Bab 3

"Apa kamu sudah gila!" Sinb memaki, kalau bisa ia ingin sekalian menenggelamkan Justin ke dasar lautan agar pikirannya menjadi lebih jernih.

Sinb kesal karena Justin melontarkan ide yang gila, sampai-sampai Sinb hampir terkena serangan jantung karena begitu terkejut. Haruskan disaat seperti ini Justin juga membuatnya terkejut dengan permintaan lebih gila dari sikap Jungkook yang kemarin?

Justin diam, dia tidak tersenyum atau datar seperti biasanya. Pria ini terlihat serius, tidak melepaskan pandangannya sedikit pun dari Sinb. "Aku serius, ini semua demi menyelamatkan nama baikmu. Dari aspek mana pun, idol wanita akan selalu menjadi bulan-bulanan karena memiliki skandal, sementara idol pria akan selalu dibela." Ia menjeda, mencoba menarik napas dalam.

Sungguh, tidak pernah terpikirkan oleh Sinb, jika harus membicarakan sesuatu yang seserius ini. Biasanya mereka hanya berkumpul untuk minum dan berbincang sewajarnya. Tidak pernah membicarakan tentang mana yang lebih baik untuk diri sendiri. Apa lagi tentang sebuah bisnis, Sinb tahu jika pria ini selalu menjalani hidupnya dengan serius dan karena hal inilah Sinb tidak ingin saat mereka bertemu, malah membuat Justin tambah pusing dengan obrolan yang serius.

"Aku sudah menghubungi Jungkook, ia memintaku untuk menjagamu. Itu berarti semuanya tidak bisa dikendalikan. Biarpun nanti kita menikah, kau masih bisa berkarir, jika perlu kau juga bisa mendirikan agensi sendiri. Aku akan mendirikannya untukmu," katanya yang membuat Sinb semakin merasa omongan ini tak masuk akal. Namun, Sinb juga tidak lupa jika seorang Justin tidak pernah membual dengan kata-katanya. Hanya saja, Justin juga bukan orang yang murah hati dan dermawan untuk mendapatkan pujian. Justin yang rasional dan memiliki jiwa pebisnis semenjak lahir tidak akan membantu seseorang tanpa melihat keuntungan yang akan didapatnya.

"Sebenarnya ... apa yang kau rencanakan?" Sinb merasa sebuah hal yang disembunyikan oleh Justin. Dari pada berpikir pria di sampingnya ini membual, mungkin saja ia memiliki maksud lain dari rencana ini, seperti dugaan tentang keuntungan yang akan diperoleh oleh Justin.

Pria di sampingnya ini diam sesaat. "Orang tuaku menjodohkanku dengan Yeri, aku tidak ingin menikah, tapi mereka juga tak pantang menyerah. Jadi, jika kau menikah denganku ... Setidaknya kita bisa membuat kesepakatan," katanya yang membuat Sinb terdiam.

Tidak ada perasaan kecewa, hanya saja ia tahu betul jika Justin dan dirinya adalah orang-orang logis yang nyata. Mereka tidak suka menjadi tidak masuk akal dan mempermainkan perasaan tanpa tujuan seperti kebanyakan orang, jadi semua hal harus memiliki alasan yang meyakinkan untuk dapat dipahami satu sama lain.

Menikah, itu adalah sesuatu yang berat. Hanya saja, Sinb merasa jika ia bertahan tanpa tahu arah dan tujuan hanya akan membuat kelogisan dan rasionalnya menghilang. Denga itu, kemungkinan dirinya tidak bisa mengontrol diri akan semakin menjadi dan jika sampai dirinya melampoi batas, maka mungkin saja lebih buruk dari menyayat pergelangan tangannya yang beberapa hari lalu ia lakukan.

Jadi, jika dengan menikahi Justin akan mengubur semua masalah dan teror yang menimpanya, kenapa tidak? Tidak salah juga kan jika ia masih memiliki keinginan untuk bangkit dari keterpurukan dan hidup dengan damai?

"Baiklah, kapan kau mengaturnya?" Pada akhirnya kalimat ini yang keluar dari. Sungguh, ia terus dihantui oleh semua komentar Army dan masyarakat yang semakin tajam kepadanya, tidak ada jalan keluar untuk menyelamatkan nama baiknya, semuanya lenyap.

Justin masih tidak menunjukkan perubahan wajahnya. Ekspresi serius itu terus menghiasi wajah tampannya.

"Kenapa seolah kau yang merasa terkejut?" Sinb memandang Justin heran. Menurutnya lucu sekali saat ia mengambil keputusan untuk menyetujuinya, tapi Justin malah terkejut. Hal ini tentu membuat Sinb semakin bertanya-tanya. "Jangan-jangan kau hanya mencoba untuk menggodaku?" lanjut Sinb yang berusaha sekali untuk menduga apa yang tengah dipikirkan oleh Justin.

Justin pun menggeleng, sembari menghela napas. "Bukan itu, aku hanya tidak menduga kau akan langsung setuju dengan usulanku," katanya yang ditutup dengan seutas senyum yang begitu manis. 

Sinb yang melihatnya hanya bisa mengumpat, ia tidak percaya pria yang tampan bahkan saat diam saja ini akan menjadi suami palsunya. "Aku bukan gadis bodoh, aku juga mempertimbangkan untung dan ruginya. Hanya saja, kau harus memberikan kompensasi banyak kepadaku untuk menghadapi kedua orang tuamu," komentar Sinb yang membuat Justin tersenyum.

Kali ini pandangan Justrin melunak, seolah suasana yang hangat mulai tercipta. Tidak seperti beberapa saat yang lalu dan hal ini membuat Sinb jadi berpikir, apa karena rencana yang akan Justin sampaikan ini, sampai-sampai membuat pria itu menjadi serius dari biasanya.

Bahkan kini mereka saling bertatap dan Sinb terlihat bingung saat Justin meraih kedua tangan Sinb. "Aku hanya perlu kesediaanmu untuk melakukan pernikahan ini, selebihnya aku akan mengurusnya dan kau tidak perlu mengkhawatirkan apa pun,"ucap Justin.

Sinb tersenyum mendengarkannya. "Kau harus mengingat kata-katamu," tekan Sinb yang sudah pasti tidak akan melepaskan Justin jika pria ini berani membuatnya repot dengan penolakan kedua orang tuanya.


-Tbc-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top