Part. 2 - Meeting.

Karena Sera tidak ada tenaga lebih untuk meladeni Maia yang terus mendesaknya, akhirnya Sera terpaksa ikut dalam janji temunya Sabtu siang ini. Rasanya menyebalkan melihat bagaimana Maia begitu sibuk dengan hal yang tidak diperlukan.

"Lu tuh ribet banget sih daritadi?" sewot Sera sambil menatap Maia yang sudah bertanya entah berapa kali tentang penampilannya hari ini.

"Gue kan tanya," balas Maia membela diri.

"Yah tapi nggak sampe belasan kali, Maia! Lu udah oke! Udah on point maskara lu!" sahut Sera geram dan Maia langsung tersenyum senang mendengarnya.

Cukup heran dengan Maia yang terus berkata jika pria yang akan ditemuinya tidak sesuai standartnya tapi terlihat begitu maksimal dalam mempersiapkan diri untuk janji temu hari ini.

"Menurut lu, dia bakalan suka gak yah sama gue?" tanya Maia sambil mengerlingkan mata yang membuat Sera meringis penuh prihatin.

"Dilihat dari kelakuan lu yang kayak cacing kepanasan, sepertinya meeting hari ini bakalan alot. Kalau kayak gitu, mendingan gue mangkir aja!" sewot Sera yang hendak beranjak tapi langsung ditahan Maia.

"Jangan dong! Kan lu udah janji! Ihhh, gitu aja pake sewot sih! Gue kan nanya doang karena buat gue, kesan pertama itu selalu penting dan orang suka sama gue adalah keharusan!" ucap Maia dengan nada penuh penekanan dan ekspresi serius disana.

"Oh, first sight means maximum effort yang kebanyakan bikin orang yang jadi korban itu ketipu yah," sindir Sera sambil melirik sinis pada Maia.

"Tuh, kan? Pengalaman buruk lu disamain lagi sama gue! Hey, ini Maia, bukan cowok kardus yang pernah nipu lu beberapa waktu lalu! Camkan itu, Anak Muda!" seru Maia sambil menunjuk Sera dengan asal.

"Maia, you don't need to be someone else to attract people. Just be the way you are because you are enough," ujar Sera dengan mimik wajah serius.

"And not all the people deserves my genuineness. Dan gue yakin lu pun sama kayak gue untuk nggak nunjukkin diri lu yang asli ketika ketemu orang asing, ye'kan?" sahut Maia.

Sera terdiam karena Maia mengucapkan hal yang benar adanya. Meski begitu, apa yang dilakukan Maia terlalu berlebihan dan mungkin saja saat ini Sera dalam keadaan mood yang kurang baik. Dia tidak menyukai berada di situasi yang memaksa, apalagi sejak awal dia tidak menginginkan dirinya berada disitu.

Saat Sera sedang mengaduk avocado coffee float yang baru saja disajikan, disitu dia mendengar namanya dipanggil dari arah depan yang tidak jauh dari meja yang ditempatinya.

"Sera?"

Dia mengangkat tatapan dan matanya melebar kaget saat melihat JC berdiri disana. Pria itu tidak datang sendirian karena ada seorang pria berkacamata dengan tinggi yang sama tapi sedikit lebih berisi darinya.

"JC?" balas Sera dengan suara bergumam.

Sera menoleh saat dia merasakan tendangan pelan di kakinya dan itu dari Maia.

"Lu janjian sama JC kesini?" tanya Maia dengan nada berbisik dan terdengar seperti menuduh.

"Nggak," jawab Sera sambil menggeleng cepat.

"Apa kamu yang bernama Mary?" tanya seseorang yang membuat Maia dan Sera sama-sama menoleh dan mendapati teman pria yang datang bersama dengan JC.

Mary? Batin Sera geli sambil menoleh pada Maia yang terlihat canggung. Well, istilah culun yang disampaikan Maia tentang teman barunya itu tidak sesuai. Bagaimana mungkin seorang pria yang memakai pakaian dengan rapi dan terlihat cerdas itu dibilang culun? Dia bahkan terlihat menarik meski ada JC disana, pikir Sera.

"Uhm, iya," jawab Maia sambil beranjak berdiri dan menerima uluran tangan dari pria itu.

Sera mengatupkan bibir untuk menahan senyuman geli sambil ikut beranjak berdiir dan menghindari tatapan JC yang terlihat penuh tanya disana.

"Perkenalkan, aku Daniel. Kamu bisa panggil aku dengan Niel," ucap pria itu sambil menjabat Maia dengan gestur layaknya seorang gentleman.

Sera bisa melihat jika kali ini bukan pria itu yang memiliki kesan pertama yang baik tapi justru sebaliknya, Maia yang tertarik dilihat dari sorot matanya yang berkilat dan terlihat tidak bisa berkedip disana.

"Lu ngapain disini?" tanya JC yang membuat Sera spontan menoleh padanya.

Sambil melebarkan cengiran, Sera menunjuk Maia tanpa beban. "Temenin dia buat ketemu sama temen lu."

JC tertegun dan melirik pada Maia, lalu kembali padanya. Tidak bertanya lagi, JC mengikuti arahan Daniel untuk duduk tepat di hadapan mereka.

Dari perbincangan yang terjadi, sepertinya niat tentang urusan pekerjaan memang sekedar bas abasi. Sera sampai tidak tahan untuk memutar bola mata ketika mendapati kesan menggoda dari Maia pada Daniel.

Lebih banyak diam, Sera memutuskan untuk menghabiskan minumannya dan enggan untuk mendengar pembicaraan yang dilakukan Daniel, Maia, juga JC. Aku tidak mengerti kenapa Maia dan Daniel sama-sama ingin ditemani meski mereka berinteraksi cukup baik disitu.

Ting! Suara pesan singkat terdengar dan Sera segera membukanya, lalu melirik pada JC yang sedang berkutat dengan ponselnya disebrang. Dialah yang mengirimkan pesan singkat.

"Ada masalah?" tulisnya.

Aku spontan menggeleng sambil menatapnya dimana dia melirikku sekilas dengan satu alis terangkat. Ck, ngapain sih meski kasih tampang tengil kayak gitu? Kan gue jadinya gemes, sewot Sera dalam hati, lalu mengulum senyum geli dengan pikirannya barusan.

"Iya, masalahnya lu ada di depan gue," balas Sera cepat.

Balasan datang dalam hitungan detik. "Gitu ya?"

Sera berdecak pelan di setiap kali JC membalasnya dengan dua kata 'gitu ya' seperti itu. Entah kenapa terkesan tidak senang atau sekedar mengerjainya dengan ekspresi judes yang memenuhi isi kepala meski JC tampak biasa saja.

Saat Sera melirik ke arah JC, dia bisa melihat jika pria itu sedang mengulum senyum geli disebrang sana seolah mengerti dengan maksud decakannya barusan.

"Kalian saling kenal?" tanya Daniel yang membuat Sera dan JC menoleh padanya.

"Temen," jawab JC santai sambil bersandar di kursi dan melebarkan senyuman pada Sera.

"Tapi kalau dilihat kayaknya cocok," komentar Daniel sambil menatap JC penuh arti.

JC hanya tertawa sementara Maia hanya menggelengkan kepala dalam diam. Sera hanya tersenyum karena jawaban itu sudah diambil oleh JC. Baginya, tidak ada yang perlu diberikan kepada orang asing tentang apapun selain diam dan tersenyum. Dia menghitung dalam hati tentang kapan dirinya bisa menyingkir dari situ secepatnya.

"So, karena kalian udah cukup nyambung dan gue nggak diperlukan lagi disini, jadi gue cabut dulu," ucap JC sambil beranjak berdiri dimana ketiganya spontan mengangkat tatapan untuk melihatnya.

"Eh? Kok gitu? Ini..." protes Daniel dan JC langsung menggelengkan kepala.

"Gue ada urusan," sela JC cepat.

"Urusan apa?" tanya Daniel.

"Sama dia," jawab JC sambil menunjuk Sera.

Tersentak, Sera menatap JC selama beberapa saat, lalu melirik pada Daniel dan Maia, kemudian kembali padanya dan mengangguk cepat. Ini saatnya buat kabur, batinnya.

"Emangnya iya? Tadi lu bilang kalau nggak ada janji sama dia," seru Maia kemudian.

"Emang nggak janjian, tapi semesta ternyata kasih urusan dadakan," balas Sera kalem sambil meraih tasnya dan menatap Maia singkat. "Gue cabut ya."

Meski Maia dan Daniel tampak kebingungan yang dinilai Sera adalah sekedar basa basi, Sera berjalan saja diikuti JC di belakangnya untuk keluar dari kafe itu. Rasanya melegakan saat Sera bisa menarik napas dan mengembuskannya ketika berada diluar dari kafe.

"Capek?" tanya JC yang membuat Sera menoleh dan tersenyum padanya.

"Ya gitu deh," balas Sera sambil menyamakan langkah saat mereka berjalan berdampingan.

"Kenapa lu bisa nongol disini?" tanya JC lagi.

"Dipaksa sama Maia," jawab Sera langsung.

Alis JC berkerut. "Jadi, namanya Maia bukan Mary?"

Sera mengangguk. "Nggak usah bilang sama temen lu, biarin mereka urus urusan sendiri aja."

"Gue nggak peduli," balas JC langsung. "Tapi lucu aja sama lu yang bisa nongol kesini karena dipaksa sama temen."

"Dia maksa banget."

"Mungkin karena dia tahu kalau lu nggak bisa nolak dengan tegas karena lu adalah orang yang selalu berusaha bikin orang senang."

Sera terdiam saja karena apa yang diucapkan JC adalah benar. Seharusnya dia bisa lebih tegas dalam menyampaikan penolakannya, tapi lagi-lagi harus kalah dengan Maia yang selalu memaksakan kehendaknya.

"Lu sendiri kenapa bisa nongol bareng sama temen lu tadi?" tanya Sera kemudian.

"Gue memang ada janji sama Daniel pas jam makan siang tadi dan dia bilang mau ketemuan sama orang trus minta temenin bentar," jawab JC langsung.

"Dan kenapa lu mau? I think lu bukan orang yang mau nemenin kayak gitu," balas Sera.

"Karena gue nggak punya urusan setelah sama dia dan nggak masalah kalau gue mampir ke area sini karena nggak pernah juga anyway," sahut JC santai.

Sera mengangguk dan tersentak saat satu tangan besar JC mendarat di pucuk kepalanya. Entah kenapa pria tinggi selalu senang jika menaruh tangannya di kepala atau bahu pada orang yang lebih pendek darinya. Tapi lucunya, Sera nggak tersinggung dan merasa senang mendapat sentuhan ringan dari JC.

"Lu ada acara sehabis ini?" tanya JC hangat.

Sera menggeleng.

"Jadi, mau pulang aja?" tanya JC lagi.

"Kayaknya sih gitu," jawab Sera apa adanya.

"Mau cari makan malam dulu sebelum pulang?" tanya JC kemudian.

Sera terdiam sambil melihat JC dengan ekspresi tertegun. Melihat respon Sera seperti itu, JC terlihat ragu dan segera mengoreksi ucapannya.

"Kalau nggak mau, ya nggak apa-apa, jangan dipaksain karena..."

"MAU! Gue mau! Nggak terpaksa kok, ini dengan senang hati!" sela Sera dengan antusias dan JC hanya tertawa keras melihatnya. 




🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹



Meski sibuk, JC adalah orang yang selalu meluangkan waktu untuk bertemu meski sekedar makan siang yang nggak lebih dari sejam. 😊

He's so kind and lovely.
I thank God for him. 💜

04.12.23 (20.40)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top