WEEK 2, DAY 11- Andrea Lindsey
Aku mengaduk-aduk minuman yang yang kupesan. Ya, tidak jauh dari cokelat panas dengan sedikit 'bumbu' rahasia ala Alicia. Tentu saja aku lebih memilih cokelat panas, karena cuaca sedang mendung dan perkiraanku sepuluh menit lagi atau kurang, hujan akan turun. Tidak, aku bukan semacam peramal atau apapun, tapi bau khas hujan bercampur tanah sudah menyeruak masuk ke hidungku. Jadi, aku bisa menyimpulkan beberapa menit lagi akan turun hujan.
Pikiranku penuh dengan percakapanku dengan ketiga kekasih sahabat James. Yang membuatku kaget adalah ketika mereka memanggil James dengan nama Niall. Begitu juga mereka menyebut, Liam, Zayn, Louis dan Harry. Sedangkan tidak cukup aku kaget, mereka bilang kalau James menyukaiku. Aneh sekali kan?
Mereka juga bilang kalau akulah gadis pertama yang dibawa James untuk diperkenalkan dengan teman-temannya, mereka juga bilang itu adalah tradisi yang mereka buat sendiri, walaupun aku yakin ratusan bahkan jutaan orang mempunyai tradisi yang sama dengan mereka. Dan karena itulah mereka yakin James benar-benar menyukaiku.
Telingaku mendengar suara percikan air yang menabrak jendela disampingku. Selain aroma kafe Alicia, suara hujan adalah suara yang paling bisa menenangkanku. Aku menyesap cokelatku dengan perlahan(bukankah sudah kubilang kalau aku memesan cokelat panas?)lalu memejamkan mataku(walaupun tidak ada bedanya.) Aku tersenyum lebar saat mendengar suara langkah kaki yang terburu-buru datang ke mejaku.
Aku mendengar suara Alicia yang menarik kursi didepanku. Aku sudah mengetahuinya dari cara ia menarik kursinya. Agak kasar dengan tarikan paksa, sangat mirip dengan sifat Alicia yang tidak ingin dibantah. Aku menghela nafas pelan, kalau ia sudah menghampiriku saat aku tengah sendiri seperti ini berarti ada yang ingin ia bicarakan. Memang, hari ini James tidak akan datang karena dia ada interview itu yang dia bilang saat menelponku tadi malam.
"Ada yang mau kau bicarakan, Andrea?" aku mengangkat sebelah alisku. Kupikir dia yang ingin membicarakan sesuatu, kenapa aku yang ia tanya?
Alicia menghela nafas panjang, "kau ingat? Kita punya semacam telepati walaupun kita tidak sedarah apalagi anak kembar, kan? Aku merasa kau sedang bingung Andrea."
Ah, iya. Memang, aku dan Alicia seperti mempunyai telepati. Itu terbukti saat aku sedang bingung seperti ini, ia bisa mengetahuinya, begitu juga sebaliknya. Pernah suatu kali aku tiba-tiba merasa tidak enak. Ini terjadi saat kami masih ada di universitas. Aku merasa ingin menangis dan aneh, ternyata benar apa yang kurasakan, aku menemukan Alicia duduk disalah satu pohon yang ada dihalaman kampus dengan wajah murung dan sangat tidak enak dilihat. Alicia memelototi siapa saja yang melihatnya dengan aneh.
Ternyata benar saja, ia sedang stress dengan tugas akhirnya yang menumpuk. Ditambah lagi, Alicia itu orangnya sangat ambisius. Ia mengejar materi psikologi dan memasak dalam waktu yang bersamaan. Kalau aku, mungkin sudah menyerah ditengah jalan karena dua jurusan yang diambilnya benar-benar bertolak belakang.
Ok, kurasa sudah cukup meracaunya. Kurasa sekarang juga seperti itu, aku memang bingung dengan sikap James dan perkataan sahabat-sahabatnya itu, "menurutmu James itu bagaimana?"
Aku yakin, Alicia tengah menatapku aneh, "maksudmu?"
"Aku merasa aneh saat didekatnya akhir-akhir ini, Al. Rasanya sangat nyaman dan aku sendiri menikmati perasaan itu. Aku ingin minta pendapatmu, aku yakin kau bisa melihatnya dengan sangat jelas."
Itulah yang kurasakan saat James menggenggam tanganku, saat ia membantuku turun dari mobilnya, saat ia berkata apakah aku baik-baik saja, atau saat ia bertanya apa aku merasa senang bertemu dengan sahabat-sahabatnya.
"Kurasa James sangat baik. Ia berteman denganmu karena ia tulus, aku tidak melihat ada sikap yang mencurigakan darinya. Yang aku suka, ia tidak peduli dengan keadaanmu yang sekarang, ia melihat inner beauty-mu bukan penampilan luarmu. Plus, aku juga suka raut wajahnya yang melihatku dengan tatapan takut dan merasa bersalah saat aku memarahinya beberapa hari yang lalu," aku tersenyum mendengarnya. Jarang yang menyadari kalau sebenarnya Alicia sangat baik, dia sama sekali tidak menghujat James kan?
"Kau menyukainya, Andrea," lanjut Alicia.
Kenapa semua orang berkata 'kau menyukainya' pada kami, sih. Mungkin, aku memang menyukainya tapi belum tentu dengan James kan? Aku mau dia mendapatkan yang lebih baik dariku, bukannya gadis buta yang tidak tahu apa-apa, bahkan aku tidak tahu bagaimana wajahnya.
"Itu sangat tidak mungkin, Alicia. Aku tidak bisa melihatnya, dan aku yakin ia juga risih denganku."
"Ayolah, Andrea. Aku tahu kau menyukainya, aku bisa merasakannya dari dirimu ingat? Lagipula, memangnya aku tidak melihat ekspresimu yang sangat senang saat ia meminta maaf karena tidak menghubungimu? Dan kau meresponnya seperti kau adalah kekasihnya dan dia sendiri juga tidak keberatan. Oh, jangan menatapku seperti itu, Andrea, aku sangat tahu apa yang kulihat."
"Dan apa yang kau lihat, Alicia?" aku merasa gugup. Karena aku tahu, apapun yang dikatakan oleh Alicia, itulah kenyataannya. Aku tahu ia bukan tuhan bukan juga peramal, tapi ia adalah mahasiswi jurusan psikologi, semua yang dilihatnya akan ia kaitkan dengan materi yang sudah pernah dibahas oleh dosennya(aku sendiri tidak percaya kalau ia punya memori yang sangat kuat)dan karena itu juga, masakannya selalu dipenuhi dengan 'bumbu' rahasia yang bahkan hanya asistennya saja yang diperbolehkan tahu.
"Kalian saling menyukai, itulah faktanya."
Aku menggelengkan kepala perlahan, ia salah kali ini, "kau salah Al. Itu bukan fakta, mungkin kau bisa bilang kalau aku menyukai James dan kau bisa membuktikannya dari perasaanku saat didekatnya tapi James? Belum tentu. Karena terakhir kali aku cek, aku yakin kau tidak mempunyai kekuatan membaca pikiran."
Alicia menggeram rendah, sama sekali bukan pertanda baik. Ia sedang kesal sekarang, mungkin karena ucapanku, tapi aku juga benar, kan? Alicia tidak bisa membaca pikiran oranglain, jadi bagaimana bisa ia tahu kalau James mempunyai perasaan yang sama denganku?
"Come on, Andrea. Ia masih mau datang hanya untuk melihatmu disaat aku sudah memarahinya sampai telinganya memerah karena kubentak berkali-kali, dan kau sudah pernah melihat aku memarahi seseorang yang aku yakin sangat mengerikan. Ia sudah mengenalkanmu pada teman-temannya yang kuyakin untuk meyakinkan mereka apakah kau pantas untuknya atau tida-"
"Karena itulah aku yakin teman-temannya tidak akan menyukaiku. Kau tahu sendiri keadaanku, Alicia," aku sengaja memotong kalimatnya.
"Jangan pernah memotong kalimatku, Andrea. Aku melihat senyumnya mengembang saat ia melihatmu didepan kafe saat bersamaku. Aku tahu apa yang kulihat Andrea, mungkin aku bukan pembaca pikiran, tapi aku sangat yakin dengan instingku."
Aku menelungkupkan kepalaku diatas lipatan tangan. Suara Alicia makin meninggi, ia ingin agar aku mempercayainya, aku sangat ingin mempercayainya. Sangat. Tapi, aku juga tidak bisa menampik perasaan ragu yang menyelimuti benakku.
"Apa yang kau ragukan Andrea?"
Aku terdiam. Aku tidak tahu harus menjawab apa, karena aku sendiri tidak tahu alasannya, aku tidak tahu kenapa aku ragu. Memikirkan semua ini membuat kepalaku kembali berdenyut sakit. Suara hujan dan aroma kafe tidak berpengaruh saat ini, semua indraku seperti tidak berfungsi. Aku membenci dan menyukai perasaan ini dalam waktu yang bersamaan.
"Aku akan membawakan cokelat panasmu lagi, kubiarkan kau berpikir. Kau sangat butuh itu. kalau kau mencariku, teriak saja, aku pasti mendengarnya," aku terkekeh pelan, tentu saja tanpa harus berteriak pun Alicia pasti akan mendengarku. Sangat perhatian sekali, kan?
"Baiklah, terima kasih Alicia."
"Jangan berterima kasih padaku, kau seperti orang yang baru mengenalku kemarin," Alicia mendengus pelan. Yup, sangat perhatian sebagai sahabat.
a/n::
masih ingat sama Alicia yang jadi sahabatnya Andrea? nah, disini Alicia coba buat Andrea sadar sama perasaannya sendiri. maaf kalau agak membosankan ya!!
hope you guys like it!! leave the vomment please,,
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top