CHAPTER 36

Seminggu terasa berlalu begitu singkat. Selama waktu tujuh hari ini, semua berjalan dengan baik dan aman. Kim Yoojung yang tadinya masih berlilitkan infuse, sekarang sudah bisa bebas dari jeratan selang itu dan tengah diantar pulang ke rumahnya oleh Kim Taehyung.

Kim Taehyung, wajah pria polos itu entah mengapa sedari tadi terlihat murung. Tak ada senyuman imut di wajahnya. Padahal ia sudah memiliki Kim Yoojung, cinta yang baru saja ia kejar dan dapatkan. Taehyung merasa seperti ada yang hilang dalam jiwanya. Suatu perasaan yang sama ketika ia mengetahui Kim Yoojung dalam keadaan di ambang kematian. Apa sebenarnya yang baru saja ia pikirkan? Apa permasalahan lain yang membuatnya tak tenang? Yoojung sudah sembuh, tapi kenapa ia masih merasa kehilangan sesuatu?

Sesampainya di rumah Yoojung, sang ibu sudah menyambut kepulangannya dengan berbagai makanan. Taehyung dipersilakan duduk di meja makan untuk ikut makan siang. Sedangkan Yoojung, ia menuju kamarnya untuk membersihkan badan.
Ketika mengedarkan pandangan, mata Taehyung menangkap wajah yang pernah dilihatnya dulu. Ada sebuah foto yang di gantungkan di dinding sekitar ruang makan kecil ini. Foto yang terdiri dari empat orang, dua diantaranya adalah bibi Ae Young dan Yoojung. Yang satu lagi adalah gadis yang baru aja ia kenali seminggu lalu, Kim Sohyun, anak Ae Young yang menghilang selama tiga tahun. Dan yang satu lagi…….

“Ahjumma? Siapakah pria di foto itu?” Tanya Taehyung seketika setelah Ae Young kembali dari dapur dengan membawa minuman.

“Eoh.. ini?” Ae Young mengambil foto tersebut.

“Pria ini adalah anak bibi. Anak pertama bibi. Dia tampan bukan??”

Anak ahjumma?

“jadi ini wajah oppanya Kim Yoojung?”

“Iya. Oppanya Kim Sohyun juga.”

Tunggu! Kim Sohyun… dan pria ini… bukankah aku seharusnya menyerahkan cincin itu pada seseorang bernama Sohyun?!

Taehyung sedikit terkejut.

…………………………

“Yoongi-ah… kemana pacarmu? Ajaklah makan siang disini. Dia pasti merasa lapar, sedari tadi eomma tak melihatnya.”

“Ne..eomma. sebentar lagi dia pasti akan turun ke bawah. Dia hanya sedang banyak pikiran saja.”

“Ah..pasti karena kejadian di rumah sakit seminggu yang lalu. Eomma minta, jagalah dia baik-baik. Hiburlah dia.. dia pasti merasa kesepian.”

Yoongi bisa merasakan bagaimana menjadi seorang Kim Sohyun yang selalu merasa bersalah atas kejadian tak disangka-sangka yang menimpa oppanya. Yoongi juga mengalami hal yang sama, perasaan bersalah. Ketidaksengajaan yang melibatkannya dalam kecelakaan itu. Ia harus menanggung sendirian rasa bersalahnya. Sungguh menyedihkan. Kenapa nasib kedua orang itu bisa sama peris.

“Oh.. Sohyunie… kemarilah. Mari makan bersama.”

Seruan Ji Won membuat Yoongi buyar akan lamunannya. Seakan tahu kode-kode yang diberikan eommanya, Yoongi pun berdiri dan memundurkan kursi di meja makan untuk pacar bohongannya itu.

Wajah Sohyun masih sama. Datar. Tak ada senyuman disana. Yoongi menyadari itu, dia terlihat tidak nyaman.

“Sebenarnya… eomma sudah memikirkan sesuatu untuk kelanjutan hubungan kalian.”

Perkataan eomma Yoongi langsung saja membuat pasangan di hadapannya tercekat. Lalu mereka pun saling memandang singkat dan mengalihkan fokus kembali ke eomma Yoongi.

“Eomma mengerti, mungkin keadaan ini tidak nyaman bagi Sohyun. Tapi, ini bisa jadi keputusan yang terbaik buat Sohyun dan kau Yoongi.”

“Eomma.. langsung saja ke intinya.” Kata Yoongi tidak sabar.

“Eomma.. eomma mau..kalian segera menikah.”

“MWO?!” Jawab keduanya bersamaan.

“Sohyun butuh seseorang yang selalu ada untuknya, menemaninya, dan membelanya dalam setiap masalah yang dihadapinya. Dan Kau Yoongi, bukankah kau mau terbebas dari Im Nayeon? Apa kau tahu kalau kemarin Nayeon datang bersama appa dan eommanya untuk melamarmu?”

“mwo? Apa eomma serius. Dia datang kesini?”

“Iya. Waktu itu kalian ada di kamar masing-masing. Eomma tahu Yoongi, kau tidak mencintai Nayeon. Dan kau hanya mencintai Sohyun. Jadi mama berbohong kalau kau dan Sohyun sedang pergi bersama keluar. Eomma sudah beritahu mereka, bahwa kau sudah mendapat pasangan hidupmu sendiri. Tapi mereka tak percaya.”

“Jadi… Eomma rasa ini saat yang tepat untuk kalian segera dipersatukan dalam ikatan pernikahan.”

Apa dengan ini aku bisa melupakan sunbae? Apa dengan pernikahan ini, Yoongi dan aku bisa sama-sama menghapus masa lalu itu? – Sohyun

Haruskah aku menikahi gadis yang sudah aku lukai? Aku juga ingin menebus semua kesalahanku dengan membuatnya selalu bahagia. Apa dengan menikahinya, aku bisa melupakan Park Hana? – Yoongi

“Bagaiamana? Apa kalian setuju dengan keputusan eomma?”

“Baik ahjumma. Aku setuju.”

Jawaban Sohyun membuat Yoongi tak percaya. Sohyun menyetujui begitu saja keputusan ibunya. Bagus. Baguslah kalau begitu. Mungkin memang sudah jalannya Yoongi dipertemukan dengan gadis sebaik Sohyun untuk menghapus Hana dari lubuk hatinya.

Mungkin ini salah satu takdir baik yang akhirnya diterima Yoongi sebagai pemusnah semua rasa bersalahnya. Dengan menikahi Sohyun, maka Yoongi akan membuatnya bahagia dan melindunginya dari hasrat Jeon Jungkook yang menggila.

“Baik eomma. Aku juga setuju.”

………………………………

Taehyung terlihat sedang mengobrak-abrik laci yang ada di kamarnya. Di apartemen. Ia mencari benda kotak kecil berwarna putih transparan terbuat dari kaca.

“Ini dia!”

Setelah ketemu, ia bergegas keluar apatemen. Dengan ditemani sang manajer, Taehyung bergerak menuju ke suatu tempat untuk bertemu dengan seseorang.

Tak membutuhkan waktu lama, mereka pun sudah sampai.  Di sebuah rumah yang tak lain dan tak bukan adalah rumah eomma Taehyung dan Yoongi.

Kemana semua orang? Sepi sekali.”

Taehyung mengeluh ketika ia tak mendapati seorang pun ada di dalam rumah. Lalu, matanya tertuju pada sekelebat bayangan orang yang terlihat di sekitar halaman belakang.
Taehyung pun menghampirinya.

“Kim Sohyun….”

Sohyun langsung menoleh ketika namanya dipanggil.

“S-sunbae?”

“Sunbae? Kenapa kau memanggilku sunbae? Apa kita pernah bertemu sebelumnya? Sebelum aku melihat wajahmu di rumah sakit?”

Bodohnya Sohyun. Dia keceplosan barusan. Ia sebenarnya sangat malas jika harus mengungkit kembali kisah memilukannya itu.

Ani..ani.. aku hanya asal bicara saja.”

“Yak! Apa pria ini beneran oppamu?”

Taehyung menunjukkan sebuah foto dari galeri ponselnya. Foto itu adalah foto keluarga yang sempat ditunjukkan bibi Ae Young kepadanya saat ikut makan siang setelah mengantar Yoojung pulang dari rumah sakit.

“Oppa?... itu memang oppaku..” Wajah Sohyun kembali terlihat murung.

“Hei.. maafkan aku. Aku tak bermaksud.. tapi aku kesini terkait permintaan oppamu.”

“Mwo? Apa yang kau bicarakan? Kau kenal oppaku?”

Mendadak Sohyun teringat mimpi itu. Sebuah mimpi yang mengerikan. Dimana pada mimpi itu, Kim Seokjin, oppanya, mengatakan bahwa Taehyung adalah kunci hubungannya bersama sang oppa. Jin juga mengatakan bahwa Sohyun harus mengambil sesuatu yang ia titipkan pada Taehyung. Semua semakin jelas. Mimpi itu memang berbicara tentang kenyataan dan sebuah petunjuk.

“Apa oppa menitipkan sesuatu kepadamu, Taehyung-ssi?”

“Ne. Tiga tahun lalu, aku menghadiri acara ulang tahun temanku yang diadakan di sebuah restoran. Acara berlangsung sangat meriah. Makanan yang disajikan juga sangat enak. Namun, tak lama kemudian, semua kesenangan itu berakhir ricuh saat kami mendengar suara ledakan dari arah dapur. Kami semua dilanda kepanikan. Sepertinya ada seorang chef yang lalai terhadap tabung gas sehingga terjadilah ledakan besar dan kebakaran hebat. Kami semua berhamburan keluar. Disaat aku hampir menggapai pintu keluar, seseorang menahan kakiku. Seseorang berpakaian juru masak itu menahan kakiku dan meminta tolong padaku. Aku tak tega, dari luar, Namjoon hyung alias manajerku sudah meneriakiku agar aku segera angkat kaki dari sana. Tapi aku tidak keluar. Mataku masih tertuju pada seorang laki-laki yang merintih kesakitan di bawahku,”

Flashback on

“Tuan… tolong aku.. jebal..”

“Taehyung-ah… cepat keluar!! Apinya membesar.. sebentar lagi pasti terjadi ledakan lagi! Cepat keluar!!!”

Namjoon hyung sudah berteriak-teriak dari luar sana. Tapi aku tak bisa pergi. Pria ini memerlukan pertolonganku.

“Tuan.. mari, aku akan membawamu keluar. Kita harus segera pergi dari sini.”

“Tidak Tuan! Aku sudah tidak kuat.. kakiku tertimpa reruntuhan yang terbakar, nafasku sesak. Aku tidak kuat..”

“aku akan menggendongmu Tuan. Mari cepat..”

Aku mengulurkan tanganku pada pria itu, namun dia malah memberiku sebuah kotak kecil transparan.

“Pergilah Tuan. Tinggalkan aku.. tapi, aku punya satu permintaan padamu. Tolong kau berikan ini..pada..adikku…yang bernama..Sohyun. ia selalu kemari setiap Selasa… selalu…besok adalah hari ulang tahunnya.. ia…ia sangat menyukai cincin ini. Tolong..berikan padanya…jika aku sudah tiada..jeb—al….”

Pria itu tak sadarkan diri. Aku semakin bingung. Aku bingung bagaimana harus bertindak. Lalu, tiba-tiba saja sebuah tangan kekar menarikku keluar. Satu hal yang aku sesali. Aku tak berhasil menolong pria itu. Aku menyesal dan menangis seketika. Namjoon Hyung yang kini berada di sebelahku, memelukku dan menenangkan diriku.
Butiran air mata ini terjatuh tepat pada kotak kecil yang aku bawa. Mulai hari itu, aku berjanji. Aku akan mengabulkan permintan terakhir pria itu dengan menyerahkan cincin ini kepada adiknya yang bernama Sohyun.

Dan kini, tugasku sudah selesai. Kim Sohyun…. Cincin ini adalah milikmu.

Fashback off

Sohyun tak kuasa menahan tangisnya. Tangisnya langsung pecah sesaat setelah Taehyung mengeluarkan kotak itu dari dalam sakunya dan menyerahkannya pada Kim Sohyun. Kim Sohyun membuka kotak itu, dan memandangi cincinnya lekat-lekat.

Cincin perak itu, masih sama seperti cincin yang dilihatnya tiga tahun lalu. Motifnya yang sederhana namun cantik dan terkesan mewah serta mahal.

Untuk apa Oppanya menghadiahi cincin mahal itu untuknya? Bahkan, sebesar apapun Sohyun menginginkannya, kehilangan Kim Seokjin tetaplah satu hal yang jauh lebih menakutkan dari pada tak mendapatkan cincin itu. Kim Seokjin adalah hadiah terbesar baginya setelah ia kehilangan appanya. Seokjin adalah hidup dan matinya, segalanya baginya. Cincin itu sama sekali tak berarti apapun dibandingkan dengan Seokjin.
Namun, kini keadaan sudah berbeda. Kim Seokjin telah tiada dan ia hanya memberikan peninggalan cincin itu.

Sekarang, bagaimana mungkin Sohyun bisa membenci cincin yang ada di genggamannya? Cincin itu adalah hasil jerih payah oppanya. Kado ulang tahun terindah yang oppanya beri padanya. Cincin yang tadinya bukan apa-apa, sekarang menjadi sangat berharga karena orang yang memberikannya kini telah tiada demi cincin itu. Itulah mengapa, Seokjin mengatakan bahwa dengan cincin itu, Sohyun akan selalu merasa Jin ada bersamanya. Sohyun bisa merasakan kehadirannya.

Akhirnya.. di dekaplah cincin itu erat-erat di hati Kim Sohyun. Ia bersumpah, akan menjaga baik-baik kado terakhir oppanya itu.

………………………….

“Kamsahamnida, Taehyung-ssi.. terima kasih telah mengabulkan permintaan oppaku dengan baik.”

“Eoh.. ne. Cheonma.”

Taehyung masih berada di halaman belakang rumah eommanya. Ia tak tega meninggalkan seorang gadis yang tengah menagis. Namun dilihatnya, gadis itu sekarang sudah merasa baikan.

“Taehyung-ssi…bisakah aku menanyakan hal ini padamu?”

“Tanyakan  saja..”

“Taehyung-ssi, apa kau sangat mencintai asisten pribadimu? Apa kau sangat mencintainya?”

“Tentu saja. Aku sangat-sangat-sangat mencintainya. Dia gadis yang berbeda. Aku menyukai setiap inci dari dirinya. Aku juga menyukai sifatnya yang cerewet dan suka mengomeliku. Dia juga sangat memperhatikanku.”

“benarkah? Bagaimana jika ternyata kau menyatakan cintamu pada orang yang salah?”

“Apa maksudmu?”

“Tidak. tidak apa-apa.. aku hanya ingin tau saja pendapat pribadimu.”

Sohyun menyesali dirinya sendiri. Buat apa dia harus menanyakan pertanyaan itu?  Apa pedulinya kalau Taehyung memuji dirinya yang bahkan tak bisa lagi bersama dengan taehyung. Sohyun hanya penasaran, bagaimana Taehyung bisa menyukai dirinya yang waktu itu masih menjadi Yoojung. Kalau pun sekarang dia menanyakan alasan Kim Taehyung menyukainya, itu hanyalah hal yang sia-sia.

“Yak! Apa yang kalian lakukan??” suara teriakan itu tiba-tiba muncul dari arah belakang Taehyung dan Sohyun.

Itu adalah suara Min Yoongi.

“Apa yang kalian lakukan berduaan disini? Eoh? Sohyun-ah??

Tanya Yoongi pada Sohyun.

“Jangan marah Yoongi-ah… dia hanya mengantarkan sesuatu penting, titipaan dari eommaku.”

Sohyun berbohong. Taehyung pun hanya mengikuti alur yang dibuat oleh Sohyun.

Merasa keadaan semakin memanas, akhirnya Taehyung pergi meninggalkan tempatnya. Ia melanjutkan aktivitas kesehariannya sebagai seorang penyanyi solo ditemani Yoojung yang masih berstatus asisten pribadinya.

……………………………

“Sohyun-ah… eommaku dan eomma mu sudah menyetujui pernikahan kita. Mereka juga sudah menetapkan tanggalnya. Apa kau tahu itu?

“Benarkah?”

“Iya. Dan… aku ingin bertanya sesuatu padamu, apa kau benar-benar mau menikah denganku? Kita baru bertemu, dan mungkin tidak saling mencintai.. kenapa kau menyetujuinya?”

“Tak ada lagi alasan bagiku. Satu-satunya cara agar aku terbebas dari lukaku adalah dengan menikahimu, bukankah kamu juga tersiksa dengan perasaan cinta pada Park Hana? Bukankah itu alasan kamu menyetujui pernikahan ini? “

“Ya. Kau benar. Apa kau tidak sakit hati mengetahui alasanku?”

“Tidak. karena aku juga terluka, sama sepertimu. Aku menyukai dia sejak sma, tetapi dia telah mencintai orang yang salah. Dan aku tak ingin membatasi kebahagiaan orang yang dia cintai itu dengan mengambil setiap kebahagiaannya.”

“Apa yang kau bicarakan?”

“Tidak ada. Itu tak penting. Yang jelas aku pun setuju pernikahan ini.”

“Baiklah.. mari kita berangkat!”

“Kemana?”

“Fitting baju pengantin!”

……………………………

“Yoojung-ah… kenapa kau memberiku baju seperti ini? Celananya terlihat ketat. Aku tidak suka. Tidak biasanya kau menyuguhiku style seperti ini.”

“Taehyung-ah… kau ini bagaimana sih?! Justru, celana seperti ini memberikan kesan seksi pada dirimu. Ditambah dengan atasan kemeja yang kancing atasnya terbuka. Wow!”

Taehyung menggeleng-gelengkan kepala. Matanya memberi kode pada Namjoon seakan meminta  Namjoon menghentikan ode gila Yoojung.

Ah hyung… bantu akuuuu…

Teriak Taehyung dari dalam hati.

Namun apalah daya, Namjoon tak berhasil menghentikan Yoojung. Alhasil, penampilan V alias Taehyung di atas panggung Music Bank itu mencuri perhatian penonton dan juga para netter.

“Tidak biasa V berpenampilan seperti ini.”

“Ada apa dengan celananya? Apa dia salah kostum?”

“V memang terlihat seksi, tapi itu sama sekali bukan imagenya. Aku ingin V yang seperti kemarin.”

“ Dia terlihat tidak nyaman. Kenapa V memakai pakaian seperti itu?”

Taehyung mendesah sembari tangannya mengusap-usap ponsel dan melihat beberapa komentar itu pada sebuah artikel. Semua orang berkomentar negative tentang penampilannya hari ini.

“Ada apa denganmu Yoojung?”

…………………………….

Sohyun dan Yoongi sedang berada di sebuah butik. Beberapa gaun pengantin berjajar indah dan terlihat mewah. Semua gaun yang berkelap-kelip membuat mata Sohyun perih. Ia sangat tidak suka style yang berlebihan. Matanya kini tertuju pada sebuah gaun yang jauh lebih sederhana. Sebuah gaun berlengan pendek dengan bagian atas putih polos, dan bagian bawahnya terdapat renda yang diselingi manik-manik kecil berwarna mengkilat dan letaknya tersebar.

“Cantik.” Kata Sohyun

“Kau menyukai yang itu?” Tanya Yoongi

“Iya. Gaun itu terlihat cantik dan sederhana.”

“Pilihanmu bagus sekali. Cewek-cewek yang matre pasti milih yang banyak hiasannya. Ribet.”

“Kau bisa saja.”

Lalu, seorang pelayan mengambilkan gaun itu dan meminta Sohyun untuk mencobanya. Tiba-tiba, Yoongi mendapat telepon penting. Namjoon memintanya datang ke kantor agency karena ada klien kerja mereka yang hendak mendiskusikan pembuatan MV untuk lagu Taehyung yang masuk dalam album barunya.

“Sebaiknya aku menunggu Sohyun selesai fitting.” Guman Yoongi

Sohyun pun keluar dari sebuah bilik dengan mengenakan gaun pengantin sederhana itu. Yoongi menatap kagum. Sohyun terlihat sangat manis dan elegan. Yoongi benar-benar terjerat dengan penampilan Kim Sohyun.

“Bagaimana Yoongi-ssi? Apa ini cocok untukku?”

Ehemmm… Yoongi berdeham.

“Ne.. k-kau sangat cocok dengan gaun itu..”

Sohyun tersenyum walaupun sebenarnya itu hanya fake smilenya.

“Sohyun-ah.. aku ada telepon mendadak dari Namjoon. Aku harus ke kantor agency sekarang karena ada urusan penting. Apa kau tidak apa-apa jika pulang sendirian?”

“Baiklah. Aku mengerti. Kau bisa pergi sekarang.”

“Gomawo..Sohyun-ah. Momjoshimhaeyo..”

Pria itu pun sudah tak tampak lagi dari hadapan Sohyun. Sekarang Sohyun hanya sendirian.

Baju pengantin sudah disewa. Sohyun memutuskan untuk segera pulang ke rumah Nyonya Ji. Di perjalanan, ia melihat sebuah taksi melintas. Sohyun pun menghentikannya.

“Taksi Ahjussi!”

Sohyun pun memasuki taksi tersebut dan meminta untuk diantarkan sampai tujuannya.
Sohyun merasa aneh, karena sopir taksi itu tidak membawanya melintasi jalan yang tadi dilewati olehnya dan Yoongi. Sopir ini membawanya menuju arah yang berbeda. Semakin lama, Sohyun semakin yakin bahwa ia telah sengaja dibawa oleh sopir itu ke suatu tempat.

“Ahjussi!! Tolong berhenti atau saya akan teriak!”

“Ahjussi!!”

Sopir itu tidak menjawab.

“Ahjussi! Jika ahjussi tidak berhenti, maka saya akan menelpon polisi!”

“Silakan saja, Kim Sohyun! Telepon saja kalau bisa. Lagipula...Disini tidak ada sinyal!”

Dari spion yang terletak di atas setir, Sohyun bisa melihat lirikan mata menakutkan itu. Mata itu, Sohyun sepertinya pernah melihatnya. Mata bulat dan tajam itu,, bukankah itu mata milik…..

“JEON JUNGKOOK?!”

Splash..

Sebuah cairan tersemprot ke arahnya. Pandangannya memburam dan sekarang menjadi gelap!


































To be Continued.....

Sohyunnnnnnn....

Yah.. akhirnya. Dikit lagi.. cerita berakhir☺

Jangan baper ya.. karena chapter2 terakhir flashback muluu😂 masa lalu itu emang mengenang guys.. sulit dilupakan😅

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top