WEEK 2, DAY 8- Andrea Lindsey

Aku merasa kehilangan beberapa hari ini. Memang terdengar sangat aneh karena pertemuanku dengannya juga tidak terlalu menyenangkan(kalau dilihat dari sisi James, sementara aku biasa-biasa saja)tapi kenapa sekarang aku merindukan sosoknya. Aku tidak bisa melihatnya, semua orang pun tahu akan hal itu, tapi aku masih bisa mendengar suaranya(dan jangan lupakan logat Irlandia-nya yang sangat kental itu)aku merindukan suaranya, juga merindukan kehadirannya. Sudah kubilang kalau perasaanku kepadanya sangat aneh dan lucu.

Sudah lima hari ini ia tidak menghubungiku, aku juga tidak tahu berapa nomor ponselnya(aku ini tidak bisa melihat, ingat?)yang bisa kulakukan adalah menunggu teleponnya saat aku berada dirumah dan menunggu Alicia mengantarnya ke mejaku yang biasa saat berada di kafe milik sahabatku itu. Memainkan tuts piano adalah salah satu kegiatanku saat menunggu telepon dari James.

Berbicara tentang laki-laki itu, aku mengingat kalau ia memang sangat sibuk bersama dengan empat sahabat baiknya. Dia juga berkata, ia sangat suka bernyanyi dan nyanyi adalah hidupnya, oh ya! Jangan lupakan kalau ia juga sangat menyukai gitar. Aku jadi ingin mendengarnya bernyanyi dengan gitar-gitar kesayangannya itu(tidak mungkin ia hanya punya satu gitar kalau ia sangat suka dengan alat musik itu, kan?)

Omong-omong Alicia membuat makanan penutup baru yang tetap memakai rasa cokelat. Rasanya seperti chocolate mousse tapi diberi sedikit kopi dan bau jeruk, kalau hanya mendengarnya mungkin aneh tapi saat mencicipinya, aku merasakan rasa baru dilidahku. Kurasa aku harus memberikan James menu itu saat ia datang. Kalau ia akan datang lagi.

Samar-samar aku mendengar Alicia berbicara dengan seseorang. Harapanku kembali melambung, berdoa dalam hati kalau itu adalah orang yang sudah kutunggu. Aku sama sekali tidak heran kalau tiba-tiba James bertemu denganku lalu mengomentari sikap Alicia yang sangat protektif padaku. Dia sudah menganggapku seperti kakaknya sendiri(karena aku lebih tua satu tahun darinya)dan akan selalu bertingkah seperti itu saat aku dekat dengan seorang laki-laki. Apa yang kubicarakan? Mungkin itu bukan James, ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya kan?

"Andrea? Ada yang ingin bertemu denganmu, aku sudah bicara dengannya barusan," aku menganggukkan kepalaku kearah Alicia.

Aku mendengar suara yang sangat familiar ditelingaku. Suara orang yang sudah kutunggu. Suara James,"hey, bagaimana kabarmu?"

Aku mendengus, mencoba untuk terlihat marah dengan laki-laki yang ada dihadapanku. Desahan pelan keluar dari bibirnya, kurasa ia merasa bersalah. Hey, sudah seharusnya ia merasa seperti itu, ia berjanji akan menemuiku disini beberapa hari yang lalu. Tapi ternyata, Alicia berkata padaku kalau ia tidak melihat James. Bisa dibayangkan betapa kecewanya aku?

"Aku....aku ingin minta maaf padamu, Andrea. Lagi. Maaf tidak pernah menghubungimu, aku benar-benar minta maaf."

"Kenapa tidak pernah menghubungiku? Kau sudah lupa dan tidak mau bertemu denganku lagi?" aneh, kenapa aku menanggapi permintaan maafnya seperti aku sudah menjadi kekasihnya?

James terkekeh pelan, "mana mungkin aku melupakanmu? Tiba-tiba saja aku dan keempat sahabatku itu harus pergi ke Amerika. Kau tahu, untuk pemotretan yang sejujurnya aku sendiri tidak tahu untuk apa. Soal ponselku, ponselku rusak karena terjatuh saat aku bertengkar dengan salah satu sahabatku."

Aku menghela nafas panjang. Kata kuncinya adalah mencoba, jadi aku tidak benar-benar marah pada James, mungkin aku sudah memaafkannya sebelum ia meminta maaf, "Ya sudahlah, kau melakukannya juga tidak sengaja. Lagipula, apa hak-ku untuk menyuruhmu selalu mengabariku?"

Entah perasaanku saja atau memang terjadi, aku mendengar gumaman 'kau itu orang yang penting bagiku' dari mulut James. Tubuhku berdesir saat mendengar gumaman itu, berharap kalau James memang mengatakan itu untukku tapi juga berharap kalau pendengaranku salah. James berhak mendapatkan yang lebih baik dariku.

Suara James terdengar lagi, "omong-omong sahabat-sahabatku sangat ingin bertemu denganmu, apa kau mau menemui mereka?"

Tanpa pikir panjang aku menyetujui ide itu. aku sangat suka bertemu dengan orang baru, apalagi kalau bisa berteman dengan mereka, aku akan lebih senang lagi. Tapi, apa sahabat James sudah mengetahui keadaanku? Bagaimana kalau mereka tidak menyukaiku?

Seperti bisa membaca apa yang kupikirkan, James berkata, "kalau yang kau takutkan adalah mereka yang tidak bisa menerimamu, kau salah. Aku sudah menceritakan semua yang kutahu tentangmu dan mereka masih tetap bersemangat untuk bertemu denganmu."

Aku tersenyum lebar. Aku tidak tahu apa yang dikatakan oleh James tentangku kepada sahabat-sahabatnya itu, tapi aku sangat berterima kasih, "aku mau saja, kapan?"

Aku yakin, James tengah menyeringai sekarang, jangan tanya padaku, aku berkata seperti itu berdasarkan insting saja,"sekarang mereka sudah di depan kafe. Sebentar akan kupanggilkan mereka."

Aku bisa mendengar suara detak jantungku sendiri. Apakah mereka orang yang baik atau bukan aku tidak tahu dan itulah yang membuatku khawatir. Aku terkekeh pelan ketika mendengar Alicia meneriaki teman-temannya agar cepat masuk kedalam dan melayani tamu yang masuk.

"Andrea? Ini sahabat-sahabatku. Kenalkan, William, Payne, Edward dan Malik," aku menjulurkan tanganku, sama seperti pertama kali aku dan James berkenalan. Aku mengingat suara-suara mereka, bisa runyam kalau aku tidak mengingat nama dan suara mereka, kan?

"Wow, kau lebih cantik secara langsung, Andrea. Heh, sudah kuduga kalau James memang tidak berbakat dalam hal fotografi walaupun ia sering selfie," ini suara William, aku tahu itu. Aku memasang senyuman lebar, baru pertama kali bicara William sudah bisa membuatku terkekeh.

"Hai Andrea, kudengar kau bisa bermain piano? Aku tidak sabar mendengar keahlianmu itu," yang ini suara Payne. Suaranya memperlihatkan wibawa, atau karena ia yang paling tua? Kurasa tidak. James bilang, William-lah yang paling tua.

"Hello Andrea, senang bisa bertemu denganmu," aku yakin ini suara Malik. Hm, suaranya menarik tapi aku tetap memilih suara James. Aku mengangguk sopan.

"Hi Andrea, William benar. Kau lebih cantik daripada diponsel James," aku mengangkat sebelah alisku bingung. Apa James pernah memotretku? Tapi kapan, aku tidak ingat pernah difoto?

"Sudahlah, guys. Kalian ingin bertemu dengan Andrea kan? Bukannya untuk meledekku, kalau begitu lebih baik aku tidak mempertemukan kalian," aku tertawa pelan. Telingaku mendengar mereka menarik kursi untuk duduk mengelilingi meja.

Aku menatap sekelilingku, "kudengar dari James kalau kalian membentuk band? Bolehkah aku mendengar kalian bernyanyi? Hanya satu lagu?" aku merasakan rambutku diacak oleh seseorang, yang kurasa adalah William ia bergumam 'tentu saja'

Suara mereka sangat indah. Pantas kalau mereka mempunyai banyak penggemar, suara mereka saling melengkapi. Aku memejamkan mataku mencoba menghayati lagu yang mereka nyanyikan. Kurasa inti lagunya menceritakan tentang seorang laki-laki yang sangat mencintai kekasihnya sampai mereka tidak terpisahkan, dan seperti liriknya, laki-laki ini begitu lemah saat kekasihnya tidak ada disampingnya. Manis sekali.

"Suara kalian indah, aku akan menjadi penggemar nomor satu kalian mulai saat ini," mereka berlima tertawa pelan mendengar kalimatku.

"Kau belum mendengar lagu yang James buatkan untukm-" kalimat Edward terpotong karena James menepak kepalanya. Aku bisa mendengar suara ringisan dan umpatan dalam waktu yang bersamaan.

"Andrea, apa kau mau bertemu dengan yang lainnya?"

"Yang lainnya? Siapa maksudmu, Malik?"

"Kekasih kami."

a/n::

teng teng, chapter baru!! nah lho, kenapa namanya lain lagi? kenapa harus beda nama sih? penasaran ya?

oh ya, sebelum midnight memories keluar, Liam pacaran gak? kalo pacaran sama siapa sih? Dani atau Sophia?

hope you like it!! leave the vomment ^^

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top