WEEK 2, DAY 9- Niall Horan
Hari ini aku tidak bisa berhenti tersenyum. Kemarin, semua sahabat-sahabatku bilang kalau mereka sangat menyukai Andrea dan mereka setuju kalau aku menjalin hubungan dengannya. Harry juga berkata kalau ia yang melihat Andrea lebih dulu, pasti ia sudah menyatakan perasaannya pada Andrea. Sementara aku? Aku menghadiahkan satu tepakan dikepalanya disusul oleh Louis.
Aku melihat Zayn yang sibuk dengan ponselnya, mungkin sedang menelpon Perrie agar datang ke studio hari ini. Yup, Eleanor, Perrie dan Sophia akan datang hari ini untuk dikenalkan pada Andrea. Hal seperti ini sudah menjadi tradisi sejak One Direction dibentuk. Kami selalu memperkenalkan 'calon' kami terlebih dahulu sebelum menjalin hubungan. Dan selama ini hanya akulah yang belum memperkenalkan siapapun pada boys(minus Andrea, karena itulah ia yang pertama kali aku kenalkan. Makanya boys merasa kaget saat pertama kali mendengarnya.)
Tidak lama, terdengar suara El yang langsung menghampiri Louis membuatku iri dan membayangkan kalau itu terjadi padaku dan Andrea. Astaga, apa yang kubicarakan!? Tidak sampai lima belas menit, giliran Perrie dan Sophia yang datang dalam waktu bersamaan. Aku bingung kenapa mereka datang satu jam lebih cepat, karena aku akan menjemput Andrea didepan kafe Alicia masih satu jam lagi.
"Kenapa kalian datang lebih cepat? Atau kalian rindu pada kekasih kalian, hm?" tanyaku dengan senyuman menggoda. Kusadari, Perrie merona begitu juga Sophia dan El. Aku hanya tertawa kencang, hey melihat raut wajah kekasih dari sahabatku itu menyenangkan, lain lagi urusannya kalau mereka yang tertawa karena melihatku merona, tapi aku tidak pernah dan tidak akan pernah merona karena sesuatu kan?
"Bukan karena itu juga, tapi kami penasaran dengan gadis yang bernama Andrea itu. sehebat apakah dia sampai bisa membuat hati seorang Niall Horan itu meleleh," aku mendengus pelan mendengar pernyataan Perrie.
"Apakah Zayn sudah mengatakan keadaan Andrea?" Perrie mengangguk kearahku, begitu juga yang lainnya.
"Sudah, tapi tetap saja aku penasaran dan sangat ingin bertemu dengannya," aku tersenyum tipis. Aku benar-benar senang dan bangga mempunyai teman dan sahabat seperti mereka. Selain suportif, mereka juga sangat peduli padaku.
Aku meraih ponselku yang bergetar, pertanda ada pesan yang masuk. Sebelah alisku terangkat saat menyadari siapa yang mengirimkan pesan itu. alicia, dia yang mengirim pesan, "hei, Andrea sudah ada disini, lebih baik kau cepat datang sebelum telingamu memerah lagi karena mendengar ocehanku!" kira-kira begitulah isi pesan yang Alicia kirimkan.
Tiba-tiba aku mengingat kejadian kemarin. Alicia langsung mengahadang jalanku saat ia melihatku masuk ke kafenya. Bukan, ia bukannya mengusirku, melainkan mengomeliku tentang Andrea yang setiap hari datang ke kafenya dengan wajah murung. Setiap kali ia bertanya ada masalah apa, Andrea selalu berkelit dan menggelengkan kepala. Aku tidak tahu bagaimana Alicia mengetahui kalau akulah yang Andrea pikirkan(aku bukannya terlalu percaya diri, ini adalah kenyataan) dan ia langsung mengoceh tentang aku yang tidak menghubunginya, aku yang tidak berperan sebagai seorang laki-laki yang pantas untuk Andrea, ia juga bilang kalau aku bersikap seperti itu lagi aku tidak akan diperbolehkan mendekati Andrea lagi. Ocehan Alicia malah membuatku semakin merasa bersalah.
Cepat-cepat aku mengambil kunci mobilku tanpa berpamitan dengan siapapun. Aku tidak mau membuat Alicia marah, sama saja dengan membangunkan singa betina yang kelaparan. Aku yakin, salah satu dari mereka yang melihatku berlari tengah menggeleng-gelengkan kepalanya sekarang.
Dengan cara mengemudiku yang seperti dikejar polisi, tidak sampai lima belas menit aku sudah sampai di kafe Alicia. Aku mendecak, Alicia sudah berdiri disamping Andrea dengan wajah cemberut, bukan pertanda baik. Andrea pernah bilang padaku, kalau Alicia sudah menampilkan wajah cemberut, semua orang akan menjadi incarannya untuk mengoceh ditambah lagi tatapan mata tajamnya, aku hanya bisa angkat tangan kalau sudah begitu.
"Hai Andrea, Alicia. Maaf aku terlambat," Andrea mengangkat tangannya kearah Alicia, seperti mengisyaratkan sesuatu.
"Tidak apa-apa, Ni. Aku juga baru datang kok," Alicia mendengus. Aku bisa mendengar gumaman 'apanya yang baru datang?!' dari arah Alicia. Aku menghela nafas panjang, menyerah kalau melawan Alicia.
"Hah... kita berangkat sekarang saja ya? Yang lain sudah menunggumu," Andrea mengangguk, aku meraih tangannya yang tidak memegang tongkat. Aku melirik Alicia yang menganggukan kepalanya, aku tahu apa artinya, 'jaga Andrea baik-baik' itulah isyarat dari Alicia.
"Ni, siapa saja yang akan membawa kekasihnya? Apa mereka baik?" aku melirik Andrea yang memainkan jari-jarinya. Ia sedang gugup, jangan tanya kenapa aku bisa tahu, karena aku selalu memperhatikan kebiasaannya.
"Sophia , dia kekasih Payne. Eleanor, kau bisa memanggilnya El, dia kekasihnya William. Yang terakhir, Perrie kadang-kadang kami memanggilnya Pezz, dia kekasih Malik. Dan ya, aku yakin mereka baik dan akan menerimamu."
Andrea tersenyum kecil. Aku suka melihat senyumannya, begitu menenangkan. Tidak kalah dengan aroma yang kucium di kafe Alicia. Apa mereka mempunyai gen yang sama-sama menenangkan ya? Ah....tidak, tidak. Tidak mungkin Alicia yang sebegitu menakutkannya bisa se-menenangkan senyuman Andrea. Ya ampun, aku melantur lagi.
Aku menggelengkan kepala saat melihat boys dan girls sudah berada didepan studio ketika aku membantu Andrea turun dari mobil. Apa mereka tidak bisa bersabar beberapa menit untuk aku dan Andrea bisa duduk nyaman disofa? Menyetir itu sangat melelahkan.
"Maaf, Ni. Aku sangat tidak sabar untuk bertemu dengan Andrea," ups, sepertinya aku terlalu keras menyuarakan pikiranku. Girls menuntun Andrea masuk kedalam meninggalkan aku dan personil lainnya melongo diluar. Gadis kadang-kadang mengerikan, bahkan kekasih dan sahabatnya sendiri tidak mereka ingat.
"Sudahlah, Ni. Biarkan gadis-gadis itu sibuk dengan Andrea, kita masih harus rekaman kau ingat? Kalau sudah selesai baru kau bisa berduaan dengan Andrea-mu itu," aku merasakan wajahku memanas saat Louis berkata'Andrea-mu' sepertinya aku sudah senjata makan tuan. Mendengar kata itu saja membuatku merona.
"Dia bukan Andrea-ku, Lou, kau salah kali ini."
Louis mengacungkan jari telunjuknya kearahku lalu menggoyangkannya kekanan dan kekiri, "Belum, Ni. Dia belum menjadi Andrea-mu dan itu belum bisa dikatakan kalau aku salah."
Harry ikut terkekeh, "memangnya kau rela memberikan Andrea untuk laki-laki lain, he?"
Zayn menepak belakang kepala Harry pelan, membuat Harry membungkam mulutnya yang banyak bicara itu, "Andrea bukan barang, harusnya kau bilang 'merelakan' bukannya 'memberikan.'"
Aku dan Liam terkekeh pelan sementara Louis mengusap rambut curly Harry dengan ekspresi yang bisa kubilang lucu. Bagaimana tidak? Louis memonyongkan bibirnya lalu menyipitkan matanya. Menurutku itu sangat lucu.
"Sudahlah, kalau bertengkar terus kapan mau rekamannya? Lagipula apa kalian ingat lagu yang kita nyanyikan hari ini?" aku mengangkat sebelah alisku bingung. Apa yang Liam maksud, memang hari ini kami akan menyanyikan lagu yang kubuat beberapa hari lalu, tapi apa spesialnya?
Kompak mereka bertiga(minus aku dan Liam)menatapku dengan pandangan yang sulit diartikan. Setelah lama berpikir, aku akhirnya mengerti apa yang mereka maksud. Bagian spesial dari lagu yang kutulis ini adalah inspirasinya. Selain mengingat rumahku beserta isinya(ibuku, ayahku, kakakku dan istrinya, dan keponakanku yang menggemaskan itu)aku juga terinspirasi dari sesuatu, ah.. maksudku seseorang.
"Ayo cepat, Ni. Semakin lama kau berdiri disana, semakin lama kau akan ditahan didalam ruang rekaman dan semakin lama juga kau akan bersama Andrea," aku tertawa pelan, sebelum berlari menjajari keempat sahabatku.
Aku berjanji pada diriku sendiri, suatu saat akan menyanyikan lagu yang kubuat sendiri ini untuk seseorang yang sangat kusayangi. Hanya tinggal menghitung waktu saja.
a/n::
maaf sebelumnya kalau cerita ini sama sekali tidak memuaskan, fanfic yang pertama jadi harap maklumin. trus, maaf juga kalau chapter kali ini agak membosankan, abis ide.
semoga suka ya, jangan lupa kasih vomment biar jadi acuan semangat!!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top