Part. 3 - Lunch.
JC adalah pecinta bakmi sejati, juga dia sangat tahu dimana tempat makan yang menyajikan makanan lezat. Kuliner navigator, demikian Sera menyebutnya dalam hati. Sebab dia bisa memberikan beberapa pilihan atau langsung memutuskan dimana mereka akan menikmati makan siang atau makan malam disetiap kali bertemu.
Dengan kata lain, bersama dengan JC, tidak ada istilah 'terserah' atau 'nggak tahu' sebagai balasan untuk pertanyaan sejenis 'mau makan apa?'
Seperti kali ini, JC sudah memilih sebuah kedai bakmi yang katanya adalah legendaris dan layak untuk dicoba. Sera tidak akan protes karena termasuk orang yang malas untuk berpikir tentang tempat atau jenis makanan apa yang harus dinikmati, jadi dia memilih untuk cukup tahu diri dengan menerima semua pilihan JC.
"Disini punya bakmi ayam kampung yang enak banget," ujar JC saat mereka sudah mendapat meja kosong dan duduk berhadapan.
"Lu udah pernah cobain?" tanya Sera.
"Nggak," jawab JC spontan.
Sera tertegun lalu tertawa pelan sambil menggeleng. Sungguh sangat JC sekali, pikirnya geli.
"Terus lu tahu darimana kalau ini enak?" tanya Sera lagi.
"Gue cari-cari lah di Instagram," jawab JC sambil tersenyum tipis.
"Jadi, yang enak banget itu cuma katanya?" balas Sera sambil memberi kerlingan nakal sebagai tanda untuk mengejek JC.
"Yah makanya gue ajak lu kesini, biar kita bisa cobain bareng-bareng," sahut JC sambil nyengir.
"Oh, gitu ya?" celetuk Sera dengan ekspresi tidak percaya dengan balasan JC yang benar adanya.
JC mengangguk sambil memberikan ekspresi biasa saja seolah apa yang disampaikan tidak berarti apa-apa. Sangat praktis dan efisien, begitulah sikap dan respon JC dalam menyampaikan atau menerima sesuatu.
Dia tidak pernah mempermasalahkan sesuatu, apalagi jika itu adalah hal kecil. Untuk hal besar pun kemungkinan dia lebih memilih untuk terdiam cukup lama sambil memberikan ekspresi datar, terkesan tidak peduli tapi sebenarnya dia sangat menyimak, kemudian akan memberi masukan atau pendapat yang sudah didapatinya setelah mencerna segala sesuatu dari sudut pandangnya.
Dua porsi bakmi, sepiring pangsit goreng, dan dua teh hangat tersaji di meja. JC dan Sera sama-sama menikmati makan malamnya dalam diam. Sebagai dua orang yang bersebrangan dimana JC yang misterius dan Sera yang emosional, keduanya cukup bisa bekerjasama dalam memberi pengertian satu sama lain.
Sera tidak masalah jika harus mencari topik obrolan agar tidak terlalu kaku atau membosankan karena JC adalah orang yang tidak bisa mencairkan suasana. Pria itu cenderung tenang, pendiam, dan lebih memilih untuk menyendiri. Sera juga menyukai kesendirian, tapi jika bersama dengan teman, dia yang akan selalu memulai obrolan dan mengangkat topik yang menarik untuk dibicarakan, atau tergantung karakter seperti apa yang sedang dihadapinya.
Dengan JC, Sera cukup bisa menjadi diri sendiri dan nyaman. Selama mengenalnya, juga dekat dengannya, Sera bisa mendapat dan mengetahui banyak hal, khususnya tentang ilmu kehidupan dan bisnis.
"Gue nggak bakalan habis, boleh gue oper, gak?" tanya Sera sambil mencondongkan tubuh untuk bisa menyampaikan hal itu agar didengar oleh JC yang sibuk meracik makanannya.
JC melirik padanya. "Makan dulu aja, kalau nggak habis baru oper."
"Nggak bisa," sahut Sera sambil menggeleng keras. "Gue nggak bisa kalau kayak gitu. Apa bedanya dengan kasih sisa makanan?"
"Buat gue, itu bukan masalah," balasnya.
"Tapi masalah buat gue," sahut Sera.
JC terdiam sambil menatap Sera selama beberapa saat seolah berpikir, lalu mengangguk tanpa ekspresi dan mendorong mangkuk bakminya ke arah Sera.
"Ya udah, oper aja," ucap JC akhirnya.
Sera melebarkan cengiran dan dengan senang hati memberi setengah porsi dari makanannya. Masih tanpa ekspresi, JC menunggu sambil melihat Sera yang memindahkan bakmi dan mengisi mangkuknya hingga hampir penuh.
"Ayamnya nggak usah," seru JC pelan.
"Udah, cowok kudu makan banyak protein," ucap Sera santai.
"Tapi protein itu bikin kenyang, sedangkan bakminya aja udah karbo," sahut JC.
"Nggak apa-apa, kalori yang masuk dalam badan lu pasti kebakar since lu rajin lari," komentar Sera sambil mendorong mangkuk JC kembali dan masih dengan cengiran lebarnya.
"Gue udah agak gendut," ujar JC kemudian sambil meraih sumpitnya. "Gue udah agak jarang lari sekarang tapi berusaha untuk bisa lari selagi ada kesempatan."
"Kenapa? Bukannya tiap pagi, lu selalu lari?" tanya Sera.
"Nggak juga, tergantung gue bangun kesiangan atau nggak. Belakangan, kerjaan gue lagi banyak," jawab JC.
"Tapi, buat gue, lu nggak gendut. Lu masih proporsional," balas Sera jujur.
JC hanya mengangguk sebagai balasan. Seperti biasa, Sera hanya menatap JC sambil menggelengkan kepala. Barusan dia memberi pujian tapi respon yang diberikan JC selalu sedatar itu.
Sesi makan lebih didominasi dengan diam karena Sera memilih untuk fokus pada makanannya. Bukan karena lapar tapi JC memang tidak semenyenangkan itu diajak mengobrol saat sedang makan. Apalagi jika dia sudah memegang ponsel dengan berbagai urusan yang harus diresponinya.
JC adalah pekerja keras. Meski dia sudah memiliki usaha sendiri berupa binatu yang memiliki beberapa cabang baik dalam dan luar kota, dia masih bekerja di sebuah perusahaan besar dengan jabatan yang cukup tinggi. Selagi masih bisa mencari dan menghasilkan uang dengan halal, juga selagi masih bisa produktif, maka JC akan lakukan hal itu.
Juga, JC adalah tipikal orang yang mudah bosan dan tidak akan melakukan hal yang berulang. Dia bekerja di perusahaan hanya sekedar mengisi waktu luang meski tetap mengutamakan pengalaman dan penghasilan, sedangkan usahanya sudah autopilot dan dia tidak perlu merisaukannya.
"How are you, Ra?" tanya JC tiba-tiba dan membuat Sera mengangkat tatapan sambil mengunyah.
"Daritadi ketemu dan lu baru nanyain?" tanya Sera balik.
JC meringis pelan dan menatap Sera dengan mimik wajah serba salah. "Gue salah lagi, yah?"
Sera auto tersedak bakmi saat mendengar pertanyaan JC. Pria itu tersentak dan segera mengoper segelas teh pada Sera. Meneguk pelan teh itu, Sera menatap JC sebal dan JC hanya mengangkat bahu.
"What?" tanyanya.
"Gue barusan itu tanya balik bukan berarti lu harus merasa bersalah. Simpel banget loh, lu tinggal bilang kalau baru keingetan buat nanya kabar atau apa kek," jawab Sera setelah cukup tenang.
"Ya, kalau udah tahu kayak gitu ya tinggal dijawab aja. Kadang gue suka takut salah ngomong kalau sama lu," balas JC kemudian.
"Kenapa begitu?" tanya Sera lagi.
"Gue bukan tipikal orang yang nyenengin, tapi nggak pengen usaha buat nyenengin juga. Takut lu baper dan marah sama gue," jawab JC jujur.
"Sejak awal gue kenal sama lu, gue nggak pernah pake hati, jadi nggak usah takut," balas Sera.
Alis JC terangkat sambil menatap Sera. "Seriously?"
"Yes," jawab Sera mantap.
"Tapi gue sayang loh sama lu," ucap JC begitu saja seolah apa yang disampaikannya barusan hanya sekedar angin lalu tapi tidak bagi Sera.
Sera menatapnya dengan tatapan melongo, antara tidak percaya dan menganggap JC melantur.
"Lu tuh kenapa sih?" celetuk Sera begitu saja.
"Tuh, kan? Lu keliatan judes," sahut JC dengan ekspresi meringis.
"Gue judes karena cetakannya emang udah dari sono kayak gitu. Barusan lu ngomong apa?"
"Gue sayang sama lu, dan kalau lu tanya kenapa, yah nggak tahu kenapa."
Deg! Sera tertegun melihat JC yang tidak biasanya mengucapkan hal seperti itu selama mereka berteman. Jika dibilang teman biasa saja, iya, tidak dekat juga, tapi di setiap kali pertemuan selalu memberi kesan dimana Sera merasa senang dan tidak berhenti tersenyum.
"Kenapa lu mendadak kayak gini?" tanya Sera dengan tatapan curiga.
"Gue cuma jujur sama lu since tadi lu bahas soal nggak pake hati," jawab JC.
"Kenapa lu bisa sayang sama gue?"
"Kan tadi gue udah bilang kalau lu tanya kenapa, gue juga nggak tahu. Cuma ya, gue sayang. Gue juga merasa senang tiap kali ngobrol sama lu. Kadang chat sama lu bikin gue senyum."
"JC, lu bukan tipe cowok yang cocok buat ngegombal," sewot Sera dengan nada menuduh.
"Ya emang nggak, tapi barusan gue nggak ngegombal. Gue cuma jujur dan ngomong apa adanya. Kenapa? Gue salah lagi?" tanya JC dengan kening berkerut.
"Kenapa lu harus selalu bertanya tentang salah dan merasa bersalah?" tanya Sera balik.
"Bukan merasa bersalah karena kalau urusan sama cewek, cowok itu selalu serba salah," jawab JC tanpa ragu.
"Iya juga sih," komentar Sera langsung dan kembali menunduk untuk menghabiskan sisa bakminya.
"Terus, lu nggak apa-apa kan gue ngomong kayak gitu?" pertanyaan JC kembali membuat Sera mendongak sambil memasukkan suapan bakmi terakhirnya.
"Ya, nggak lah, gue juga sayang sama lu," sahut Sera spontan dan melebarkan cengiran saat melihat ekspresi tertegun dari JC.
"Lu bercanda," celetuk JC langsung.
"Emang susah ya jadi manusia yang namanya Sera, nggak pernah dianggap serius. Mungkin karena itu kali yah gue disakitin terus sama cowok," sewot Sera.
"Kan? Gue salah lagi," ucap JC sambil menghela napas.
Sera mengulum senyum sambil menghabiskan sisa bakminya dalam diam. Tidak ada pembicaraan lagi sampai mereka berdua kembali ke mobil. JC masih terdiam dengan ekspresi seolah banyak pikiran, sedangkan Sera hanya mengamati dari posisinya dengan berbagai penilaian.
Terkadang, JC yang bersikap diam selalu membuat Sera merasa gemas dalam hati. Karena itulah, rasa gemas itu selalu berujung dengan rasa sayang semakin bertumbuh.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Paling suka sama cowok yang tipikal nggak banyak ngomong atau love bombing, tapi sekalinya buka suara bikin hati bertalu-talu tapi tetep slay.
Sera, I feel you. 💜
07.12.23 (08.40)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top