Prolog
Agustus 2014
Suara telepon berbunyi pada malam itu. Suasana rumahku yang lumayan sepi karena Eomma dan saudariku telah memasuki kamarnya, membuatku bergegas untuk mengangkat telepon tersebut. Aku harap ini adalah pengumuman kontes puisi yang sudah lama aku tunggu-tunggu. Maksudku, beberapa hari lalu aku mengirimkan selembar puisi ke acara kontes yang diadakan oleh sebuah agensi ternama. Penulis lagu terkenal, Park Jae Won, dipilih sebagai penyeleksinya. Aku mengaguminya sejak dua tahun terakhir. Lagu-lagu yang ia ciptakan selalu aku jadikan inspirasi dalam menulis puisi.
Sejak aku SMA, aku sering menulis puisi. Awalnya aku tidak suka, namun ada alasan mengapa aku sangat menyukainya sekarang. Yaitu seorang laki-laki. Dia cukup populer di sekolah. Dia sunbaenim ku. Tampan dan lucu. Namun, dia juga sangat dingin dan cuek. Kabarnya ia memiliki banyak mantan pacar. Itu membuatku iri. Hingga akhirnya aku hanya bertahan menyukainya sebagai secret admirer.
Ups...teleponnya.
"Yeoboseo?"
"Yeoboseo, apa ini kediaman keluarga Kim Dae Hyuk?"
"Ya...ini Kim So Hyun, putrinya. Ada apa ya?".
Brakk!! Telepon yang kugenggam tak sengaja kujatuhkan karena kabar yang kudengar. Bukan sebuah kebahagiaan, bukan pula pengumuman kontes. Ini jauh lebih mengerikan hingga rasanya aku terlempar masuk ke dalam jurang kegelapan. Aku berteriak.
ANI....ANI....EOMMA....!!
"So Hyun, apa yang terjadi? Kenapa berteriak begitu?"
"E..eeomma....(aku terisak)..oppa.."
Kami pun segera berlari menuju rumah sakit. Tak peduli mau sedingin apapun udara malam itu, mau selebat apapun hujan badai malam itu, kami hanya berpikir satu hal, yaitu oppa ku... kain tipis yang menutupi tubuh kami ini tak mampu menghalangi rasa dingin yang mencacah kulit, namun air mata kami adalah satu-satunya perangkat yang membuat kami tetap hangat dalam kesedihan. Kali ini...oppaku...dia...mengalami kesulitan. Aku harap ia baik-baik saja, Tuhan, tolong kami.
***
"Uisa-nim...bagaimana keadaan anakku...."
"Eomma.." aku mencoba menenangkan eomma.
"Maaf, Bu. Keadaannya sangat kritis saat ini. Luka bakarnya cukup parah. Tubuhnya hampir 90% tertutup luka bakar. Kami akan terus berusaha. Tolong bersabarlah ya," ucap dokter.
Aku tidak tahu bagaimana ini terjadi. Oppa terbakar di tempat kerjanya padahal ia mendapat peluang besar untuk menyelamatkan diri. Oppa ku tidak pernah seceroboh ini. Tidak pernah.
Di tengah-tengah ketegangan ini, seseorang datang berlari padaku. Ia tiba-tiba mendorongku dengan penuh amarah. Dia, saudariku sendiri, tokki. Aku memanggilnya tokki.
"Tokki, apa ini? Kenapa kamu mendorongku?"
"Sudahlah, So Hyun. Jangan pernah memanggilku dengan nama itu lagi. Karena sekarang aku membencimu dan tidak akan pernah mengakuimu sebagai saudara."
"Tokki~a...wae??"
"Apa kau tidak sadar. Oppa seperti ini karenamu. Oppa sudah selamat dari api itu, tapi karena....cincin bodohmu itu dia kembali masuk dan...seperti inilah sekarang..." tokki ku menangis.
Cincin. Cincin apa yang ia maksudkan.
"Oppa..oppaku...membeli cincin itu sebagai hadiah ulang tahunmu. Apa kau tahu? Aku membencimu So Hyun! Selama ini oppa selalu menyayangimu. Tetapi tidak denganku. Aku menyesal ini terjadi padanya. Pergi kau! Jangan pernah dekati oppa!"
Ia mendorongku lagi. Lalu ia menyeretku keluar rumah sakit dan mengusirku. Aku hanya bisa menangis mengetahui fakta bahwa oppa terluka karenaku.
Apa itu cincin yang sama seperti yang pernah aku minta padanya? Aku semakin menyesal dan merasa bersalah. Aku berlari dan terus berlari menjauhi rumah sakit. Eomeoni memanggilku berkali-kali dan ingin mencegahku pergi. Tokki menghalanginya.
Aku larut dalam kesedihan. Mataku rasanya sudah tidak sanggup melihat lagi karena penuh dengan air mata. Aku menangis tanpa pedulikan apapun. Aku hanya berjalan mengikuti langkah kaki. Berjalan dan terus berjalan. Sampai akhirnya...semua ini terjadi.
Mobil datang begitu laju. Dan menghempaskan tubuhku.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top