Part. 12 - Dating.

"Hai," sapa Sera sambil memasuki mobil dan JC segera berinisiatif untuk mengambil alih tas tangannya karena Sera membawa makanan di tangannya.

Di area apartemennya, terdapat sebuah kafe yang memiliki roti panggang tuna yang lezat dan Sera meminta JC menjemputnya disana untuk membeli sarapan bagi keduanya. Dua latte dan dua roti panggang tuna.

"Morning," balas JC saat Sera sudah berhasil duduk dan menutup pintu.

Mengoper satu latte pada JC dan menaruh lattenya pada cup holder yang ada sisi kirinya, Sera menoleh sambil tersenyum saat merasakan JC mendekatkan diri dan mendaratkan kecupan ringan di bibirnya.

Menatapnya sambil tetap tersenyum, Sera mencondongkan tubuh untuk memberi ciuman lebih lama di bibir JC yang disambut dengan hisapan keras dan sedikit gigitan di bibir bawahnya. Ciuman diakhiri dengan saling melempar kekehan geli dari keduanya.

"Kangen," ucap Sera senang.

JC mengangguk. "Sama."

"Kamu mau makan toast-nya sekarang?" tanya Sera sambil mengacungkan satu kantong kertas berwarna coklat ke arah JC yang mulai melajukan kemudi.

"Nanti lagi aja, aku belum buka puasa," jawabnya.

Salah satu hal yang dikagumi Sera dari JC adalah bagaimana pria itu menjaga kesehatan tubuh dengan menjaga pola makan dan tidurnya. JC terbiasa makan malam di jam tertentu dan baru akan membuka 'puasa' di jam sepuluh pagi di setiap harinya.

"Oke, kalau gitu, aku makan dulu," putus Sera sambil mengeluarkan satu roti panggang tuna miliknya, kemudian menaruh roti bagian JC ke kursi belakang.

Dalam perjalanan, mereka berbagi cerita tentang apa saja sambil menikmati kopi pagi. Terbiasa memulai aktifitas di pagi hari, JC mengajak Sera untuk menuju ke sebuah tempat yang asri dan sejuk di luar kota. Katanya, ada kafe bertema alam yang menyenangkan. Tentu saja, JC yang adalah pecinta alam tidak akan mengajak Sera bepergian ke pusat perbelanjaan atau tempat-tempat metropolis yang sarat dengan keramaian.

Sesama pecinta ketenangan, JC dan Sera menyukai kebersamaan mereka jika berhubungan dengan alam. Keduanya pun suka mengambil potret dari berbagai sudut yang dinilainya menarik.

"Kamu yakin nggak mau makan toast-nya?" tanya Sera saat navigator mengumumkan jika kurang dari sepuluh menit lagi, mereka akan tiba di tempat tujuan.

"It's fine, nanti sampe juga langsung makan. Toast-nya bisa buat nanti," balas JC santai.

Sera mengangguk mengerti dan kembali mengagumi perjalanan yang dilalui dengan banyaknya pohon-pohon yang rindang dan hijau, juga area dataran tinggi dengan jalur menanjak yang membuatnya sesekali meringis karena ngeri.

Setibanya disana, Sera memekik senang karena kafe bertema alam itu membuatnya terpukau. Sejuknya udara perbukitan, bersanding dengan pohon-pohon pinus, danau, sungai, hamparan rumput hijau, seolah membawa Sera menyatu dalam kebebasan.

"Suka?" tanya JC sambil menyeringai bangga karena bisa melihat Sera sesenang itu.

Sera menoleh sambil mengangguk dan menggenggam tangan JC. "Suka banget!"

"Let's go," ajak JC kemudian.

Saling bergenggaman tangan, keduanya berjalan menapaki jalanan berbatu dengan jalur menanjak untuk memasuki area kafe bertema alam itu. Konsep kafe yang cukup unik dimana tempat duduknya adalah saung-saung yang berada di beberapa titik dengan posisi berbukit. Pohon-pohon pinus yang menjulang tinggi, tanaman-tanaman liar yang merambat cantik di sepanjang sisi taman, juga suara kicauan burung-burung yang menyertai langkah menambah jumlah rasa senang yang dirasakan Sera.

"Bagus banget!" seru Sera entah keberapa kalinya di setiap kali mengagumi keindahan itu.

"Alam itu memang punya energi untuk memberi kelegaan. Kamu juga bisa dapetin pemulihan alami kalau lagi suntuk atau stress karena kerjaan. Kalau aku tua nanti, aku kepengen beli rumah di suburb dengan pemandangan alam kayak gini," ujar JC sambil terus mendampingi dan menuntun Sera dalam menaiki tangga berbatu yang cukup terjal, juga beberapa undakan menurun yang agak licin.

"Impian yang menarik," komentar Sera sambil mengangguk setuju.

"Mau duduk di saung yang mana?" tanya JC kemudian setelah mereka sudah cukup mengitari untuk melihat-lihat sekelilingnya.

"Di saung yang pojokan itu aja, deket jalur kecil buat kesana. Aku mau foto area itu!" tunjuk Sera ke saung yang diinginkannya dan JC langsung menyetujuinya.

Saungnya sederhana, terbuat dari bambu yang kokoh dan ada dudukan untuk mereka bersimpuh atau lesehan. Ukurannya cukup besar dan terlalu luas untuk hanya ditempati mereka berdua tapi keduanya cukup merasa nyaman.

"Kamu mau makan apa?" tanya JC setelah menerima buku menu dari salah satu pelayan kafe.

Sera melihat-lihat dan bertanya tentang rekomendasi menu dimana akhirnya dia memilih untuk mencoba salah satu menu favorit, sementara JC memesan yang lain, juga kudapan dan kopi bakar yang katanya adalah referensi utama mereka yang sering diperbincangkan orang-orang.

"Can I get some alone time?" tanya Sera sambil melebarkan cengiran.

"Sure," balas JC dan cengiran Sera semakin melebar.

Dengan antusias, Sera menghampiri JC untuk mencium pipinya cepat dan segera beranjak untuk mengitari area kafe itu sendirian. Dia menyukai apa yang dia lihat dan rasakan saat ini.

Langit yang teduh, tidak cerah juga tidak mendung, burung-burung yang berkicauan tapi tidak merusak ketenangan yang tercipta dari alam itu, pohon-pohon pinus yang menambah sensasi sejuk dan indahnya pemandangan, jalur menanjak dan berbatu, juga kolam ikan dengan suara gemericik air dari pancuran yang cukup menenangkan. Kesemuanya itu membuat perasaan Sera merasa jauh lebih baik.

Dengan alam, dirinya seolah menyatu dengan kebebasan, ketenangan, kesendirian, dan keindahan. Senyum terus menghiasi wajahnya, sorot mata kagum yang melihat sekeliling, dan sesekali memekik kegirangan layaknya anak kecil. Sera mengalami hari terindah hanya karena pemandangan indah yang jarang dia dapatkan.

Menarik napas dalam, kemudian mengembuskannya perlahan, lalu dilakukan berulang sebanyak beberapa kali, Sera memejamkan mata untuk merasakan ketenangan dan rasa damai yang terjalin dalam jiwanya. Dia bersyukur mendapatkan kesempatan untuk menikmati ketenangan semacam itu.

Menduduki satu batu besar, Sera beristirahat sejenak untuk melihat-lihat, kemudian mengarahkan kamera untuk mengambil beberapa potret yang dilihatnya menarik sebagai kenangan, kemudian membalas sapaan dari pelayan yang sedang membawakan pesanan ke saung yang lainnya.

Tidak terasa sudah cukup lama Sera berjalan sendirian dan akhirnya memutuskan untuk kembali ke saung. Di sana, dia bisa melihat JC tampak begitu serius dalam mengetik di ponsel dan di meja itu sudah tersedia pesanan mereka.

Tersenyum, Sera berjalan pelan untuk bisa memeluk JC dari belakang dengan posisinya yang masih berada di luar saung. Tersentak, JC menoleh dan tersenyum santai melihatnya.

"Udah?" tanya Jc.

"Udah," jawab Sera.

"Gimana jalan-jalannya?" tanya JC lagi.

"Bagus banget," jawab Sera semangat dan segera melepas sepatunya untuk masuk ke dalam saung dan memamerkan beberapa potret yang diambilnya pada JC.

Seperti biasanya, Sera akan menceritakan pengalamannya panjang lebar dan JC mendengarkan dalam diam lewat ekspresi yang biasa saja tapi cukup menyimak. Pesanan kopi bakar datang dan keduanya segera bersiap melihat sedikit atraksi yang dilakukan pelayan dengan menyajikan kopi bakar itu di meja mereka.

Kopi yang sudah dicampur air panas dimasukkan ke dalam kendi yang terbuat dari tanah liat, lalu dibakar tepat diatas tungku kecil yang sudah dinyalakan, kemudian membakarnya disitu selama beberapa kali adukan. Sera dan JC melihatnya, juga merekamnya sambil melebarkan senyuman.

Sera bertanya banyak hal tentang menu unik itu dan dijawab dengan sopan oleh pelayan yang menyajikan kopi bakar yang meski dibakar dengan satu kendi, tapi hanya menghasilkan segelas kopi hitam tanpa ampas disana.

"Aku cobain dulu?" tanya Sera dan JC mengangguk.

"Hati-hati, itu masih panas," ujar JC mengingatkan.

Dengan pelan, Sera mengambil gelas itu dan menyeruputnya. Meringis pelan, Sera menggelengkan kepala tanda dia menyerah. Kopi itu memiliki aroma yang khas, akan tetapi terlalu pahit dan cukup kuat. Sebagai penyuka kopi dan juga memiliki maag akut, Sera tidak sanggup untuk menikmati kopi semacam itu.

"Makan dulu," ujar JC dan menatapnya sesaat. "Mau cobain makanan aku dulu?"

Sera nyengir. "Boleh ya, cobain."

JC mengangguk dan Sera dengan senang hati mencoba makanan yang dipesan JC dan ternyata sangat lezat. Sempat menawarkan makanannya, Sera menggeleng dengan tetap pada makanannya sendiri.

"Aku suka banget dengan suasana alam ini, makasi ya udah ajakin aku ke tempat semenarik ini," ujar Sera dengan mulut penuh.

"Ada banyak hal yang bisa kamu dapat saat kamu menyatu dengan alam," ucap JC sambil menikmati makanannya.

"Nggak heran kalau kamu suka banget daki gunung ya," komentar Sera.

Selain lari, JC juga memiliki hobi untuk mendaki gunung. Beberapa gunung merapi di Indonesia sudah disambangi olehnya, juga dia menyukai pantai atau laut, dimana dia menyukai petualangan alam yang menantang.

"Aku suka alam," balas JC.

"Aku juga jadi suka karena kamu," sahut Sera.

"Syukurlah kalau ada hal baik yang bisa kamu ambil dari aku. Menyatu dengan alam itu bukan cuma hobi tapi semacam me time versi aku untuk refreshing. Aku nggak suka mall, jalan-jalan nggak jelas, apalagi cuma buat cari makan. Makan di pinggiran pun oke-oke aja selama itu nggak jorok," cerita JC lagi.

"Berarti aku mainnya kurang jauh ya karena me time-nya aku cuma ngetem di kamar sambil baca buku atau nonton drama," sahut Sera sambil terkekeh.

"Nggak gitu, karena semua orang punya caranya masing-masing buat recharge diri. Dan juga, kalau aku punya waktu lebih, aku akan luangin buat kamu. But when it comes to my refreshment, it means my priority so you need to understand," tukas JC dengan lugas.

"Siap, Bos," balas Sera cepat.

"Dan kalau aku tiba-tiba diem, mungkin kamu mikirnya aku bakalan ngilang, jadi nggak perlu dicari. Itu berarti aku lagi capek, lagi bete, atau apapun itu, tapi nanti juga baek sendiri dan nongol sendiri," ujar JC lagi.

"Heh? Tapi nggak gitu caranya ya. Apa bedanya kamu ghostingin aku? Kalau mau ngilang, info dulu biar akunya nggak kuatir."

"Ya kalau pake ngomong namanya bukan ngilang dong."

"Emangnya kamu niat buat ilang-ilangan gitu nantinya?"

JC terkekeh geli melihat ekspresi cemberut Sera. "Nggak gitu mikirnya. Karena kadang kalau udah kayak gitu, buat ngomong pun aku udah nggak niat. Tapi aku akan usahain buat sampein ke kamu, tapi nggak bisa janji takut kamunya nanti kecewa."

"Apa aku bisa bilang kalau kamu itu orangnya bosenan?" tanya Sera langsung.

JC mengangguk tanpa ragu. "Aku lebih seringnya memendam karena aku tahu kalau aku meledak itu nggak bakalan baik buat mental orang lain. Jadi, kalau aku masih diam, itu dalam kondisi aman."

Sera mengangguk pelan, tidak lagi bertanya. Meski terlihat santai dan sangat cuek, JC memiliki beban pikiran dan tanggung jawab yang tidak biasa. Meski begitu, JC mampu mengatasi dan mengolah pikiran serta emosi negatifnya dengan sangat baik, dan dengan cara seperti itulah dia menarik perhatian Sera.

Sudut pandangnya, pola pikirnya, bagaimana dia merespon dalam varian emosi, kini membuat Sera menyadari bahwa bukan tanpa alasan dirinya menyukai pria yang sedang asik menghabiskan Mi Godog-nya dengan tekun disana. Tanpa perlu melakukan apa-apa, dengan pria itu menjadi dirinya sendiri dan apa adanya, itu saja sudah lebih dari cukup.

Dan tentu saja, hal itu membuat Sera semakin mengagumi pria yang saat ini menoleh ke arahnya dengan kening berkerut dan ekspresi bertanya disana, lalu Sera hanya membalasnya dengan senyuman geli karena dia begitu menggemaskan. 




🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷



Dalam satu sesi, ada komunikasi yang menarik disampaikan oleh psikologku, yaitu hidup bukan tentang menang atau kalah, bukan juga tentang bersaing.

Jangan menilai hidup dari sudut pandang orang lain, tapi pahami diri dan menilainya dari kemampuan diri.
Cukupkan diri dengan apa yang kamu punya, jujur pada diri sendiri, perbanyak waktu untuk berbicara pada diri, jaga hati dari segala serangan orang yang memiliki kemungkinan untuk memanfaatkan, bersikap dan meresponi secukupnya.

Dan yang terpenting, luangkan waktu untuk diri sendiri dalam melakukan apapun yang kamu inginkan tanpa perlu merasa bersalah.
Give yourself time to heal. To rest.
Day time, you work almost 8 to 5 pm, family time for the rest of evening,
and in the night, it's your time to release, to endure, to rest, to sleep.

Sudahkah kamu meluangkan waktu untuk diri sendiri atau sekedar bersyukur untuk hari yang kamu punya hari ini?
Kalau belum, lakukan itu, atau ikut cara Sera untuk menikmati alam dan mengagumi karya Tuhan.
Ada ketulusan, ketenangan, kelegaan, dan senyum yang nggak berenti saat kita berada dalam indahnya semesta.

I purple you. 💜
23.01.24 (11.30)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top