Chapter 24
ALI'S POV
Dua jam berlalu semenjak aku mengantarkan Ily ke bandara. Kupandangi smartphone di tanganku,berharap Ily menelpon atau mengirimiku pesan. Namun hingga satu jam kemudian sesuatu yang kutunggu itupun tak kunjung datang. Kenapa hatiku segelisah ini? Apa karena Ily pergi bersama cowok lain? Entahlah, walaupun Ily sudah memperkenalkan aku pada Verrel sebagai pacarnya namun hatiku tetap saja tidak tenang.
Ting nong! Bunyi notifikasi LINE,segera ku sentuh layar smartphoneku kemudian membaca pesan yang baru saja masuk.
From : Yayang Imut
Sayang,maaf kalau aku baru kasih kabar.
aku sudah sampai.
Ternyata Yangkung masuk RS.
makanya kami di suruh cepat pulang.
Jangan galau ga ketemu aku 2 minggu.
Percaya sama aku,aku ga ada apa apa sama kak Verrel.
Aku juga pasti bakalan kangen sama kamu.
*emoticon Prilly say I LOVE YOU
*emoticon Prilly say MUACH
Aku tersenyum membaca LINE dari Ily, ada kata "sayang" di situ, membayangkan Ily yang dulu malu malu sekarang bisa kirim chat dengan kata "sayang" di tambah emoticon juga,sungguh suatu kemajuan. Itulah uniknya cinta,bisa merubah orang yang pemalu menjadi lebih smart.
Segera ku balas chatnya,
to : yayang imut
Baru 3 jam ditinggal,aku sudah kangen banget sama kamu ❤
Semoga Yangkung cepat sembuh.
Iya aku percaya,tapi awas ya jangan macam-macam.
Jaga diri baik baik ya sayang.
*emoticon Aliando say LOVE YOU TOO
*emoticon Aliando say MUACH
Send.
Setelah membalas chat Ily aku segera keluar kamar, bergabung dengan mama dan juga kak Micky di ruang keluarga sambil menonton TV. Aku rebahkan tubuhku di samping mama dengan kepalaku berada di pangkuan mama.
"Idih manja!" celetuk kak Micky saat melihatku tiduran di pangkuan mama.
"Biarin!wlee!" sahutku sambil menjulurkan lidah ke arahnya.
Mama membelai rambutku lembut, sementara kak Micky mengalihkan pandangannya ke arah lain.Ku lihat ada butiran air mata mengalir di pipinya. Aku segera beranjak dari pangkuan mama dan mendekati kak Micky.
"Udah ngga usah sedih,mamaku juga mama kak Micky." hiburku sambil menghapus air mata kakak bar barku. Dulu aku sempat membencinya saat aku tahu dia anak dari almarhum papa,tapi ternyata dia kakak yang baik walaupun terkadang tingkahnya barbar.
"Ma,mumpung besok libur boleh ya Ali nyusul Ily ke kampungnya?" pintaku pada mama,sungguh tak bertemu Ily berapa jam saja aku sudah sangat merindukannya. Kebetulan besok hari libur sekolah,lumayan libur dua hari.
Mama hanya diam tak menjawab permintaanku.
"Ma." panggilku pada mama lagi.
"Boleh ya?" rengekku pada mama,kurangkul mama serta menciuminya.
"Aku ikut dong." timpal kak Micky membuat mama menoleh ke arahnya. Terus terang aku tidak suka kalau kemana-mana harus di ikuti apalagi orang yang mengikutiku kak Micky,tindakannya yang ceroboh dan barbar kadang membuatku malu.
"Baiklah,mama ijinkan, asal kak Micky ikut bersamamu." jawab mama kemudian,yang membuat mataku melebar.
"Please Mama, biar Ali sendirian saja. Kak Micky biar nemanin Mama di rumah." protesku pada mama.
"Pilih mana? pergi tapi sama kak Micky,atau dirumah?" mama memberiku pilihan. Tentu saja aku pilih pergi tapi bersama kak Micky,terpaksa. Sementara dari tadi Kak Micky mengejekku terus dengan menjulurkan lidahnya. Sungguh melihatnya seperti itu aku seperti sedang bercermin. Sikapnya yang tengil jadi ingat diri sendiri. Mungkin almarhum papaku tengil juga sepertiku hingga gen tengilnya turun juga ke anak perempuannya.
*****************
Dengan penerbangan pertama akhirnya aku sampai juga di Jogja. Aku sudah mengantongi alamat Ily di Magelang yang ku dapat dari mbak Jum. Segera ku seret kakakku yang sedari tadi kelihatan terus-terusan menguap,maklum aku sudah mengajaknya standby di bandara sejak pukul 04.00 pagi.
Setelah mengambil bagasi aku segera mencari taksi,bersyukur tidak sampai lama akhirnya aku mendapat taksi. Aku segera memberitahukan alamat Ily pada sopir taksinya yang kemudian di balas dengan anggukan.
Di dalam taksi aku berbincang dengan pengemudinya sementara kak Micky melanjutkan perjalanannya ke alam mimpi hingga tak terasa kami sudah menempuh perjalanan selama satu jam.
Tepat jam 07.30 taksi berhenti di depan sebuah rumah di pinggir jalan raya,nampak ada beberapa bendera putih dikibarkan di sepanjang jalan. Setelah turun dan membayar ongkos taksi sesuai argo akupun segera menemui seorang bapak-bapak yang sedang berjalan menuju rumah yang kelihatannya sedang ramai karena banyak orang.
"Maaf Pak,ada acara apa ya Pak kok banyak bendera putih di sepanjang jalan?." tanyaku pada bapak tersebut, Orang itu kemudian melihatku dari atas ke bawah. Mungkin karena aku orang asing maka dia melihatku seperti itu,atau karena aku ganteng mirip aliando,bisa jadi. :D
"Oh,itu mas,ada yang meninggal mas, pak Hadi namanya." jelas bapak di depanku. Akupun baru tahu kalau di kampung tanda ada orang meninggal itu dengan bendera warna putih bukan bendera warna kuning seperti di Jakarta.
"Kalau rumah Yangkung yang sebelah mana pak?" tanyaku ragu-ragu takut orang itu tidak tahu.
"Ya rumah yang ramai itu mas,Yangkung itu ya pak Hadi,,mas ini siapanya to?" jawab bapak itu dengan bahasa indonesia yang medok.
"Saya pacar cucunya." jelasku spontan membuat orang itu mengernyikan dahinya.
"Pacarnya mbak Uki?weleh weleh mbak Uki masih SD kelas 6 udah punya pacar?ckckck." tanyanya lagi sambil geleng-geleng sementara matanya melihatku seperti menyelidik.
"Maaf Pak,namanya bukan mbak Uki tapi pacar saya namanya Ily Pak." jelasku pada orang itu. Dan orang itupun manggut manggut seperti tahu yang kumaksud.
"Owalah,pacarnya mbak Ily yang dari Jakarta to,ayo saya antar mas." Bapak itu akhirnya mengerti bahkan mau mengantarku. Aku dan kak Micky segera mengikuti bapak itu memasuki pagar rumah yang kini sedang ramai orang.
Setelah sampai kami dipersilahkan duduk di kursi yang sudah berjejer rapi di depan rumah.. Tak lama kemudian Ily datang menemuiku sementara bapak tadi sudah tidak kelihatan.
"Ali?kak Micky?" pekiknya terkejut,tentu saja terkejut karena aku tidak memberitahunya kalau aku akan menyusulnya ke kampung.
Ily kemudian duduk di sebelahku,
"Aku turut berduka cita ya atas meninggalnya Yangkung." ku elus punggungnya perlahan.
"Iya,makasih ya Li." jawabnya dengan sedikit senyum. Sementara kak Micky malah menelungkupkan wajahnya di meja yang berada di depan kami,dia teruskan lagi tidurnya! Oh my God,bikin malu saja nih orang.
Ily akhirnya membawaku beserta kak Micky ke kamarnya. Kamipun menaruh tas yang berisi pakaian di kamarnya. Setelah keluar Ily membawaku menemui mamanya beserta keluarga besarnya. Tante Widya kelihatan masih begitu kehilangan,air matanya tak berhenti mengalir dari matanya. Aku juga bertemu dengan Verrel,orang yang kemarin membuatku cemburu.
"Kamu?" seru kak Micky bersamaan dengan Verrel saat kami saling menyalami.
Kini aku yang bingung,kenapa kak Micky bisa tiba-tiba terkejut bertemu Verrel? Apakah mereka sebelumnya sudah saling kenal? Tapi kenapa setelah itu mereka saling cuek-cuekan? Aku harus tanya kak Micky setelah ini.
**************
Setelah acara pemakaman Yangkungnya Ily selesai kami segera kembali ke rumah di mana kami akan menginap,yaitu rumah Yangti, keluarga besar Ily masih berkumpul di sana.
Tante Widyapun mengenalkanku pada saudara-saudaranya sebagai teman Ily. Dalam hati aku protes. Sementara Ily masih terlihat banyak diam,seperti ada yang dipikirkannya.
"Nduk,terus kapan kamu mau tunangan sama Verrel?" celetuk wanita di ujung sofa itu pada Ily, yang tadi sempat kudengar Ily memanggilnya bulik Putri. Ily yang baru meneguk air mineral mendadak tersedak mendengar celetukan buliknya itu. Akupun mengusap-usap punggungnya. Sementara Verrel kelihatan biasa saja mendengarnya. Sedang hatiku panas seketika.
"Apaan sih bulik?Ily masih SMK kelas X ,belum mikir nikah." jawab Ily menanggapi buliknya.
"Lhah,kan tunangan dulu ngga papa,urusan nikahnya kapan belakangan,ya ngga mbakyu?" sahut bulik Putri sambil menoel pipi tante Widya. Semakin lama aku mendengarnya rasanya ingin aku sumpal mulut bulik Putri itu.
"Apaan sih Put, Ily itu sudah punya pacar. Biarkan dia dengan pilihannya." bela tante Widya.
"Terus bagaimana dengan wasiat ayah semalam mbak?" tanya bulik Putri kemudian.
"Verrel juga sudah punya pilihan." tiba-tiba Verrel sudah menyahut,kini Ily yang kelihatan terkejut.
"Siapa kak?bukannya kak Verrel jomblo?" tanya Ily penasaran.
Verrel menatap tajam pada kak Micky yang duduk di sebelahku, "tuh,tanya aja sama Micky,mau ngga dia jadi calon istriku."
Aku melihat reaksi kak Micky yang terkejut mendengar jawaban Verrel,sebenarnya ada hubungan apa antara mereka berdua?sungguh,banyak sekali yang tidak kuketahui tentang kak Micky.
Kak Micky tidak menjawab,namun dengan wajah kesal bercampur marah ia pergi meninggalkan kami di ruangan itu,sedang Verrel segera mengejarnya.
"Li,memangnya kak Verrel dan kak Micky sudah kenal sebelumnya?"tanya Ily padaku saat melihat Verrel keluar.Aku hanya mengedikkan bahu,aku sendiripun bingung.
"sstt,ayo kita ikutin mereka."bisik Ily di telingaku membuatku tersenyum,akhirnya ada kesempatan buatku untuk berduaan dengan Ily.
Akhirnya Ily mengajakku keluar setelah sebelumnya kami berpamitan dulu pada tante Widya dan keluarganya.
***********
Author's POV
"Aku minta maaf." sebuah kata meluncur dari mulut Verrel saat melihat gadis di depannya menangis. Sementara di belakangnya tanpa mereka ketahui ada dua pasang mata sedang mengawasi mereka.
"Hubungan kita sudah berakhir lama Kak!"Micky sudak tidak bisa menahan emosinya. Pertemuaannya dengan Verrel membuka luka lamanya kembali. Ia masih menangis sambil menatap lelaki di depannya dengan sorot mata kecewa.
" Maaf,aku hanya tidak ingin mereka ribut soal perjodohanku dengan Ily. Aku benar-benar minta maaf."
Verrel menatap Micky lekat,
"Apa hati kamu sudah tertutup untukku Micky?"
Micky hanya diam mendengar pertanyaan Verrel, hubungannya dengan Verrel dulu yang sempat terjalin selama 1,5 th memang sulit untuk dilupakan,ia susah payah move on hingga akhirnya kini saat ia berhasil melupakan Verrel dan jatuh hati pada Bayu tiba-tiba Verrel muncul kembali di hadapannya.
"Aku sudah punya pacar." sahut Micky,namun matanya tak berani menatap Verrel.
"Siapa?" tanya Verrel seraya menarik dagu Micky agar melihat ke arahnya.
"Bukan urusanmu lagi!" jawab Micky dengan nada tinggi yang membuat Verrel menarik kepalanya kemudian dengan cepat ia melumat bibir Micky. Ali dan Ily yang sedang mengintip mereka berdua membelalakkan matanya.
Micky meronta namun itu hanya sia-sia,Verrel begitu kuat menciumnya.
"Aku rindu sayang." bisik Verrel di sela-sela ciumannya. Micky akhirnya menyerah. Lelaki di depannya bahkan sampai saat ini tidak diberinya kesempatan bicara. Dulu ia yang memutuskannya secara sepihak hanya karena Micky cemburu dengan teman kuliah Verrel yang bernama Priya. Bahkan setiap Verrel datang ke rumah ingin menjelaskan padanya ia selalu menolak dan tidak mau menemuinya. Hingga akhirnya mereka bertemu kembali tanpa disengaja.
"Ehem!!"
Ali dan Ily berdehem bersamaan kemudian berdiri dari persembunyiannya membuat Micky dan Verrel terkejut.
"Cieee yang CLBK." ledek Ily pada Verrel dan Micky.
Mereka berdua salah tingkah dilihatnya,dalam hati mereka berkata semoga Ali dan Ily tidak melihat adegan mereka tadi.
"Jadi kalian berdua sudah saling kenal?" tanya Ali pura-pura tidak tahu,padahal dari tempat dia mengintip tadi dia bisa mendengarkan semua percakapan mereka.
"Sudah Li,malah dulu kami pacaran lama waktu di Bandung." jawab Verrel jujur namun mendapat tatapan tajam dari Micky.
"Terus,Kak Verrel tahan sama sifat dia yang ceroboh dan barbar itu?" tanya Ali pada Verrel penasaran mengingat sifat kakaknya yang ceroboh dan barbar itu,sedang dia sendiri saja tidak tahan sama sifat kakaknya.
"Kalau cinta itu harus bisa menerima apa adanya." jawab Verrel.
"Huh cinta!di rayu Priya saja klepek-klepek!" cibir Micky pada Verrel.
"Siapa bilang aku klepek-klepek sama Priya?" elak Verrel tidak terima.
"Waktu itu! Kamu lebih memilih menemui Priya daripada pergi sama aku!" Micky kembali emosi.
"Makanya dengarkan dulu penjelasanku,bahkan sampai sekarangpun aku tak diberi kesempatan untuk menjelaskannya." keluh Verrel sambil mengelus rambut Micky pelan.
"Percuma,semua sudah berakhir Kak." sahut Micky kemudian bangkit dari duduknya hendak meninggalkan Verrel,namun tangannya di tahan oleh Ali.
"Dengarkan dulu,biar ngga salah paham Kak,mungkin hubungan kalian sudah berakhir tapi alangkah baiknya jika tidak liputi kesalahpahaman."
Micky kemudian duduk di sebelah Verrel,sementara Ily dari tadi hanya menyimak obrolan mereka tanpa melepaskan genggaman tangannya di tangan Ali.
Verrel kemudian menjelaskan kenapa dia lebih memilih menemui Priya daripada pergi bersama Micky.
"Jadi waktu itu Priya menelponku,dia bilang kalau mamanya yang baru saja kecelakaan sedang butuh golongan darah O sementara persediaan di rumah sakit dan PMI habis,jadi dia memintaku untuk membantunya,karena dia tahu golongan darahku O. Kamu sih ngga mau dengerin penjelasanku dulu. Tahu aku mau menemui Priya kamu langsung kabur,padahal aku ingin mengajakmu menemuinya ke rumah sakit."
"Makanya,kalau ada orang mau ngomong tuh dengerin,biar ngga salah paham,kak Micky sih cemburunya kelewatan. Udah gitu labil lagi,jomblo kan sekarang." celetuk Ali pada kakaknya yang membuat Micky memerah mukanya karena malu.
Dalam hati Micky menyesal karena telah memutuskan Verrel tanpa mau mendengarkan penjelasannya dulu.
"Will you be my girl Micky Tarita Wijaya?" tiba-tiba Verrel meminta Micky menjadi pacarnya kembali di hadapan Ali dan Ily.
"Terima!terima!terima!" sahut Ali dan Ily serempak.
Micky hanya terdiam mendengar permintaan Verrel,air mata kembali mengalir di pipinya,dan serta merta ia menghambur ke pelukan Verrel.
"Yes,I will." jawabnya sambil mengeratkan pelukannya.
Ali dan Ily tersenyum bahagia melihat mereka berdua,Ali kemudian menarik tangan Ily untuk meninggalkan pasangan yang sedang melepas rindu itu.
**************
Di dalam ruang keluarga sedang berkumpul mama Ily dan juga keluarganya,mereka nampak sedang terlibat dalam pembicaraan yang serius.
"Ma, tender yang Papa menangkan waktu itu pengerjaannya dimajukan,tidak jadi bulan depan berangkatnya,melainkan tiga hari lagi." Papa Ily menjelaskan tentang pekerjaannya pada istrinya.
"Apa?jadi tiga hari lagi Papa berangkat ke Qatar?" mama Ily membelalakkan matanya ke arah suaminya.
"Cepat amat Mas,kasihan mbakyuku to." timpal bulik Putri adik dari mama Ily.
"Ya mau bagaimana lagi,memang tuntutan pekerjaan." jawab papa Ily.
"Papa mau ke Qatar?" tiba-tiba Ily yang baru saja datang bersama Ali menyela pembicaraan.
"Iya,kamu jaga mama ya,awasin kalau mama berbuat macam-macam. Jangan sampai mamamu ikut balapan liar lagi." pesan papa Ily pada putrinya,mengingat kebiasaan istrinya yang susah untuk ditinggalkan padahal sudah punya anak gadis. Widya,istrinya hanya mencebik seraya menatapnya tajam.
"Udah tante ngga usah ngambek,nanti kalau Om Hary ngga ada di rumah, Ali ajak nonton moto GP di sentul bareng sama Ily." hibur Ali pada mama Ily.
"Iya,tahun 2027 nanti baru ada!" cerca mama Ily pada Ali yang membuat Ali terkikik geli,ia hanya ngarang,karena selama ini moto GP tidak pernah diadakan di sirkuit sentul,yang paling dekat dari Indonesia hanya di sirkuit Sepang Malaysia.
Semua yang berada di ruang keluarga tertawa,melupakan sejenak kesedihan mereka karena ditinggal Yangkung.
******
"Li,Ily!" terdengar suara memanggil nama Ily sambil mengetuk pintu kamar yang ditempati Ily,Micky dan juga Uki anak pertama dari bulik Putri.
Ily berjalan menuju pintu sambil mengucek matanya,ia baru saja tidur setelah bangun untuk menunaikan shalat subuh. Perlahan ia membuka pintu kamarnya.
"Ali?ada apa?ini masih pagi,baru juga jam 06.00 pagi." tanya Ily saat melihat Ali sudah berada di depan kamarnya.
"Mama kamu keluar naik motor ninja." sahut Ali yang langsung membuat Ily terkejut.
"Hah?yang benar?naik motor ninja warna apa?hitam atau merah?" tanya Ily lagi pada Ali.
"Hitam kalau ngga salah." jawab Ali mengingat-ingat,karena ia juga baru bangun tidur saat melihat mama Ily keluar menaiki sebuah motor ninja 250cc.
"Ah,mama pasti sekongkol sama Om Koko nih. Motor ninja warna hitam kan motornya Om Koko." gerutu Ily.
"Om Koko?siapa dia?" tanya Ali ingin tahu.
"Om Koko itu temannya Om Budi adiknya mama yang suka gila-gilaan balapan liar sama mama dan teman-temannya. Ah mama selalu gitu kalau galau,pelampiasannya pasti ke balapan,ngga ada yang lain. Bikin orang khawatir aja." keluh Ily kemudian menarik tangan Ali keluar rumah.
"Kita mau kemana?" tanya Ali saat Ily mengajaknya jalan kaki menyusuri jalan raya yang masih sepi,hanya tampak beberapa sepeda motor berlalu lalang,beda dengan suasana Jakarta yang sudah rame mesti masih pagi.
"Kita ke Stadion,pasti mama di sana." jawab Ily sambil terus menarik tangan Ali.
Hanya dalam waktu sepuluh menit mereka sudah sampai di stadion. Ily mendekati seorang ibu penjual makanan yang mangkal di depan stadion kemudian membeli makanan dagangannya.
"Nih cobain." ucap Ily sambil menyerahkan dua kantong plastik berisi makanan.
Ali segera membukanya lantas menggigit salah satu makanan tersebut, warnanya yang kuning serta ada taburan wijen disekelilingnya,di gigit sangat renyah. Setelah itu Ali mencoba satu makanan lagi,warnanya putih dan di gigit berasa gurih dan kenyal.
"Makanan apa ini namanya?mirip cireng kalau di Jakarta." tanya Ali.
Ily tersenyum kemudian mengambil sapu tangan dari dalam saku celananya,lantas di usapnya bibir Ali yang berminyak karena makanan tersebut.
"Yang kuning tadi namanya lanting,nah yang baru saja dimakan dan rasanya gurih dan kenyal itu namanya geblek. Makanan khas orang Magelang."jelas Ily sambil mengusap bibir Ali,sementara Ali tak berkedip memandangi bibir Ily yang sedang bicara.
Minggu pagi itu suasana Stadion begitu ramai,ada yang sedang berlatih bola,dan ada juga yang sedang berlari mengelilingi lapangan. Nampak di kejauhan ada segerombolan anak muda dengan beberapa motor besarnya sedang unjuk kebolehan.
" Li,mungkin mama ada di sana." teriak Ily sambil tangannya menunjuk ke suatu tempat. Ali segera mengikuti kemana arah tangan Ily.
Mereka akhirnya mendekati tempat itu dan benar,ternyata mama Ily sedang berada di sana.
"Mama?mama ngapain di sini." tanya Ily pada mamanya yang sedang duduk di rerumputan sambil memperhatikan anak-anak motor beraksi.
Mama Ily hanya menoleh ke arah putrinya lantas pandangannya kembali ke kegiatan anak-anak muda itu.
"Ck,mama dari dulu ngga berubah,asal berkaitan dengan motor aja bisa ketawa-tawa." keluh Ily saat melihat mamanya tertawa bersama anak-anak motor itu.
"Mungkin memang itu hiburan tante Widya,aku tahu Ly, mamamu sedang mencari pelampiasan sedihnya." timpal Ali menghibur Ily.
"Tapi itu kan bahaya Li,salah-salah itu yang sedang atraksi tiba-tiba nyelonong...." belum selesai Ily bicara tiba-tiba ia terbelalak melihat ke arah mamanya.
"Mamaaaa!!" pekik Ily bersamaan dengan teriakan Ali "Tanteee!!"
Ali dan Ily segera berlarian ke arah kerumunan itu.
*********
Thanks ya buat readers yang masih setia nunggu update ceritaku. Maaf udah bikin kalian lumutan nungguin ceritaku (kepedean amat,emang ada yang masih mau cerita kamu Mom?)hehehe
Semakin lama semakin garing kriuk-kriuk hehehe ,jujur sepertinya aku udah ngga ada feel di cerita ini,tapi tetep aku akan lanjutin sampai ending,tapi harap sabar nunggu updatenya hihihi.
Kalau ada yang pengin ngobrol sama aku boleh message atau nimbrung di mana aja aku ada,kalian bisa lihat di activity ku di profil. Pasti aku ladenin sampe jempol kalian lelah wkwk
Buat yang add aku di facebook maaf ya aku jarang buka facebook, tiga bulan sekali belum tentu hihi. Jadi kalau responnya lama harap maklum.
Oh ya,jangan lupa baca ceritaku yang baru ya judulnya ALIKA
(Apaan sih?judul yang satu aja belum selesai udah sok sokan bikin cerita baru!!)mumpung lagi ada ide jadi langsung di tulis biar ngga menguarrrr wkwkwk
Terimakasih banyak buat kalian semua yang udah baca ceritaku,kalian sangat menghiburku dengan komen komen kalian. Hanya dengan baca komen kalian aku bisa tertawa.
Love you my beloved readers.
Muaah ❤
Widya
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top