WEEK 3, DAY 17- Andrea Lindsey

Aku memasang senyumku setiap saat James mengenalkanku pada teman-temannya di after party(ya, aku memutuskan untuk tetap memanggilnya dengan nama James saja, kurasa karena sudah terbiasa)sampai bisa kurasakan kedua pipiku terasa sakit karena terlalu banyak tersenyum.

"Andrea, kenalkan Demi Lovato, dan Demi kenalkan ini Andrea," aku menjabat tangan Demi masih dengan senyuman yang terukir diwajahku.

"Jadi ini yang namanya Andrea? Wow, Niall harus kuakui seleramu sangat bagus. Lihatlah dirinya yang sangat cantik dengan balutan gaun hitam. Kau adalah laki-laki yang beruntung," aku bisa merasakan wajahku memanas, sama seperti saat Alicia menanyakan 'apa kau begitu merindukannya?' aku tidak tahu apa reaksi James, karena dia hanya tertawa.

Omong-omong malam ini aku memang tidak berdandan sendiri, tapi Alicia membantuku. Malah hampir semuanya dia yang menyiapkan, kalau reaksi James dan teman-temannya saja sudah berkali-kali memujiku, bagaimana jika aku melihat diriku sendiri? Aku benar-benar tidak menyangka kalau Alicia pandai dalam hal seperti ini. Karena selama aku menjadi sahabatnya, pakaian yang dipakainya selalu simpel dan tidak pernah bisa dikategorikan formal atau mewah.

"Aku punya caraku sendiri, Andrea. Dan kalau kuberitahu kau pasti tidak akan percaya," kata Alicia saat aku menanyakan bagaimana dia bisa mendandaniku.

Memang terkadang mempunyai sahabat yang kelewat aneh(walaupun aku sadar aku juga seperti itu)juga menyusahkan. Sampai sekarang pun dia tidak mau memberitahuku.

"Andrea, aku harus berkata sekali lagi kalau kau sangat mempesona malam ini. Aku tidak tahu apa yang dilakukan oleh Alicia," aku tertawa pelan, berada disamping James membuatku lebih nyaman dan sedikit demi sedikit membuatku merasa lebih terbuka kepada oranglain.

"Aku juga tidak tahu apa yang dilakukan Alicia. Aku yakin dia benar-benar aneh, kenapa aku bisa bersahabat dengannya," kurasakan James merogoh sakunya, mungkin untuk mengambil ponsel yang memang ia letakkan disana.

Aku mendengar James berdecak, "ada apa, Ni? Semua baik-baik saja, kan?" aku takut kalau ada hal yang tidak kami inginkan tiba-tiba terjadi.

"Semua baik-baik saja, kecuali Alicia. Bagaimana ia tahu kalau kita sedang membicarakannya?" aku terkekeh lagi, mendengar intonasi suara James yang terkesan frustasi membuat kekehanku mengeras. Kurasa Alicia dan James tidak akan pernah akur, kalaupun mereka akan akur, pasti akan membutuhkan waktu yang sangat lama.

"Sekarang jam berapa, Ni?"

"Jam sebelas lewat, kurasa. Ada apa? Kau mau pulang sekarang?" aku mengangguk singkat, tubuhku sudah terasa lelah dan kepalaku mulai berat. Untungnya, Alicia tidak memoleskan terlalu banyak make up di wajahku atau mungkin kulit wajahku juga sudah kelelahan.

Aku mendengar James berpamitan dengan Harry dan Liam. Aku tidak mendengar suara Louis dan Zayn sejak tadi, mungkin mereka sudah pulang mengingat kekasih mereka juga mempunyai kesibukan sendiri esok hari. James menuntunku kearah mobilnya, seperti biasa ia selalu memastikan agar aku memakai sabuk pengaman dengan benar sebelum naik ke kursi pengemudi.

"Kau sangat hebat tadi, Ni. Aku tidak menyangka kalian akan memenangkan banyak penghargaan. Kurasa para penggemar kalian atau em...apa namanya? Directioners ya? Itu sangat hebat, aku yakin penggemar kalian yang menyaksikan tengah berteriak bahagia atau tertawa senang," ujarku.

"Kau benar sekali, aku sangat ingin berbicara dengan mereka lalu berterima kasih pada mereka secara pribadi, karena kalau tidak ada mereka, kurasa kami bukan apa-apa," aku mengangguk setuju. Sudah kubilang bukan? James pasti orang yang sangat baik.

Hening, kami tidak ada yang berbicara, hanya terdengar alunan lagu dari radio yang James nyalakan. Kami berdua terlalu lelah untuk mencari topik pembicaraan atau berbicara. Aku menyandarkan kepalaku pada kaca mobil, mencoba mengistirahatkan kepalaku yang semakin berat.

James mengecilkan volume radio, aku yakin ia tengah menatapku dengan senyum, jangan tanyakan bagaimana aku tahu, karena aku hanya mengucapkan apa yang ada dikepalaku saja. Aku merasakan mobil berhenti, mungkin karena sedang lampu merah.

Tiba-tiba aku mendengar suara mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi dari arah kanan. Tidak sulit mendengarnya saat tengah malam, karena tidak terlalu banyak pengendara yang melewati jalan ini kurasa. Astaga, mobil ini tidak berhenti saat James belum menggerakkan mobilnya, dan aku yakin ia sama sekali tidak tertidur karena aku masih bisa mendengar gumaman pelannya.

"Ni!"

Hal yang selanjutnya terdengar olehku adalah teriakan James yang sangat memekakan telinga. Aku merasakan tanganku tertarik oleh seseorang mungkin James, kemudian terjadi tubrukan dari sisi kananku. Sial! Aku tidak bisa merasakan sisi kananku, dan apa rasa besi yang kurasakan dimulutku? Ini... semua ini pernah kualami sebelumnya, seperti deja vu persis seperti ini saat setahun lalu.

James masih meneriakkan namaku saat aku merasakan kesadaranku perlahan-lahan hilang. Aku mendengar suara orang-orang berteriak, menahan James agar tidak mendekatiku tapi satu-satunya suara yang bisa kudengar adalah suara nafasku sendiri. Nafasku sesak, mungkin karena terhimpit oleh dua mobil.

Aku kembali tersadar ketika mendengar orang-orang disekitarku kembali berteriak, aku mulai tidak suka dengan teriakan ini. Teriakan yang mengingatkanku pada suaraku sendiri setahun yang lalu, yang mengingatkan perihnya tubuhku saat itu, apa sekarang juga terulang lagi?

Aku mendengar suara James dan Alicia, sepertinya mereka bertengkar lagi. Kudengar James ingin masuk melihat keadaanku sedangkan Alicia melarangnya agar tidak menganggu dokter yang tengah mengurusku. Astaga, apa aku separah itu? ukh... kepalaku sakit lagi, semua mulai terlihat buram lagi. Tapi, aku berusaha untuk tetap sadar, untuk melegakan Alicia dan James, aku tidak ingin mereka khawatir karenaku lagi. Sudah cukup aku membuat mereka, terutama Alicia khawatir.

Setahun lalu, aku membuatnya panik sampai dia tidak pulang kerumahnya beberapa hari hanya untuk menungguku siuman, ketika aku sadar ia langsung memelukku dan menangis, sayang saat itu aku sudah tidak bisa melihat lagi. Padahal, selama aku menjadi sahabat Alicia, jarang sekali aku melihatnya menangis dan saat itu ia menangis karena aku.

Lalu James, mendengar aku bercerita saja sudah membuatnya seperti itu, aku tidak mau ia melihatku dengan keadaan seperti ini, sudah cukup beban pikirannya tentang dirinya sendiri. Bagaimana kalau ini adalah waktu terakhirku? Tidak, tidak. Saat itu aku menyuruh James untuk tidak pernah berpikiran seperti itu, sekarang aku yang harus berusaha. Berusaha selamat untuk mereka.

"Kumohon selamatkan Andrea, kumohon, aku yang salah kenapa bukan aku saja yang berada diposisinya?" itu suara James.

"Dasar bodoh, kalau Andrea yang berada diposisimu sekarang, Andrea juga akan memohon hal yang sama denganmu! Daripada kau berharap seperti itu, lebih baik kau berharap ia segera sadar," itu suara Alicia.

Hanya kedua suara itu yang kudengar sebelum semuanya kembali menggelap.

a/n::

tinggal beberapa chapter lagi, dan fanfic ini akan selesai. maaf kalau adegan kacau dan sedihnya gak dapet, belum belajar soalnya.

so, hope you guys like it!! leave the vomment ya

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top