Tony tampak muncul disana tepat berada di depannya.
"Hei Kid," suara itu adalah suara yang ia rindukan. Selama berbulan-bulan ia mencoba untuk terlihat kuat, terutama saat Mysterio menggunakan kekuatannya untuk membuat ilusi dari Tony, "jika program ini aktif, itu artinya kau dalam keadaan serangan panikmu lagi dan aku tidak berada disana. Lagi. Dan tidak bisa membantumu. Lagi."
...
"Gosh, kalau saja bisa aku ingin memelukmu sekarang seperti yang kulakukan biasanya. Kau seperti seorang anak-anak yang membutuhkan pelukan, dan kau akan meleleh dalam pelukanku bukan?" biasanya itu akan membuat Peter berwajah merah karena malu. Namun, kali ini ia hanya tertawa pahit dan menatapnya, "kau bisa melakukannya kid. Kau bisa menghadapi itu, kau tidak perlu sendiri. Kau tidak perlu aku saja untuk bisa menghadapinya."
Ia membutuhkannya.
"Ingatlah Peter. Kau tidak sendiri," Tony tampak menatap seolah kearahnya langsung saat ini, "tetapi tenang saja, kau tidak akan membutuhkan orang lain selainku atau mendengarkan pesan ini seperti Morgan yang tidak akan mendengar pesan yang kutinggalkan. Aku tidak akan mati, semua akan berjalan baik-baik saja dan aku akan kembali untuk memelukmu lagi."
Peter merasakan air matanya membuat semua menjadi semakin buruk. Serangan itu tidak membaik hanya dengan melihat Tony seperti ini.
"Kau sudah seperti anak laki-lakiku Peter. Anak laki-laki yang tidak pernah kumiliki," ia tampak berjongkok dan tersenyum pada Peter sambil tangannya bergerak seolah menepuk kepala Peter, "I love you kiddo... 3000."
Dan rekaman itu selesai bersamaan dengan sosok Tony yang menghilang.
"Mr. Stark... Mr. Stark," ia hanya bisa bergumam diantara napasnya yang memburu dan tidak teratur juga isakan tangisnya, "Tony... dad."
Ia tidak membutuhkan apapun. Ia tidak membutuhkan siapapun untuk bisa menenangkannya, ia hanya membutuhkannya.
Ia membutuhkan Mr. Stark.
Ia membutuhkan Tony.
Ia membutuhkan ayahnya.
"D-dad, please don't go," Peter bergumam semakin berbisik. Napasnya semakin sesak dan tubuhnya bergetar tidak karuan. Ia tidak bisa mengendalikan ini, ia hanya butuh sebuah sentuhan dan pelukan dari Tony, "aku membutuhkanmu... aku membutuhkanmu dad..."
Ia menutup matanya erat dan terus bergumam tidak memperhatikan sekelilingnya. Hingga akhirnya sepasang tangan melingkar di pinggangnya, Morgan memeluknya erat dan membenamkan wajahnya di tubuh Peter.
"Peter, kau tidak apa?"
Peter tidak bisa menjawab, hanya menatap Morgan dengan wajah yang sudah basah karena air mata. Harley sendiri cukup terkejut melihat keadaan Peter dan menghampirinya sebelum memeluknya dengan erat begitu juga Morgan.
"Aku mendengarmu bergumam. Maafkan aku, aku tidak tahu kalau kau punya serangan panik seperti Tony," Harley tampak mengusap kepala Peter. Morgan sendiri tampak sedikit panik karena tubuh Peter tampak bergetar.
"Kau tidak sendirian Peter. Aku dan Harley ada disini, kau tidak sendirian," Morgan tampak menutup matanya erat dan memeluknya lebih erat sebisa yang ia bisa lakukan, "aku dan Harley tidak akan meninggalkanmu."
Suara Morgan tampak samar, hanya suara Tony yang terngiang di kepalanya.
Ia tidak sendiri. Ia tidak perlu menghadapi ini sendirian. Dan untuk pertama kali ia membuka mata dan melihat Morgan dan Harley di dekatnya.
"A-aku merindukannya..."
"Kami tahu," Harley hanya tersenyum sedih, "karena kami juga merindukannya..."
"Tidak apa Peter," Morgan merasa tubuh Peter perlahan tidak gemetar, "jika memang kau merindukan daddy, terkadang menangis akan sedikit membuatnya reda."
Dan itulah yang dilakukannya, ketiganya hanya berpelukan dengan Morgan dan Peter yang terisak dan Harley yang hanya menepuk kepala keduanya namun juga menangis tanpa suara.
'Kau tidak sendirian.'
Itu yang membayang di kepala mereka masing-masing. Mereka tidak akan sendiri, karena mereka akan terus melindungi satu sama lainnya.
TAMAT
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top