Part. 8 - Flight.
Happy new year!
I update this story because I miss JC.
Like crazy 🙈
Happy reading. 💜
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Hari Jumat bukanlah hari yang cukup menyenangkan bagi Sera karena jadwal kerja yang cukup padat. Memiliki dua rapat di pagi dan siang hari, melakukan perencanaan bersama dengan divisi pelaksana untuk project merger terbaru, berdiskusi dengan para pimpinan terkait budgeting dan keputusan yang harus ditetapkan, juga membuat jadwal kerja untuk hari Senin.
Setelah mengoper beberapa pekerjaan pada dua staff-nya, Sera segera beranjak untuk bergegas menuju ke lobby dan menghampiri resepsionis untuk mengambil kopernya.
"Udah mau jalan, Bu?" tanya Dini, resepsionis yang selalu ramah padanya.
Sera mengangguk. "Iya, nih, udah mepet."
"Capek banget, Bu, nggak mau istirahat dulu? Barusan Pak Yongki pamit jalan dulu," tanya Dini kemudian.
"Iya, dia ada meeting lagi. Sisa Pak Alwan dan Pak Widodo di ruangan, saya udah ijin mau balik cepet, jadi nanti kalau mereka masih cariin saya, ingetin lagi aja ya," jawab Sera sambil menarik kopernya setelah mendapat pesan singkat dari JC bahwa dia sudah memasuki area perkantorannya.
Setelah berpamitan dengan para driver yang duduk di ruang tunggu dan para security, Sera bergegas keluar dari kantor bertepatan dengan sebuah SUV berwarna hitam datang dan berhenti tepat di depannya.
Sera segera berjalan menuju pintu bagasi dimana JC sudah keluar dan membukakan pintu untuknya, kemudian mengambil alih kopernya. Melihat sebentar, Sera mendapati JC memberi seulas senyum singkat dan dia membalas hal yang sama, lalu keduanya segera memasuki mobil setelah koper sudah selesai ditaruh di bagasi.
"Capek?" tanya JC saat dia sudah melajukan kemudi untuk keluar dari area perkantoran.
"Overwhelmed," jawab Sera jujur.
"Berbanding terbalik sama aku yang kalau Jumat lebih santai, tapi Senin kayak mau gila. All day long rapat nggak kelar-kelar, dari direksi sampe staff minta rapat," celetuk JC.
Sera tersenyum dan menoleh pada JC dengan penuh penilaian. Pria itu hanya memakai atasan berwarna hitam, jeans, dan sneakers. Tampak santai tapi tetap menarik perhatian. Entah kenapa Sera selalu menyukai penampilan dari orang itu sejak lama. Seperti ada magnet yang selalu berhasil menariknya untuk menilainya lebih detail dan membuat Sera menilai jika JC tampak jauh lebih menarik jika memakai kemeja putih dan jeans sebagai pelengkapnya.
"Kenapa? Are you okay?" tanya JC sambil melirik Sera dengan ekspresi cemas.
Sera mengangguk sambil tersenyum. "I need some time, so, kita bisa diem aja tanpa perlu ngobrol? Kepala aku masih penuh banget kayaknya."
"Sure, take your time," balas JC tanpa ragu sambil melirik singkat pada Sera dan langsung terdiam.
Sera kembali tersenyum dan mengambil posisi nyaman untuk sekedar memejamkan mata guna melepas lelah. Dia menyukai kebersamaan yang saling memberi pengertian seperti ini. Sama sekali tidak ada yang berubah, baik JC dan Sera bersikap sebagaimana mestinya tanpa perlu berlebihan atau canggung. Yang berbeda hanyalah kedekatan mereka dan mengenal satu sama lain lebih dalam.
Tidak ada ekspektasi, juga tidak berharap lebih, yang ada hanya menjalani dengan sepenuh hati. Bagi Sera, menaruh hati pada seseorang cukup berbahaya untuk dirinya yang rentan terluka. Bukan memilih untuk mati rasa tapi lebih kepada mengatur rasa, dan kali ini, dia mengolah rasa yang dimilikinya pada JC.
Cukup lelah untuk menjalani hari, Sera tertidur selama perjalanan menuju ke bandara. Saat mobil berhenti karena lampu merah, JC menurunkan sandaran kursi dengan perlahan agar Sera lebih nyaman dan memastikan wanita itu tidak terbangun.
Hingga tiba di bandara dan sampai pada pelataran parkir, Sera masih terlelap dan JC tidak membangunkannya karena dia berpikir jika masih memiliki waktu yang cukup untuk mengejar pesawat nanti.
Merasakan mobil yang tidak bergerak, juga begitu tenang, Sera mencoba membuka matanya dengan berat dan mengerjap cepat sambil menegakkan tubuh untuk melihat sekitar dengan linglung.
"Udah bangun?" tanya JC yang membuat Sera spontan menoleh dan mendapati JC sedang asik bermain games di ponselnya.
"Udah sampe?" tanya Sera serak.
"Hm."
"Kok nggak bangunin? Kita bisa telat loh, kan belum check-in," tanya Sera sambil melepas seatbelt dan merapikan rambutnya.
"Masih ada waktu lima menit, kamu senderan aja dulu jangan langsung gerak, nanti pusing," jawab JC tanpa mengalihkan tatapannya dari ponsel.
"Tapi jalan ke terminalnya tuh panjang loh," ujar Sera yang menatap JC heran dengan sikap santainya.
"Bisa naek buggy car," jawabnya santai.
Sera menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan JC melirik padanya dengan satu alis terangkat.
"Kenapa? Ada yang salah? Nggak ada yang perlu diburu-buruin karena kamu butuh tidur. Nanti kalau udah waktunya, aku pasti bangunin kok," ujar JC datar.
"Iya, aku udah bangun, yuk, kita jalan," tukas Sera kemudian.
JC mengangguk sambil mematikan ponsel dan mesin mobil. Entah kenapa rasa gemas itu muncul sehingga Sera spontan mencondongkan tubuh untuk memeluk lengan JC dan mencium pipinya dengan hangat.
"Makasi ya," bisik Sera manja.
JC tersenyum sambil menoleh pada Sera dan mendaratkan sebuah kecupan di bibir Sera. "Your most welcome."
Keduanya segera keluar dari mobil dan mengeluarkan koper masing-masing. Perjalanan dari parkir menuju pintu keberangkatan sudah memakan waktu, belum lagi menuju terminalnya. Tidak menaruh bagasi karena mereka membawa koper kabin.
"Kamu mau makan apa?" tanya JC sambil menarik Sera agar posisi mereka tetap berdekatan. "Mau naik buggy car aja gak?"
Sera menggeleng. "Jalan kaki aja biar sehat."
JC tertawa pelan dan mengangguk saja.
"Aku lagi nggak mood makan, mungkin kopi aja deh," ujar Sera dan langsung disetujui JC.
"Kita makan pas sampe di Bali aja," usul JC yang langsung diangguki kepala oleh Sera.
Memutuskan untuk menuju kafe yang berada tepat di depan koridor terminal keberangkatan, Sera memesan kopi untuk mereka dan mendapatkannya tidak kurang dari sepuluh menit.
Mereka kembali berjalan menyusuri koridor untuk menuju ke terminal tujuan mereka sambil menikmati kopi. Mereka tiba tepat waktu di boarding room dan segera menyerahkan tiket dan memasuki pesawat.
"Perlengkapan yang kamu butuh buat besok udah dibawa semua?" tanya Sera saat mereka sudah duduk di kursi pesawat.
"Udah," jawab JC santai.
"Btw, aku kelupaan nanya deh," tanya Sera setelah mengingat sesuatu. "Kamu udah book hotel buat aku, kan?"
JC menoleh padanya dan menatapnya bingung. "Udah dong, kan kamu bareng aku."
"Hah?" balas Sera kaget.
"Kamu kan bareng aku, jadi udah pasti kamarnya barengan aku. Aku pesen yang twin bed kok," sahut JC menjelaskan.
Sera menggigit bibir bawah sambil menatap JC tidak mengerti. Tentang hotel yang terlupakan, juga tentang dirinya yang berarti akan sekamar dengan pria itu.
"What? Kamu keberatan? Kalau iya, nanti tinggal book kamar lagi aja," ujar JC dengan kening berkerut.
"Apa ini nggak terlalu cepat?" tanya Sera dengan nada berbisik seolah tidak ingin ada yang mendengar.
"Cepat? Maksudnya?" tanya JC balik.
"Kita jalan bareng kayak gini, terus jadi sekamar," jawab Sera langsung.
JC menatap Sera dengan ekspresi yang bingung dan tidak percaya secara bersamaan. "Aku nggak ngelakuin apa-apa, dan kalau kamu keberatan, kamu bisa book kamar baru pas sampe di hotel nanti."
"Mmmm, aku..."
"Jangan terlalu dipikirkan untuk hal yang belum terjadi, Ra," sela JC cepat. "Gini aja, nanti kamu pake kamarku aja, tar aku book kamar lagi buat sendiri."
"Aku childish banget ya, urusan ginian aja dipikirin," gumam Sera sambil memakai seatbelt.
"Itu bukan childish, tapi kamu memang berhak untuk menolak sesuatu yang kamu rasa kurang nyaman atau rugi. Jangan lakukan sesuatu yang nggak sesuai dengan diri kamu," koreksi JC.
Sera mengangguk. Meski sebenarnya, hal itu sama sekali tidak terpikirkan olehnya karena terbukti dirinya melupakan hal itu. Lagi pula, hanya sekedar menempati tempat yang sama bukanlah masalah selama satu sama lain bisa saling menjaga atau sepakat dalam melakukan segala sesuatu.
"Mau tidur lagi?" tanya JC kemudian.
"Kamu nggak capek?" tanya Sera balik.
"Kalau ngantuk ntar juga tidur sendiri," jawab JC yang langsung membuat Sera tertawa.
Pegangan kursi yang ada diantara mereka dinaikkan oleh JC sehingga Sera bisa beringsut mendekat untuk memeluk lengan JC dan pria itu mendekatkan diri untuk meniadakan jarak diantara mereka.
Sera memeluk lengan JC, sementara JC menggenggam satu tangan Sera dan menyandarkan kepala diatas kepala Sera. Keduanya saling berangkulan dalam diam dan menikmati penerbangan itu dengan terlelap sambil memeluk satu sama lain.
Mereka terbangun saat akan mendarat dalam beberapa menit dan sama-sama terdiam dalam menikmati sisa penerbangan itu hingga mendarat di bandara. Begitu tiba di terminal kedatangan, sudah ada seorang driver yang menjemput mereka disana.
"So, siap kulineran bareng aku?" tanya JC sambil menoleh pada Sera dengan senyumannya yang hangat.
Sera mengangguk cepat.
"Okay," tambah JC sambil mengarahkan tatapan ke depan. "Bli, kita mau makan malam di Pak Malen, ya."
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Lagi hujan, trus masih di bawah selimut karena mager, asik banget ya kalau halu begini. 🤪
Semoga harimu menyenangkan.
And JC, I hope you enjoy the lunch.💜
03.01.23 (12.00)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top