CHAPTER 5

Tubuh yang tepat, berada di depan mataku. Dan aku yakin, ia akan membukakan pintu.

..........................................

Taehyung datang tergesa-gesa menuju kantor agensinya. Nafasnya seakan-akan tinggal sehisap. Dadanya pun terasa sesak. Ia berlarian di lorong dan langsung melewati tangga karena lift sedang diperbaiki. Matanya menunjukkan bingkai kegelisahan. Nada suaranya resah. Keringat dingin bercucuran mengalir di kerah bajunya. Ia panik.

Tempat yang ia tuju tidak lain adalah ruang manajernya, Kim Namjoon.

"Hyung... apa kau tahu dimana yoongi hyung berada?"

Namjoon yang setengah kaget menatapnya lalu menjawab dengan tenang.

"Tentu saja di studionya. Kenapa kau tanya aku? Kau pasti sudah tahu kan?"

"Hyung...dia nggak ada dimana-mana. Ponselnya juga tidak aktif. Berhari-hari ia tidak pulang. Sudah sejak dua hari lalu. Ketika terakhir kali kita bertemu dengannya. Kau ingat??"

"Jinjjaro??"

"Ye. Eotteokae, hyung?? Eomma pasti sangat panik kalau sampai tahu."

"Tenanglah, Taehyung. Aku akan coba menelpon beberapa orang yang biasa ia temui. Sementara ini, jangan beritahu masalah ini ke siapapun, termasuk eomma mu. Aratsoyo? [Paham?]"

"Ne..hyung."

Sementara Namjoon menelpon teman-teman Yoongi, Taehyung terus menghubungi ponsel Yoongi berharap ia akan mengangkatnya. Namun, semua sia-sia. Baik Namjoon ataupun Taehyung, keduanya masih belum mendapat kabar tentang keberadaan Yoongi.

.......................................

Suara musik bar terus berdentum di telinga. Orang disana-sini hanya bergoyang dan terus menari. Beberapa bahkan terlihat mabuk dan berbuat ngawur serta tidak jelas apa yang mereka bicarakan. Sementara, disisi lain, tepatnya di depan meja penyaji minuman, seorang pria tampak menghabiskan beberapa botol soju. Meski habis banyak, ia tak sedikitpun mabuk. Tetapi, matanya cukup memperlihatkan bahwa ia mulai lelah dan ingin berhenti minum. Apa yang membuatnya terus minum di kala hatinya sudah tak berniat? Hanya ia yang tahu.

Rupanya tak bertahan lama. Beberapa saat kemudian, setelah botol soju terakhir habis, pria itu mulai terlihat mabuk. Ia beberapa kali memegang kepalanya dan berdirinya tidak tegak. Matanya sedikit membuka menyiratkan kedilemaan. Sempat ia ambruk di lantai, namun akhirnya bangkit lagi.

Ketika ia keluar dari bar, dua orang datang dan membopongnya.

"Micheyosseo?! Sudah kubilang..jangan pernah mabuk-mabukan disaat seperti ini. Kita sedang banyak pekerjaan.. kau malah membuang tenagamu sia-sia!"

"Hyung..pulanglah..eomma pasti merindukanmu. Ia khawatir padamu karena kau tampak stress akhir-akhir ini."

"Hahahah....eomma? Siapa yang kau bilang eomma..? Dia eomma mu. Bukan eomma ku!"

"Hyung..."

Benar. Kedua orang itu adalah Namjoon dan Taehyung. Namjoon dapat dengan mudah menebak keberadaan soulmate nya itu ketika teman-temannya mengaku sedang tidak bersamanya. Yoongi memang sering minum, namun ia hanya minum sampai mabuk ketika menghadapi banyak masalah. Namjoon sangat memahami temannya. Maka sebisa mungkin Namjoon menjaga temannya agar ia tak terluka. Namun kali ini ia gagal. Ia bahkan tidak tahu bahwa Yoongi tidak pulang selama dua hari ini dan ia bahkan tidak tahu apabila Yoongi akan mabuk-mabukan. Entah ia melakukannya hanya hari ini atau sejak kemarin. Namjoon mulai cemas. Taehyung pun demikian. Mereka membawa Yoongi ke apartemen Namjoon karena takut eomma Yoongi akan gelisah ketika ia dibawa pulang ke sana.

......................................

Malam ini sungguh dingin. Walau bukan musim gugur atau mendekati musim dingin cuacanya benar-benar membuat bulu kuduk menggigil. Sohyun sedang berada di atap gedung bersama Jin. Mereka menikmati kerlap kerlip lampu kota dan suasana malam yang indah bersama bintang-bintang yang menghiasi langit malam.

"Ohh... yepuda!!" [Ohh... cantiknya]

Kim Sohyun, gadis yang rambutnya sepunggung yang panjang terurai itu sedang mengagumi keindahan malam. Matanya tersenyum memperlihatkan bibirnya yang mungil dan bulat. Ia menarik nafas dalam-dalam. Perlahan kedua tangannya mulai membuka lebar dan ia seakan-akan merasakan hembusan angin menerpa rambutnya yang panjang. Dia terlihat cantik. Sayang sekali tak ada yang mengetahuinya karena ia tak terlihat.

"Sohyun~a... kau sepertinya menikmati malam ini. Jalhaetda! Akhirnya kau tersenyum lagi. Aku senang melihatnya. Gibuni ottae [gimana perasaanmu]?"

"Gibuni johayo..." [perasaanku senang]

"Oohh...geuraeyo? [begitukah]. Apa kau tak mau cerita apapun padaku? Uh?"

"Mwonde?? Story?? Ehm..aku nggak punya cerita apa-apa tuh!"

"Kim Sohyun, kojitmal hajimara! [Jangan bohong] Aku bisa melihatnya dari matamu kalau kamu bohong. Cerita saja... aku kan oppamu.. apa kau sudah tidak percaya padaku??"

"Aniyo... bukan seperti itu. Haruskah aku??"

"Ye... harus."

"Arasseo. Sebenarnya ini mengenai pria yang aku lihat tadi pagi. Aku terus membayangkannya oppa. Huh... ternyata sulit juga ya melupakan wajah seseorang yang terlanjur membekas di pikiran. Tapi aku akui...dia berbeda. Dia menyelesaikan masalah dengan cara yang unik. Aku suka itu.. oh.. dia juga kelihatannya suka pada anak-anak. Kau tau...waktu ada gadis yang kurang ajar pada anak kecil..ia berpura-pura merogoh kantongnya dan mengambil borgol layaknya seorang polisi. Gadis itu lalu lari terbirit-birit. Padahal yang ia keluarkan adalah permen lolli untuk anak-anak itu. Oh..dia sungguh luar biasa. Aku takjub melihatnya! Daebak! Jjang!!"

"Geuraeseo?[lantas] Apa kau ingin bertemu dengannya lagi??"

"Tentu saja oppa! Tentu... dia membuatku merasa hidup. Sungguh. Andai aku bisa menemuinya sebagai wujud makhluk yang bernafas."

Jin menatapnya dengan penuh iba. Sohyun terlalu muda untuk merasakan kematian. Ia yakin. Mungkin saja Sohyun belum pernah merasakan kencan seumur hidupnya. Malangnya, ia malah mencintai seseorang di saat nyawanya tak digenggam lagi.

Tiba-tiba Jin teringat sesuatu. Sesuatu yang mungkin bisa membantu mewujudkan keinginan Sohyun.

................................................

Yoo Jung pulang dalam keadaan marah. Sejak tadi pagi hari-harinya sudah tidak lancar. Sekarang ia harus meremas hati gara-gara ibunya tak memberinya uang.

Ibunya memang sibuk beberapa hari ini. Yoo Jung yakin kalau ibunya sudah bekerja mencari uang. Namun, disaat Yoo Jung meminta uang pada ibunya, ibunya malah menolak mentah-mentah. Karena kesal, Yoo Jung memutuskan untuk menemui Min Rae.

Ding....dong....

Suara bel rumah Min Rae berbunyi. Min Rae segera membukakan pintu.

"Eo...wasseo? Deureowa!" [Eo...sudah datang? Masuklah!"

Yoo Jung masuk dan segera merebahkan dirinya di atas sofa. Ia masih memejamkan mata. Lalu memulai pembicaraan.

"Min Rae~a... apa menurutmu yang harus aku lakukan?? Aku sedang butuh uang. Dan sialnya..eomma nggak mau ngasih. Ehm... kau mau meminjamiku?"

Mata Min Rae membelalak. Mendengar Yoo Jung ingin meminta pinjaman padanya, ia merasa kasihan. Tetapi, ia tak akan membiarkan sahabatnya terus terpuruk seperti ini. Terus meminta uang tanpa harus berusaha. Umurnya sudah 22 tahun. Dia harus lebih dewasa. Sebagai teman dekatnya, Min Rae mencoba memberinya saran demi kebaikannya.

"Ehm...congmal [sungguh]...aku tidak bermaksud menolakmu. Tetapi..kau sudah dewasa Yoo Jung~a. Tidakkah sebaiknya kau mencari pekerjaan saja? Maka dengan begitu kau tidak akan kesulitan mendapat uang."

"Saekkia! Bilang saja nggak mau minjami.. pake basa basi segala! Ya sudah... arasseo. Aku tak akan memaksamu meminjamiku uang lagi. Dan aku nggak akan memintamu lagi!"

Yoo Jung mengangkat tubuhnya dari atas sofa. Ia mengambil tas dan langsung pergi. Min Rae tidak bisa mencegah. Menurutnya, akan lebih baik membiarkan Yoo Jung sendirian untuk saat ini. Dengan begitu, ia akan berpikir dengan jernih mengenai usulannya.

Sebelum keluar pintu, Yoo Jung sempat berbisik dari kejauhan.

"Teman macam apa kau ini?? Aish..jinjja!! Hari ini benar-benar buruk gara-gara bertemu pria itu. Kalau saja aku berhasil meminta uang dari anak-anak tengik itu.. aku nggak akan kayak gini. Aish....tenanglah Yoo Jung. Mari cari jalan keluar!"

..............................................

Jin dan Sohyun pergi ke suatu tempat. Sohyun yang masih terlihat bingung mengunci rapat mulutnya karena melihat wajah oppanya yang begitu serius. Karena sudah tak tahan lagi, Sohyun pun angkat bicara.

"Oppa..kau mau bawa aku kemana?? Kenapa diam seperti ini...??"

"Diamlah Sohyun! Kau akan tahu nanti. Dan mungkin...kau akan senang juga!"

Sohyun semakin penasaran. Ia tak tahu tempat apa yang sedang dilangkahinya. Hanya satu yang mampu melukiskan keadaan tempat itu. TENANG. Sohyun merasakan ketenangan disana.

Langkah mereka pun berhenti. Perlahan Jin melepaskan tangan Sohyun lalu meletakkan kedua tangannya mengelilingi mulut selagi berteriak memanggil-manggil seseorang.

"Chingu~a...uri chingu~a... where are you??? Annyeong... naega Jin. Kau ingat kan.. keluarlah.. teman.."

Lalu datanglah seseorang dari langit. Ia bersayap dan wajahnya terlihat damai serta bersinar. Sesampainya di daratan, ia berjalan mendekati Jin.

"Sesange! [ya ampun] Wae geurae? Kenapa kau selalu memanggilku? Apalagi yang kau inginkan?? Huh?"

"Chingu...jangan marah lah. Kita kan teman. Kau sudah janji akan selalu membantuku. Mana janjimu? Tepati dong!"

Jin mulai merayunya.

"Uh. Keuraeseo....what do you want, chingu~a?? Kau hanya datang ketika ada kemauan."

"Heheh...chingu~a... aku sibuk belakangan ini. Janganlah marah..."

Sohyun menatap oppanya sepintas. Sudah jelas-jelas dia sibuk. Tetapi sibuk makan kimbap. Sohyun menggeleng-gelengkan kepala sambil melipat kedua tangannya di badannya.

Mereka pun melanjutkan pembicaraan.

"Arayo... karena I'm your hope. Jhope... and I'm your angel. Katakan apa maumu!"

"Sebenarnya.. ini bukan kemauanku. Tapi, kemauannya..."

Jin mulai menunjuk Sohyun. Dan Sohyun hanya celingak-celinguk tidak mengerti.

"Ha?? Naenun?? Naega wae?"

"Kim Sohyun. Katakan apa yang kau inginkan tadi. Mengenai pria itu. Cepat katakan padanya!"

"Huh?? Haruskah?? Apa kita bisa mempercayainya?"

"Kau pikir kenapa aku membawamu kesini kalau aku tidak percaya padanya? Cepat lakukan!"

Sohyun menarik napas. Ia membusungkan dadanya dan mengatakan tujuannya. Namun ia memandang ke arah lain karena saking malunya.

"Oppa..."

"Ne??? Kau memanggilku apa barusan?? Jin. Apa kau tidak mengajarinya bagaimana ia harus memanggilku?"

Malaikat itu terlihat sangat cerewet hingga membuat Sohyun memanyunkan bibirnya.

"Sohyun~a... kenapa kau panggil dia oppa??"

"Lalu bagaimana? Aku panggil dia apa?? Kau juga nggak bilang tadi!"

"Aish.. panggil dia jhope-ssi.."

Sohyun kembali melanjutkan.

"Jhope-ssi... apa mungkin aku bisa hidup kembali dalam wujud manusia? Aku ingin menemui seseorang meski itu hanya sekali saja. Bisakah?"

"Mudah sekali kau bicara! Sudah seenaknya memanggilku oppa.. sekarang malah ngajuin permintaan yang tidak-tidak. Maldo andwae [gak mungkin]! Permintaanmu itu nggak mungkin bisa dikabulkan. Ada-ada saja..."

"Chingu... ayolah... pasti ada cara untuk bisa membuatnya menemui orang yang dicintainya di dunia manusia. Apa kau tidak merasa iba melihat nasibnya? Ia bahkan tidak pernah berkencan semasa hidupnya. Parahnya... saat ini... disaat ia sudah mati... ia baru merasakan cinta. Apa kau tidak mau membantunya sekali saja??"

Sohyun menatap Jhope dengan tatapan sedih. Hal yang tak disangka-sangka terjadi. Jhope... si malaikat yang keras hati ternyata mudah diluluhkan dengan cerita sedih.

"(Menangis terisak) wae... wae.. kenapa kau harus....ma..a.ti..(huaaa). Kenapa aku yang..kau mintai tolong...wae??"

"Argh....Jhope-ssi... jebal... tolonglah.. pasti ada cara lain selain harus menghidupkanku kembali.. aku harus melakukan ini. Kalau tidak..mungkin jiwaku tidak akan pernah tenang."

"Arasseo. Aku mengerti. Memang ada jalan lain. Ini cukup sulit. Kau yakin mau melakukannya??"

Tanya Jhope meyakinkan.

"Ne... aku akan melakukannya. Apapun itu."

"Baiklah, Sohyun. Pertama..aku akan katakan bahwa arwah yang sudah mati tidak bisa hidup kembali. Namun, ia bisa masuk ke dalam tubuh seseorang yang masih hidup. Untuk kasusmu... kau harus mencari gadis seumuranmu yang memiliki sifat kebalikanmu. Syaratnya.. kau harus mengubah sifat buruknya dan membuatnya menjadi orang yang lebih baik lagi. Dengan begitu.. kau bisa menetap di dalam tubuhnya untuk beberapa lama sampai ia menyadari perbuatan buruknya. Apa kau bisa?"

"Aku akan mencobanya. Aku yakin. Aku bisa menemui priaku dan hidup dengan tenang dan penuh cinta. Jiwaku pasti akan damai."

Di perjalanan, Sohyun terus mengingat kata-kata malaikat itu. Lalu, pikirannya terlintas pada satu gadis. Ia yakin, gadis itulah orangnya.

Tubuh yang tepat, berada di depan mataku. Dan ia pasti akan membukakan pintu.

Pikir Sohyun dalam hati.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top