Part. 17 - Long Trip.
Happy Valentine's Day! 💜
Di hari kasih sayang ini, kita update yang manis2 aja.
Happy reading.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Sudah cukup lama Sera tidak mengambil cuti dan dia memutuskan untuk mengambil cuti selama satu bulan sampai tahun depan. Semuanya cukup kebingungan, bahkan pimpinannya pun harus bertanya beberapa kali tentang keseriusannya, dan Sera menjawab dengan anggukan sambil tersenyum.
Menyenangkan, pikir Sera. Sebab baru kali ini dia tidak perlu merasa terbeban atau bersalah saat mengambil cuti selama itu. Bukan karena kali ini dia memiliki agenda liburan tapi memang dia sudah berencana untuk mengambil cuti sebulan sejak lama dan baru kesampaian.
Agenda liburannya kali ini membuat Sera tidak sabaran untuk segera melakukannya karena selain dirinya dan JC, Edward dan Maia, juga teman lainnya akan ikut serta. Edward akan membawa teman baiknya, Dodo, juga adiknya, Erina, dan Maia akan membawa gebetan barunya yang bernama George.
Ini akan menjadi perjalanan darat yang menyenangkan sebab dua mobil akan berjalan konvoi dimana JC dan Edward yang akan membawa kendaraan.
"Lu nggak mau ikut gue? Lu bisa tidur di situ," tanya Edward untuk kesekian kalinya sambil menunjuk Camper Van miliknya.
Mobil yang selalu dibawa Edward untuk perjalanan jauh dengan medan jalur yang tidak mudah dilalui. Edward akan membawa mobil itu dengan Dodo dan Erina, sedangkan dirinya akan bersama JC dengan Maia dan George yang ikut serta.
"Gue ikut Josh lah, masa sama lu?" balas Sera dengan suara rendah yang hanya bisa didengar Edward.
Mereka sudah berada di pelataran parkir apartemen Sera karena itu adalah titik temu mereka sebelum melakukan perjalanan itu. Di jam lima subuh, mereka berkumpul untuk bisa segera berangkat karena perjalanan akan menempuh sekitar lima jam atau lebih.
Edward mengangguk dan segera menuju ke mobilnya sambil mengarahkan Dodo duduk di depan dan Erina duduk di kursi belakang.
"Ada masalah?" tanya JC yang membuat Sera segera menoleh padanya dan menggelengkan kepala.
"Ed cuma kuatir aku bakalan kecapekan jadi nawarin camper van-nya biar aku bisa lanjut tidur," jawab Sera kemudian.
"Ya udah, kamu ikut dia aja, aku nggak apa-apa kok," balas JC langsung dan menatap Sera serius.
"Nggak mau, aku maunya sama kamu," balas Sera tegas dan memeluk lengan JC sambil mendongak menatapnya. "Aku juga bisa tidur di mobil kamu kok."
JC menatap Sera dengan penuh penilaian, lalu mengangguk sambil mengarahkannya untuk duduk di kursi belakang bersama dengan Maia. JC duduk di bangku kemudi dengan George duduk di kursi sebelahnya supaya mereka bisa bergantian.
"Gila ya laki lu, gue makin lama makin demen liatnya," bisik Maia pelan agar tidak terdengar oleh dua pria yang sedang mengobrol di depan perihal perlengkapan yang akan dibawa.
Sera menoleh pada Maia dengan satu alis terangkat. "Maksudnya?"
"Lu gak cemburu cuma karena gue ngomong gini, kan? Yang bener aja, Ra," balas Maia sambil melotot dengan nada suara yang masih berbisik tapi terdengar gemas.
"Lu tuh suka ngaco. Kemaren masih ghibahin dia, sekarang tetibaan muji," sahut Sera ketus.
"Ih, bucin!" celetuk Maia sambil berdecak malas.
"Biarin, bucinnya sama cowok sendiri. Lu sendiri sama George gimana? Gue kirain lu bakalan kecantol sama temennya JC waktu itu," tanya Sera kemudian.
Maia terkekeh pelan. "Maksud lu Daniel? Ya elah, udah kemana tahu tuh orang."
Sera memutar bola mata sambil menggelengkan kepala. Tatapannya bersirobok dengan JC yang ternyata sudah mengawasinya dari spion. Pria itu mengangkat alisnya seolah bertanya dan Sera segera menggelengkan kepala sambil tersenyum.
"Dudududu, pake eye contact lewat spion," bisik Maia dengan suara mengejek.
"Berisik! Sirik banget sih lu," decak Sera pelan sambil melotot pada Maia. "Sana, lu ganjenin George aja. Nggak usah meratiin orang."
"Gue sama George cuma sekedar ngisi waktu luang, nggak lebih. Kebetulan kita sama-sama nggak ada acara, juga gue nggak minat buat pulang ke Bandung, jadinya ikut lu jalan aja," balas Maia santai.
Sera kembali menggelengkan kepala dengan Maia yang semakin ngaco saja. Baginya, mengobrol sejenak dengan George tadi memberi kesan yang lumayan meski tidak begitu mendapat garis besar tentang karakternya. George memiliki usaha percetakan yang cukup besar dengan klien perusahaan ternama yang sudah menjadi klien tetapnya.
"Kalau gue jadi lu, gue beneran bingung harus milih siapa loh," lanjut Maia yang semakin membuat Sera pusing kepala.
"Milih apaan sih?" balas Sera kemudian.
"Cowok lu punya kerjaan dengan posisi tertinggi plus usaha sendiri yang udah punya banyak cabang. Temen baek lu yang gue yakini pernah maen sama lu itu CEO dari usaha arsitekturnya dan jadi pewaris tunggal buat usaha batubara bapaknya dan sawit dari emaknya. Tapi gue pilih yang kedua sih yang udah pasti hidup lu terjamin enak," ucap Maia dengan nada suara yang hanya bisa didengar Sera.
"Berhenti untuk melihat cowok sebagai pabrik duit atau jaminan masa depan, Maia. Kita jadi cewek pun perlu punya financially independent skill. Gue sih ogah banget ngandelin laki yang suka tiba-tiba berubah atau nggak sayang lagi sama kita," balas Sera tegas.
"Tapi nggak semua laki kayak gitu, Ra. Yang gue liat kali ini, nggak kayak gitu," sahut Maia dengan ekspresi sungguh-sungguh.
"Karena saat ini, mereka penuh cinta. Momen saat ini adalah momen dimana kasih mula-mula itu sedang terjadi, cinta yang menggebu, penuh dengan perjuangan, juga kasih. Ini baru permulaan, jika sampai naik level ke dalam proses dan pertengahan, belum tentu keadaan akan sama. Semua yang terjadi dalam dunia ini rentan dengan perubahan," ujar Sera menjelaskan.
Maia tertegun dan menatap Sera tidak percaya. Sera pun tidak ingin terlalu banyak bersuara karena sepertinya sahabatnya itu akan sulit untuk mencerna maksud dari ucapannya, juga tampaknya JC terus memperhatikan mereka dari kaca spion seolah bertanya dan mencemaskannya.
Mencintai seseorang itu tidak mudah, apalagi saat memutuskan untuk memberi sebagian hati bagi seseorang. Bagi Sera, ada banyak tahap pemikiran dan kemungkinan dalam mendukung satu keputusan. Cinta pun tidak hanya satu, tapi ada berbagai jenis di muka bumi. Ada banyak variasi dan tergantung darimana bentuk hubungan yang dimiliki.
Memiliki ketulusan tanpa pamrih pun adalah hal yang terus dilatihnya sejak kecil oleh ibunya. Saat memberi tidak berharap kembali. Berilah seturut dengan kemampuan hati seiring dengan doa yang menyertai, maka hal baik akan kembali pada diri sendiri dengan membiarkan semesta yang bekerja dengan caranya.
Meski hal seperti itu akan rentan mendapat luka, airmata, dan rasa sakit, tapi ada pelajaran dan pengalaman yang tak ternilai dalam membentuk pribadi dan karakter Sera sampai hari ini. Hidup hanyalah sementara, lakukan yang terbaik hari demi hari sebab tidak ada yang tahu kapan berjumpa dengan kematian.
"Kamu mau sarapan apa?" tanya JC saat mereka berada di sebuah kafe yang ada di rest area setelah melakukan perjalanan selama hampir dua jam.
Mereka memutuskan untuk rehat sejenak dengan membeli sarapan dan toilet agar bisa melakukan perjalanan kembali nantinya.
"Wrap aja. Kamu?" balas Sera.
"Sama aja kalau gitu," sahut JC sambil tersenyum.
Sera mengangguk. Yang lainnya sudah berpencar untuk mencari sarapan yang diinginkan, juga ada yang pergi ke toilet, dan ada yang mencari kafe lain untuk membeli sarapan.
Saat JC sudah memesan sarapan mereka dan menunggu pesanannya, Edward datang sambil menyerahkan satu paper bag pada Sera dengan santai.
"Matcha Coffee Latte, pake almond milk, double shot espresso, super less ice, Grande size, plus Oatmeal Raisin Scone. Gue beli juga buat lu, Josh, don't worry," cetus Edward panjang lebar tentang apa yang diberikannya pada Sera.
"Oh, thanks," balas JC sambil mengangguk dan menatap Sera dengan satu alis terangkat.
"Kita juga ada pesenin Big Mac dan Apple Pie buat lu sama Erina," sahut Sera yang langsung disambut cengiran lebar oleh Edward karena itu adalah kesukaannya.
"No pickles and extra mustard?" tanya Edward sumringah dan langsung dibalas dengan anggukan kepala dari Sera.
"Thank you," ucap Edward sambil menoleh pada JC yang hanya diresponi dengan ekspresi biasa saja.
Pesanan mereka sudah selesai dan berbagi dengan yang lain, menikmati sejenak sarapan mereka di kafe itu dan bercengkerama dengan varian topik yang tidak menarik minat Sera untuk ikut lebih banyak karena sibuk menikmati wrap-nya.
"Are you okay?" tanya JC dengan suara berbisik.
Sera menoleh dan menatap JC dengan penuh penilaian. "I am. You?"
"Lumayan," balasnya singkat.
"Maaf ya," bisik Sera kemudian.
"Kenapa maaf?" tanya JC bingung.
"Jadi rame dalam liburan ini," jawab Sera karena merasa bersalah sudah mengajak teman-temannya yang tadinya berniat untuk sekedar basa basi tapi disambut dengan antusias oleh dua teman baiknya itu.
"It's fine. Justru jalan jauh kayak gini asiknya rame-rame. Kamu juga jadi ada momen serunya sama temen-temen kamu," ucap JC santai.
"Aku merasa kamu nggak nyaman," ujar Sera menjelaskan.
"Aku baik-baik aja," balas JC langsung. "Kalau lagi mau jalan-jalan, yah disetting hepi-hepi aja, mau ngapain ribet mikirin yang nggak-nggak? I'm totally fine, Baby."
Sera tersenyum lega dan menatap JC penuh arti. Tanpa sadar, dia spontan memeluk lengan JC tanpa mengalihkan tatapan sambil menikmati ekspresi datar JC yang menjadi kesukaannya dan menyadari betapa dia menyayangi pria itu saat ini.
Dan tanpa disadarinya, sedaritadi Edward mengawasi kedekatan mereka dari posisi duduknya dengan tatapan yang tidak teralihkan, menyaksikan ekspresi bahagia Sera yang tidak pernah dilihat sebelumnya.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Aku selalu berharap bagi kalian untuk mendapatkan cinta kasih yang tulus dan murni dari orang2 tersayang.
Bukan tentang apa yang harus, bukan juga tentang apa yang perlu, tapi tentang diri sendiri yang mampu mencintai dan mengasihi oranglain selain dirimu sendiri.
Terima kasih sudah menjadi salah satu orang baik yang ada di muka bumi ini.
I purple you. 💜
14.02.24 (23.00)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top