Part. 11 - Happy to be with you.
"Eh, langitnya bagus banget! Pelanin mobilnya, aku mau foto!" seru Sera saat melihat gumpalan awan putih yang menghias langit biru di atas sana.
Seperti biasanya, JC menuruti permintaan Sera dengan menurunkan kecepatan agar wanita itu bisa mengambil potret langit dari berbagai sudut. Hanya tersenyum saja dan membiarkan Sera memotret sambil bercerita apa saja tentang kesukaannya pada langit.
Di satu hari dari hari-hari yang mereka jalani, mereka baru saja menyelesaikan makan siang dan JC akan segera mengantar Sera kembali ke kantor. Kebetulan, JC cukup senggang di hari itu yang tidak begitu banyak pekerjaan sehingga meluangkan waktu untuk mengajak Sera makan siang bersama.
"Langitnya bagus bangetttt! Lihat deh hasilnya," seru Sera girang sambil memperlihatkan hasil potretnya pada JC yang sedang mengemudi.
JC melihatnya sekilas dan mengangguk menyetujui. Sera menoleh dan memperhatikan JC dengan cengiran lebar.
"Sini, deketin mukanya, aku mau cium pipinya dulu," ujar Sera dan JC langsung melakukan apa yang diminta dengan mendekatkan pipinya dan kecupan Sera mendarat di pipinya.
"Makasi ya, Sayang," tambah Sera manja sambil menatap JC penuh arti.
JC tersenyum dan mengangguk. "Sama-sama."
"Aku tuh kangen banget loh sama kamu," ujar Sera kemudian.
"Sama," balas JC langsung.
"Kamu udah janji mau kasih peluk kalau ketemu tapi kamu nggak peluk aku," keluh Sera sambil menekuk cemberut.
"Ya mau peluk dimana? Emangnya mungkin peluk kamu di kedai bakso tadi?" tanya JC dengan kening berkerut.
Sera semakin menatapnya cemberut.
JC melirik dengan ekspresi yang masih sama seperti tadi. Bingung.
"Di mobil kalau mau peluk tuh susah," tambah JC meyakinkan Sera agar wanita itu tidak berburuk sangka.
Sedetik. Dua detik. Tiga detik. Lalu, Sera tertawa geli melihat ekspresi JC yang semakin bingung.
"Bercanda! Emangnya harus serius gitu? Aku godain kamu," ucap Sera sambil mengusap lembut tengkuk JC dan memijatnya pelan dimana JC langsung mendesah lega dan meregangkan otot leher sembari menikmati pijatan ringan yang sering dilakukan Sera padanya.
"Aku tuh ribet dan rese ya?" tanya Sera kemudian.
JC tidak menjawab, dia terlihat berpikir, lalu membuang tatapan ke arah lain sembari berkata, "Ya gitu deh."
"Jadi bener kalau aku ribet dan rese?" tanya Sera lagi.
"Uhm, ya gitu," jawab JC ragu.
Sera tertawa keras melihat ekspresi JC yang terlihat lucu sambil menggaruk kepalanya yang katanya sedang gatal itu.
"Serba salah yah jadi cowok?" tebak Sera geli. "It's okay. Aku kalau sampe ribet dan rese sama orang, itu tandanya aku sayang karena aku jadi diri sendiri. Anggap aja itu jadi salah satu love language versiku."
"Gitu ya?" celetuk JC langsung.
"Ih, gitu banget responnya," protes Sera sambil meninju lengan JC dengan pelan.
JC tidak memberi ekspresi yang berarti selain terdiam dan tampak fokus menyetir saja. Bagi Sera, jika JC bersikap seperti itu pertanda jika pria itu tidak tahu apa yang perlu dilakukan selain terdiam saja.
Lucu, pikir Sera. Jika orang awam akan berpikir respon seperti JC akan memberi kesan cuek seolah tidak peduli, tapi bagi Sera, dia merasakan jika JC sedang memutar otak untuk mencerna apa yang akan dilempar Sera padanya sehabis ini agar bisa mempersiapkan diri untuk memberi balasan.
Membayangkan hal seperti itu membuat Sera tersenyum seorang diri. Rasa senang selalu mengisi ruang hatinya di setiap kali bertemu dengan pria itu. Bukan karena JC adalah kekasihnya atau orang terdekatnya sekarang, bukan itu. Sewaktu masih menjadi teman pun, Sera tetap merasa senang, hanya saja kali ini, rasa senangnya meningkat dari sebelumnya.
Maia bilang jika Sera terlalu antusias dan begitu mencintai JC. Dia terus memperingatkan Sera agar tidak memberi hatinya terlalu jauh agar tidak disakiti lebih banyak dari sebelumnya. Bagi Sera, perasaan itu bisa dirasakan dan bisa dikendalikan. Saat dia memutuskan untuk merasakan, maka dia meyakini hal itu adalah hal yang baik dan perlu dilakukan saat ini. Tidak ada peringatan. Yang ada hanyalah rasa tenang dan damai saat memberikannya. Juga, Sera mendapat balasan yang sama dari JC.
Sama seperti yang JC katakan, nikmati saja saat ini. Saat dimana masing-masing saling mengasihi dan mencintai, untuk setiap momen kebersamaan yang menyenangkan ini. Tidak perlu berpikir berlebihan. Juga tidak terlalu dibawa perasaan. Karena seiring berjalannya waktu, segala sesuatu pasti berubah. Jika tidak berubah, maka ada yang salah. Seperti roda yang terus berputar, jika tidak berubah, maka tidak ada pergerakan, tidak ada kemajuan, tidak ada perubahan, dan tidak ada tujuan. Sesederhana itu.
"Aku akan sibuk banget minggu depan, jadi jaga diri dan pastikan kamu selalu hepi ya," ucap JC sambil membelokkan kemudi untuk memasuki area perkantoran Sera.
Sera mengangguk sambil melepas seatbelt dan mengubah posisi untuk sepenuhnya terarah pada JC. "Kamu juga, jangan kecapekan oke? Usahakan untuk nggak terlalu sibuk, juga nggak terlalu penuh otaknya."
"Aku seneng-seneng aja sih. Bisa dibilang aku enjoy dengan pekerjaanku, jadi nggak usah cemas. Aku bisa jaga diri," ujar JC sambil melirik pada Sera dengan seulas senyuman.
Sera bersingsut mendekat untuk memeluk lengan JC dan bersandar disana. "Aku juga bisa jaga diri. Yang aku nggak bisa jaga itu kalau lagi kangen sama kamu."
"Mulai lagi deh," celetuk JC yang membuat Sera spontan mendongak.
"Mulai apanya?" tanya Sera polos.
"Kamu tuh sering banget ngegodain aku," jawab JC jujur.
"Godain gimana?" tanya Sera lagi.
"Entah kamu itu serius atau cuma bercanda," jawab JC lagi.
"Aku serius loh soal kangen sama kamu," ujar Sera meyakinkan.
JC terdiam sambil melirik Sera dengan tatapan penuh penilaian, lalu mengangguk pelan meski eskpresinya tidak yakin. Hal itu membuat Sera kembali tertawa pelan dan memeluk lengan JC lebih erat dari sebelumnya.
"I love you!" seru Sera kemudian.
"Love you more," balas JC dan mobil pun berhenti tepat di depan lobby kantor Sera.
Sera melepas pelukan dan menatap JC sambil tersenyum sumringah, begitu juga sebaliknya. Masih merasa gemas, Sera kembali beringsut mendekat untuk mendaratkan kecupan di pipi JC, tertawa pelan, lalu melambaikan tangan untuk berpisah di hari itu.
Sebelumnya, Sera menjalani hubungan yang cukup rumit dan menyebalkan. Selain harus memberi kabar seperti laporan seharian di 24 jam, Sera harus terus bersama dengan orang yang menjadi pasangannya. Dengan JC, semuanya tidak begitu. Chat hanya yang penting, sesekali meluangkan waktu untuk sekedar bertanya kabar jika senggang, juga tidak mengharuskan untuk memberi laporan tentang sudah tiba di rumah atau kantor.
Dengan tidak terus memberi kabar atau meluangkan waktu untuk sekedar chat jika senggang bukanlah masalah tentang kadar cinta. Bagi Sera, selama dirinya bisa menjaga diri dan hatinya, maka itu adalah bukti cintanya pada JC. Dia memiliki komitmen pada diri sendiri untuk menjaga apa yang sedang dijalaninya dalam hati tanpa perlu diketahui JC atau orang lain, dan itu saja sudah sangat cukup.
JC pun tidak pernah mempertanyakan dirinya tentang hal sentimental seperti itu. Memiliki kesibukan yang sama, keduanya seolah memberi pengertian satu sama lain tentang waktu dan komunikasi. Tidak adanya komunikasi dalam satu hari tidak menjadi soal, tapi jika salah satu dari mereka mencari, mereka pasti akan meluangkan waktu untuk memberi perhatian sepenuhnya.
"Kayaknya lu udah mantep banget sama cowok lu," komentar Maia saat Sera sedang menikmati makan malam bersama di apartemen mereka akhir pekan ini.
"Biasa aja sih," balas Sera apa adanya.
"Nggak biasanya loh kayak gini. Lu juga nggak pernah cerita dan kayak yang nggak pernah baper atau galau gitu," ujar Maia.
"Emangnya harus banget gue baper dan galau?" tanya Sera heran. Terkadang, dia tidak habis pikir dengan pertanyaan atau komentar Maia padanya.
"Ya nggak sih, cuma nggak biasa aja," celetuk Maia yang membuat Sera spontan mendengus kasar.
"Lu tuh yah, aneh dikit! Temen lu kalau baik-baik aja harusnya bersyukur, bukannya malah heran dan nyumpahin orang!" desis Sera pedas.
Maia tergelak dan terlihat tidak tersinggung atau merasa bersalah dengan desisan Sera barusan.
"Call me weird karena nggak biasa liat lu santuy kayak gini. Kayak bukan lu gitu," cetus Maia.
Sera memutar bola mata dan kembali asik menikmati nasi ulam pemberian Maia sebagai menu makan malam mereka hari ini.
"Emangnya gue biasanya kayak gimana?" tanya Sera kemudian.
"Lu udah lama nggak sesantai ini dalam berhubungan sama lawan jenis. Biasanya, lu bakalan kesel, ngereog nggak jelas, atau nangis-nangis karena emosi. Tapi sekarang? Lu kayak yang lebih santai. Lebih tenang dan damai keliatannya," jawab Maia sambil mengunyah kerupuknya.
"Ya karena emang gitu. Gue sama JC nggak mikir aneh-aneh kayak orang-orang. Bisa dijalanin ya dijalanin. Lagi hepi ya udah nikmatin. Lagi nggak bisa bareng ya maklum karena kita punya kerjaan dan kesibukan masing-masing," ujar Sera lugas.
"Itu namanya sehat, kan? Katakan, kalian saling percaya."
"Umum gak, sih? Emangnya ada standarisasi tentang sehat dan nggak dalam hubungan?"
"Ada lah, Bego! Toxicity juga bisa berbalut healthy, udah bukan zmaannya udang dibalik bakwan, tapi racun berkedok kopi!"
Sera manggut-manggut sebagai respon Maia yang ada benarnya. Sejauh ini, dia tidak merasakan apa yang dinamakan toxic atau kesan tidak baik dari JC. Tidak tahu kalau nanti.
"Gue nggak punya ekspektasi apa-apa dalam hubungan ini, tapi bukan berarti nggak serius. Kami cuma enjoy dan atur urusan romansa ini jadi hal yang bikin hepi, bukan sensi," ujar Sera.
"Good to know that. Yang penting, hati-hati aja. Lu tuh kadang suka bego soal cinta-cintaan soalnya. Dan lu harus beruntung punya temen yang peduli sampe sekepo ini sama lu,"
Sera hanya mengulum senyum sambil menganggukkan kepala karena mengetahui jika Maia tidak berniat untuk mencibirnya atau mengganggunya dengan kalimat jahat. Dia hanya ingin memastikan jika dirinya baik-baik saja.
Saat makan malam hampir selesai, sebuah pesan singkat muncul dan itu dari JC. Senyum Sera langsung mengembang begitu saja jika pria itu memberikan pesan singkat yang hanya terdiri dari dua huruf, yaitu "hi".
Memahami kesibukan JC, juga menghargai setiap tindakan yang dilakukan JC dengan meluangkan waktu untuk bertanya kabar lewat pesan singkat membuat Sera bersyukur jika pria itu dalam keadaan baik-baik saja. Seperti saat ini, saat dimana pria itu baru saja mendarat di Jakarta dan mengatakan ingin bertemu besok setelah hampir lima hari JC pergi keluar kota.
"Rest well and see you, Baby," tulis Sera untuk mengakhiri sesi chat malam itu karena dia tahu jika JC membutuhkan waktu untuk berisitirahat.
Masih tersenyum, Sera memutuskan untuk segera membersihkan diri dengan menyikat gigi, membereskan ranjang, dan bersandar di kepala ranjang sambil melanjutkan drama kesukaannya yang hanya tinggal satu episode di kamarnya bersama dengan Maia.
Senyumnya tidak berhenti karena dia tahu jika besok akan bertemu dengan kesukaannya. Kesayangannya. Yang sampai saat ini masih tidak menyangka jika pria yang begitu dingin, terlihat acuh tak acuh, dan sangat lucu itu bisa membuatnya tertarik dan mengasihinya sepenuh hati.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Part ini dibantu tulis oleh Bp. Ian while aku lagi engap lanjutin revisian Noel bareng beliau. 🥴
Hi, Semuanya. 💜
19.01.24
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top