Extra

Karena alasan pekerjaan yang sangat padat diluar negeri Hakuryuu baru bisa menemui sahabatnya seminggu setelah Alibaba melahirkan anak keduanya. Saat pernikahan Alibaba dan Sinbad pun, lelaki Alpha ini hanya bisa mengirimkan kartu ucapan selamat karena tak bisa beranjak dari pekerjaan yang mengikatnya.

Ketika bertemu kembali setelah sekian lama, Hakuryuu sedikit pangling melihat Alibaba yang sedang menggendong bayinya di kamar VIP rumah sakit.

"Sudah lama tidak bertemu, ya, Alibaba. Syukurlah kau dan anakmu baik-baik saja. Kau banyak berubah." Sapa Hakuryuu. Ia melihat bayi yang tengah tertidur lelap di pelukan mamanya. "Wajah dan rambutnya mirip denganmu, tapi dia punya Alis orang itu. Kurasa saat besar nanti anak ini akan jadi laki-laki yang tampan."

Alibaba tertawa. "Anak pertama kami lebih mirip Sinbad, tapi matanya mirip denganku dan dia sangat manis. Kau harus bertemu dengan Alea juga, Hakuryuu." Ujarnya. Ia tak menyembunyikan raut bahagianya.

Hakuryuu menatap bayi dan Alibaba bergantian. Ia lega temannya terlihat bahagia setelah melewati masa kelam selama enam tahun itu. Tiba-tiba wajahnya berubah serius. "Maaf, aku tak bisa membantumu selama kau di asingkan diluar negeri, Alibaba." Ucapnya penuh sesal sambil menundukkan kepala.

Alibaba terperangah. Ia pun teringat lagi pertemuan terakhir mereka sebelum Alibaba pergi tujuh tahun lalu. Bagaimana Omega itu mengatakan bahwa dia menyesal bertemu dengan Sinbad yang meninggalkannya waktu itu, tapi ternyata justru sekarang keduanya bahagia. "Hakuryuu kau ingat waktu kita pertama kali bertemu Sinbad?"

Lelaki Alpha itu mengangkat kepala. "Tentu saja aku ingat. Waktu itu kau tak sengaja merusak smartphonenya, kan?"

Alibaba mengangguk. "Kau juga ingat kata-kataku sebelum aku menjatuhkan barangnya?"

Hakuryuu mengingat-ingat. "Soal pasangan ruh Alpha dan Omega. Waktu itu kau bilang kalau pasangan ruh ini punya ciri khas bau yang hanya bisa dicium oleh mereka saja." Ucapnya.

Alibaba tersenyum. "Kurasa aku dan Sinbad sudah terikat sebagai pasangan ruh. Waktu itu setelah aku dan Sinbad sepakat untuk menyelesaikannya dengan cara damai, aku sempat bilang kalau aku mencium bau menyengat darinya, kan? Kurasa itu tandanya. Soalnya, Sinbad pun juga beralasan sama. Dia bilang karena saat itu mencium wangi dariku, dia langsung berinisiatif mendekatiku." Ujarnya dan tertawa lemah.

Lelaki Alpha itu mengerjap. "Oh."

"Oh?" Sang Omega memiringkan kepala. "Eh, jangan-jangan kau sudah menebaknya?"

"Yaahhh. . . Waktu itu hanya tebakan kasar. Apalagi dulu aku mencurigainya yang tiba-tiba mendekatimu karena posisinya." Hakuryuu mengangguk. "Dan juga. . . Tak berapa lama setelah kau pergi, aku diam-diam menemuinya dan menghajarnya."

"Eh? Kau memukul Sinbad?" Alibaba tak menduga hal itu. Ia pun bergidik ngeri pada sahabatnya yang bisa berubah seram kalau lagi marah.

"Tentu saja aku marah karena dia tiba-tiba meninggalkanmu yang dalam keadaan hamil. Tapi orang itu sama sekali tak balas menghajarku dan dia hanya berkata maaf dengan wajah terpukul. Kau tahu, aku sampai menceramahinya dengan memakinya bodoh. Dia bodoh karena sudah melukaimu dan akan menyesal karena sudah meninggalkanmu. Kurasa karena kata-kataku dia pun segera menemui ayahmu agar bisa bertemu lagi denganmu." Cerita Hakuryuu. Dari wajahnya ia tampak masih kesal saat mengingat kejadian itu, tapi di lain hal ia pun bersyukur karena pilihannya saat itu tepat, demi temannya.

Di awal Alibaba sempat tegang mendengarnya. Ia kini bernafas lega. "Terima kasih, Hakuryuu. Mungkin kalau waktu itu kau tidak menghajarnya, Sinbad pasti takkan mengejarku setahun yang lalu."

Hakuryuu merasa senang bisa berguna untuk temannya. "Tidak juga. Kurasa tanpa kuhajar orang itu tetap akan mengejarmu. Perbedaannya hanya cepat atau lambat. Kalau waktu itu aku tidak menemuinya, mungkin sepuluh tahun kemudian kalian baru akan bertemu. Kau tadi sudah bilang kan, kalau kalian diikat sebagai pasangan oleh ruh. Jadi mana mungkin dia bisa melepasmu yang punya ikatan sekuat itu dengannya." Ucapnya.

Sang Omega tersenyum senang. "Benar juga, ya." Ia setuju. "Setelah aku ditinggalkan dan rencana masa depanku dibuat hancur olehnya, aku sangat marah tapi tetap tak bisa melupakan rasa cintaku padanya. Saat bertemu lagi setahun yang lalu, aku dibuat bimbang dengan perasaanku sendiri. Alasan utamanya karena Alea sangat menempel pada Sinbad. Lalu dia pun bilang kalau aku boleh tidak memaafkannya, hanya saja aku harus memenuhi keinginannya yang ingin tinggal dan membangun keluarga bersamaku."

"Egois seperti biasa." Celetuk Hakuryuu. "Lalu, kau pun mengiyakan hal itu, Alibaba? Jadi, apa kau masih marah padanya?" Tanyanya.

"Heum. . . . Bagaimana, ya. . ." Alibaba menatap bayi dalam pelukannya. "Kurasa aku sudah melupakan rasa marahku padanya waktu itu seiring berjalannya waktu. Mungkin karena kehadiran anak ini dua bulan setelah pernikahan kami, Sinbad sungguh-sungguh menunjukkan keseriusannya untuk membalas penyesalan selama enam tahun itu. Apalagi sejak datang kemari, Alea juga semakin sering tertawa. Mana mungkin kan aku bisa marah terus padanya." Ucapnya. Menunjukkan raut bahagia pada anak keduanya dan teringat momen bahagia ketika ia hamil sebelum ini.

Hakuryuu ikut tersenyun melihat Alibaba bahagia. "Kurasa karena kenangan-kenangan pahit di masa lalu itulah yang membuatmu lebih dewasa dari sebelumnya, Alibaba. Kau yang sekarang lebih terlihat bahagia dari saat kalian pacaran dulu. Kalian benar-benar saling mencintai, ya."

Alibaba tertawa malu tapi senang. "Begitu, ya."

Sementara itu diluar kamar. Sinbad yang baru datang setelah menjemput Alea, menahan diri supaya tidak mengganggu momen dua sahabat itu. Tapi mereka terlanjur membuka sedikit daun pintu, jadi percakapan keduanya pun terdengar dari pertengahan.

"Papa nggak masuk?" Tanya Alea. Dia bersikap tenang sesuai instruksi papanya.

"Sebentar lagi." Kata Sinbad. Dia begitu bahagia mendengar kata-kata Alibaba barusan. Dia pun bersyukur Omeganya memiliki teman yang sangat menghargai pertemenan mereka diluar gender kedua mereka yang bertentangan.

Sinbad mengakui. Memang benar, kalau saja saat itu, tujuh tahun lalu, Hakuryuu tidak memukulnya, ia pasti butuh waktu lama untuk memutuskan langkah yang harus ia ambil untuk menemui Alibaba dan mereka pasti baru bisa bertemu dua tahun lagi di saat Alibaba sudah hampir melupakannya. Tapi ya. . . Omega itu tak mungkin lupa padanya sepenuhnya, karena mereka terikat oleh ruh.

"Papa." Alea menarik baju Sinbad.

Lelaki Alpha itu memeluk gadis kecilnya. "Alea, kau tahu. . . . Papa benar-benar dan sangat-sangat mencintai mama. Saking cintanya, papa bahkan tak ingin pisah dari mama." Ucapnya.

Alea masih belum mengerti kata-kata cinta dari Sinbad. Tapi dia bisa menangkap kalau papanya sangat menyayangi mamanya. "Alea juga sayang papa, mama, dan adik kecil." Katanya sambil membalas pelukan Sinbad.

Sinbad tersenyum. "Papa juga sayang Alea dan adik kecil." Ia mengusap kepala putrinya. "Kalau begitu, ayo kita temui mama dan adik kecil yang kita sayangi itu." Ajaknya.

"Ayo." Seru Alea semangat.

Grak

Keduanya membuka lebar pintu dan masuk menemui kedua orang dewasa yang tengah mengobrol asyik itu serta sang bayi yang terus tertidur di tengah ramainya orang-orang yang datang untuk melihatnya.
.
.
.
End

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top