Chapter 6
Masih Flashback
.
.
.
.
"Tolong jaga adikku.."
Kata-kata ini sukses membuat (Y/n) terlonjak laget. Hal apa yang menyebabkan tiba-tiba saja kakak dari Boboiboy Halilintar mengatakan hal seperti ini?
Ah.. sepertinya tuhan ingin bermain-main dengan gadis itu, terlalu banyak kejutan yang muncul hari ini
"Ano.." (Y/n) tersenyum canggung
"Saya tidak mengerti apa maksud Supra-sensei sebenarnya" (Y/n) kini merasa salah tingkah
"Apa yang terjadi pada Hali-kun?"
Supra menghela nafas panjang, ia menatap mata whitish black (Y/n)
"Sudah kuduga.."
(Y/n) hanya mengernyit heran, menunggu kata-kata selanjutnya dari Supra
"Halilintar tidak pernah bercerita tentang kehidupan pribadinya pada siapapun"
(Y/n) hanya diam, mata whitish blacknya menatap mata merah Supra dengan hingga ia merasa hampir tenggelam di dalamnya
"Aku tidak tahu apakah aku harus memberitahumu atau tidak" Supra berbalik menghindari tatapan (Y/n). Supra membuka jendela yang ada disampingnya. Angin berhembus memainkan rambut hitamnya
"Tapi feelingku berkata hanya kaulah yang dapat menolong adikku Kurosawa-san"
Marga kalian katsu ganti yaa, biar lebih gampang ngetiknya hehe
Oke, lanjut ke cerita
"Bagaimana saya bisa membantu Hali-kun jika saya tidak tahu apa yang terjadi padanya Supra-sensei?" (Y/n) merasa heran dengan kata-kata Supra yang seperti teka-teki baginya
"Sebenarnya saat ini, Halilintar sedang mengalami depresi"
DEG
Mata whitish black (Y/n) melebar
"Keluarga kami sedang mengalami masalah.. ibuku sakit, dan berbagai tekanan muncul, memaksa keluarga kami untuk menjual aset perusahaan kami" Supra memejamkan matanya
"Aku terpaksa keluar dari rumah karena aku tidak tahan melihat pertengkaran orang tuaku setiap hari"
"Lain halnya dengan Halilintar, ia masih terlalu kecil untuk hidup sendiri.. ia terjebak di rumah menyeramkan itu selama bertahun-tahun" Supra kembali menghela nafas panjang, kemudian melanjutkan perkataannya
"Aku meninggalkan Halilintar sendirian saat ia masih berumur 7 tahun.. saat itu aku tahu ia membenciku, menganggapku sebagai pengkhianat yang tega meninggalkannya sendirian"
"Memang Halilintar memiliki 2 saudara kembar, tapi saat itu Gempa dan Taufan dipaksa tinggal bersama paman dan bibi. Sebenarnya Halilintar juga begitu, hanya saja dia menolak ajakan untuk tinggal bersama mereka"
(Y/n) berjalan mendekati Supra, memegang bahunya, berusaha menenangkan
"Supra-sensei.. setiap orang pasti punya kesalahan, aku yakin saat ini Hali-kun pasti memaafkanmu" (Y/n) berusaha menghibur lelaki tampan yang ada di hadapannya
"Hm..." Supra tersenyum lembut
"Aku serahkan adikku padamu" Supra beranjak pergi meninggalkan (Y/n)
"Aku akan berusaha semampuku Supra-sensei"
...
...
...
|I{•------» - «------•}I|
...
...
...
Halilintar pov
PRAANG
Sebuah gelas melesat dengan kecepatan penuh, membentur ujung meja hingga pecah berkeping-keping
"Dasar wanita tidak tahu diri!!" Sesosok pria berumur sekitar 30 tahunan berteriak memaki wanita yang sedang menangis meringkuk di hadapannya
"Aku ingin bercerai denganmu! Aku sudah muak padamu Amato!!" jerit wanita itu histeris
Cih..
Lagi-lagi mereka bertengkar
Kedua orang tuaku berteriak seperti orang gila, ayahku bahkan melempar gelas ke arah ibuku. Untung saja gelas itu meleset dan pecah karena berbenturan dengan ujung meja makan
Sedikit berterima kasih pada rumahku yang megah ini, tiap ruangan yang didesain kedap suara mencegah keributan ini terdengar keluar rumah sehingga mereka masih bisa berpura-pura seolah keluarga Boboiboy adalah keluarga paling bahagia di dunia
Ya, hal itu dilakukan untuk menyelamatkan bisnis ayahku
Apa jadinya jika rekan bisnis ayahku mengetahui kebobrokan keluargaku?
Ya, mungkin itulah pikiran mereka sehingga mereka bisa terus berpura-pura mesra di hadapan umum
Tapi..
Aku sudah muak melihat mereka seperti itu..
Aku hanya ingin keluarga yang bahagia..
Itu saja..
Aku sudah muak melihat pertunjukkan drama tragedi seperti ini..
Terkadang aku berpikir, seandainya aku bisa pergi jauh dari keluarga ini..
Ya, seperti yang dilakukan kakak laki-lakiku..
Cih pengecut!
Dia hanya memikirkan dirinya sendiri
Melarikan diri dari keluarga bejat ini untuk menggapai cita-citanya. Ia bahkan telah melupakanku
Brengsek..
Pada akhirnya semua orang yang kupercaya akan meninggalkanku..
Shit!
Apakah tak ada seorangpun yang dapat kupercayai?
Aku bangkit dari sofa yang tadi kutempati, tempat dimana aku menyaksikan drama tragedi yang baru saja terjadi. Aku sudah tidak peduli lagi pada apa yang terjadi pada mereka
Aku memahami bagaimana perasaan ibu saat ia melihat ayahku bermesraan dengan wanita lain.. wajar saja bila ibuku meminta cerai kan? Ku akui ayahku memang lelaki busuk yang senang mempermainkan hati ibuku
Seandainya aku bisa..
Aku sudah membunuhnya sejak dulu..
Sial..
Ternyata aku masih memiliki akal sehat untuk tidak melakukan hal itu..
Aku mengambil tas sekolahku kemudian beranjak pergi meninggalkan rumah bejat ini
Dan aku tidak mengetahui kalau hari ini aku akan menghadapi kenyataan pahit yang lainnya
|I{•------» - «------•}I|
Hari ini adalah hari pertama musim dingin. Butiran salju lembut berjatuhan dari langit membuat semua yang kulihat berubah warna menjadi putih
Gerbang sekolah mulai terlihat di pandanganku. Hari ini tidak biasanya aku datang terlambat, mungkin karena terlalu sibuk "menonton" drama yang tadi pagi disuguhkan orang tuaku
SREGG
aku menggeser pintu kelas yang ada di hadapanku
"Aku terlambat" Aku hanya bergumam pelan pada sensei yang memandangiku dengan tatapan bingung
"Ya, silahkan duduk Boboiboy"
Aku berjalan mendekati tempat duduk yang berdekatan dengan teman-teman akrabku. Namun ada yang aneh dengan mereka
Mereka mengalihkan pandangannya dariku, bahkan memalingkan wajahnya kearah lain. Aku mengambil tempat duduk yang ada di sebelah Varo, si bocah yang selalu ribut itu hari ini terlihat sangat pendiam
"Menjauh dariku" aku mendengar si Varo bergumam
Apa katanya? Apa maksudnya bicara seperti itu?
"Apa kau bilang?" aku mengernyitkan wajahku, sedikit heran pada apa yang dibicarakannya
"Jangan berlagak bodoh Boboiboy!" kali ini Varo menggretakkan giginya, beberapa siswa yang penasaran mengalihkan pandangan menatap kami
"Ayahmu memecat ayahku tanpa alasan!" akhirnya Varo mengeluarkan kata-kata yang membuat Halilintar tertohok
"Apa? Kenapa?" Halilintar kini terlihat bingung
"Cih, jangan mentang-mentang kau anak orang kaya kau menjadi berhak untuk menindas kami" ucap Kenzo tiba-tiba
Aku hanya bisa terdiam...
Tidak mengerti apa yang mereka katakan...
Untuk apa ayahku memecat orang tua mereka tanpa alasan yang jelas?
"Kau tahu Boboiboy.." kali ini Varo angkat bicara
"Ayahmu melakukan penggelapan aset perusahaan secara besar-besaran kemudian melimpakan kesalahannya pada ayah kami, sehingga ayah kami dipecat tanpa alasan yang jelas"
Kali ini hati Boboiboy Halilintar bagaikan tersambar petir
Pantas saja akhir-akhir ini ia selalu merasa aneh pada sang ayah
Semakin hari ayahnya semakin tenggelam dalam perjudian, seringkali ayahnya membawa wanitan lain ke rumahnya, dan ia sering terlihat mabuk-mabukan di bar
Ternyata uang yang digunakannya untuk melakukan hal bejat itu adalah uang hasil penggelapan
"Dan pada akhirnya..." Kenzo melanjutkan
"Ayahku dan Varo terancam hukuman penjara atas tuduhan penggelapan" giginya bergemelutuk menahan emosi
Kurang ajar!
Untuk pertama kalinya aku benar-benar muak menjadi anggota keluarga Boboiboy
"Ayahmu menyuap hakim yang bertugas saat pengadilan itu, sehingga Boboiboy Amato, ayahmu yang terhormat itu bebas dari segala tuduhan.." Varo menekankan kata-katanya
Apa?
Semudah itukah kebenaran dibeli oleh uang?
"Apa kau puas membuat keluarga kami menderita Halilintar?"
"Tidak... aku sama sekali tidak tahu akan hal itu" aku berusaha membela diri
"Hahh~ seandainya kau tahu Boboiboy.." Varo menghentikan ucapannya sesaat sebelum akhirnya melanjutkan kembali
"Semua orang yang kau anggap temanmu hanya mendekatimu untuk alasan tertentu"
"Ya benar.. kami hanya berpura-pura menjadi temanmu karena ingin mendapatkan uangmu Boboiboy"
Brengsek..
"Ketahuilah, setelah kejadian ini tak ada lagi yang akan berpihak padamu"
ARGH!!
Seharusnya aku tahu dari awal...
Tidak ada orang yang tulus ingin menjadi temanku...
Tidak ada...
Termasuk dia...
...
...
...
|I{•------» - «------•}I|
...
...
...
Sepasang mata coklat terbuka perlahan. Menangkap bayangan cat putih khas rumah sakit
"Obaa-san sudah sadar?" mata itu akhirnya menangkap bayangan gadis bersurai hitam, mata whitish blacknya terlihat khawatir
"(Y/n)..." Yumena tersenyum lemah, memandang lembut ke arah (Y/n)
"Sudahlah..." ia mengelus puncak kepala (Y/n)
"Jangan menangis..."
(Y/n) bangkit, melepaskan pelukannya kemudian menghapus sisa-sisa air mata di wajah putihnya
"Hanya obaa-san yang kumiliki di dunia ini... aku... aku tidak tahu harus bagaimana jika aku baa-san"
Yumena hanya tersenyum lemah. Ia mengelus puncak kepala (Y/n) kemudian berbisik "Sudah saatnya kau mengetahui semuanya.."
Mata whitish black (Y/n) melebar..
"Me-mengetahui apa?" tanyanya dengan suara sedikit bergetar
Segera saja Yumena meraih tangan (Y/n) perlahan, menyerahkan sebuah kunci kecil padanya "Ini kunci untuk membuka lemari besi yang ada di kamar obaa-san"
Yumena mengadah menatap iris mata (Y/n) "Kau akan mengetahui segalanya"
(Y/n) hanya terdiam..
"Mungkin sudah saatnya aku pergi" Yumena tersenyum lembut, ia merasakan detak jantungnya mulai berdetak hebat tak normal seperti biasanya
"UHUK UHUK" Yumena terbatuk, darah mengalir dari mulutnya
"Oba-asan! Yumena obaa-san! Bertahanlah!" (Y/n) terlihat panik
Ia menekan bel pemanggil dokter berkali-kali "Dokter! Dokter! Kumohon tolong nenekku!" (Y/n) berlari keluar berusaha mencari pertolongan
Seorang dokter berambut hitam yang sangat dikenalnya segera berlari memasuki kamar rawatnya. Diikuti dengan tiga orang suster yang terlihat panik dibelakangnya.
Supra segera memasang elektrokardiograf berharap garis lurus yang muncul di layar dapat kembali menunjukkan kurva detak jantung yang normal
Ia mengambil alat setrum berusaha untuk 'menghidupkan' kembali Yumena
(Y/n) hanya bisa menangis menatap neneknya yang sedang sekarat, ia menutup mulutnya. Air mata tidak henti-hentinya keluar dari mata whitish blacknya
NGIIING
Bunyi dengingan elektrokardiograf yang hanya menampilkan garis lurus menandakan Yumena telah berpulang
Merasa usahanya tidak berhasil, Supra meletakkan peralatannya kemudian berkata pada perawat yang ada di sebelahnya
"Waktu kematian 14.30" Tangan perawat wanita itu dengan gesit mencatat perkataan Supra pada arsip yang ada di tangannya
"Sensei, katakan ini semua hanya mimpi kan? Suatu saat akan ada yang membangunkan aku kan?" (Y/n) bergumam berulang-ulang
Bibirnya bergetar hebat..
Mata whitish blacknya menatap Supra
Desperate..
"Nenekku sebenarnya masih hidup kan? Iya kan?"
Pathetic..
Supra menatap gadis kecil yang ada di hadapannya dengan tatapan kasihan
Tangannya mengusap kepala (Y/n) perlahan "Tenanglah… Nenekmu sudah pergi ke tempat yang sangat indah, tidak usah khawatir" ujarnya pelan.
"Tapi, kalau dia pergi aku…" perkataan (Y/n) tersendat
"Aku tidak punya siapapun di dunia ini lagi" Akhirnya air mata tak terbendung lagi keluar mengalir deras di kedua pipi (Y/n)
Supra tidak berkata apapun... ia hanya diam
Tangannya bergerak perlahan menggapai punggung gadis kecil yang putus asa di hadapannya. Menariknya ke dalam pelukannya.
Tubuh (Y/n) berguncang. Ia masih belum bisa menerima kenyataan yang ada
Painful Reality...
|I{•------» - «------•}I|
(Y/n) menatap kunci yang ada di tangannya. Kunci terakhir yang diberikan Yumena sebelum kematiannya
(Y/n) memasukkan kunci tersebut ke lemari besi yang ada di hadapannya. Memutarnya perlahan hingga terdengat bunyi
Klik
Membuka buku itu perlahan, mata (Y/n) mengamati tulisan tangan yang tidak pernah dikenalnya. Ia membaca nama yang tertera di buku tersebut
'Kurosawa Atsuko'
Matanya membelalak lebar..
Ini adalah buku harian sang ibu, ibu yang telah melahirkannya, ibu yang wajahnya pun ia tidak mengenalinya
(Y/n) membuka lembarannya perlahan
.
.
Juli 1998
Hari ini adalah hari pertamaku bekerja sebagai sekretaris. Aku tidak sabar menunggu hari ini. Ini merupakan pekerjaan yang telah lama kunantikan. Kudengar yang akan menjadi atasanku nanti adalah seorang menteri pertahanan bernama Nakashima Satoshi
Oh astaga aku akan menjadi sekretaris seorang menteri!
.
.
Agustus 1999
Ternyata menjadi sekretaris bukanlah hal yang mudah. Nakashima-san sering memanggilku di waktu malam hari dan bahkan hari libur. Parahnya ia tidak hanya menyuruhku mengerjakan pekerjaan kantor tapi juga mengurus keperluan pribadinya. Menyebalkan, benar-benar menyebalkan
.
.
November 2000
Apa yang harus kulakukan? Apa yang harus kulakukan? Aku tidak percaya atas apa yang kulihat pada hasil test pack yang kupakai sekarang. Astaga, aku hamil. Aku mengandung anak si brengsek Nakashima. Bagaimanapun aku harus meminta pertanggung jawabannya!
Hari ini juga aku pergi ke kediaman Nakashima. Tapi apa yang terjadi? Ia malah berpura-pura tidak mengenal diriku dan mengusirku seenaknya seolah aku adalah sampah
Aku ingin mati saja..
Bagaimanapun juga aku harus membunuh anak brengsek yang ada di kandunganku sekarang!
...
...
Mata whitish blacknya melebar saat ia membaca kalimat terakhir dalam lembaran itu..
Astaga..
Ia tak habis fikir Ibunya ternyata sangat membencinya dan bahkan ia berniat untuk membunuhnya
Sudah cukup..
(Y/n) merasa dirinya tidak perlu tahu lebih banyak lagi
Mengapa ia masih hidup hingga saat ini, itu bukanlah hal yang penting. Akan lebih baik seandainya jika ia benar-benar mati saja sejak dulu daripada hidup seperti ini
Ia tidak sanggup membaca kelanjutan buku diary itu..
Tangannya bergetar..
Dengan susah payah ia meletakkan buku diary ibunya diatas meja kemudian duduk meringkuk memeluk lututnya sendiri
(Y/n) menutup matanya perlahan
Ia seolah berharap tak ingin bangun lagi..
Akan lebih baik jika ia menyusul neneknya sekarang..
.
.
.
.
.
.
.
TBC
maap lama ga apdet :v
Dah- moga kelen suka =>=
/Run
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top