2. Demi cinta

Abyan bergegas masuk ke dalam ruangan kerjanya, setelah selesai menjemput Keenan dan mengantarkannya ke tempat bundanya bekerja. Di dalam ruangannya, Raka sedang menikmati secangkir espresso kesukaannya. Ia tersenyum menyambut kedatangan kakak sepupu jauhnya yang tampak sedikit berantakan. Baik di wajah, maupun penampilannya.

"Sudah lama menunggu?" tanya Abyan sembari menyampirkan jasnya di kursi.

Kemudian ia pun duduk di sofa, berseberangan dengan tempat Raka duduk.

"Almost thirty minutes," jawab Raka setelah melihat jam di pergelangan tangan kirinya.

"Sorry, macet tadi. Ini berkas - berkasnya?" tanya Abyan yang disambut anggukan kepala dari Raka.

"Lo baca baik - baik, Bang. Jangan sampai ada yang terlewatkan sedikit pun!" Peringat Raka.

Abyan mengangguk. Ia tampak fokus membaca lembar demi lembar kertas yang berisi tentang penemuan terbaru dari Raka. Kedua matanya terbelalak ketika mendapati nama Doni Julian terpampang di salah satu lembar kertas itu. Tubuh Abyan pun tiba - tiba menegang ketika mengetahui bahwa pemilik saham yang telah meminjamkan dana terbesar di perusahaannya itu, adalah Doni. Di sana tertulis bahwa Doni memiliki 50% saham di perusahaan besar itu.

"Nggak mungkin! Lo sudah mengecek semuanya?" tanya Abyan.

"Sudah, Bang," sahut Raka, "Gue dan Kevin bisa pastikan, kalau informasi itu benar dan terpercaya." Pungkas Raka yang membuat Abyan terkejut.

"Nggak mungkin, Ka. Gue nggak mungkin seceroboh itu. Bukan dia yang memiliki saham itu," protes Abyan.

"It's real, Bang. Nama Doni memang tidak tercatat di sana, semua sudah terencana, Bang. Kalau pun Lo tanya, siapa Doni di perusahaan itu, mereka nggak akan ada yang mengenalnya. Para pimpinan di perusahaan itu sudah tunduk kepada Doni." Jelas Raka yang membuat Abyan merasa kehilangan energinya.

Tangan kanan Abyan menarik dasi yang melingkar di lehernya. Ia mengendurkan dasi itu dengan perlahan.

"Lo harus segera mengembalikan pinjaman itu secepatnya, Bang, sebelum jatuh tempo. Atau, perusahaan Lo akan di - merger dengan perusahaan Doni," peringat Raka, "dan kalau sampai itu terjadi, Doni akan dengan mudah menguasai perusahaan Lo." Tambah Raka.

"Tiga puluh persen, Ka. Lo tahu berapa jumlahnya? Gue nggak mungkin bisa mendapatkan dana sebesar itu dalam waktu dua bulan." Keluh Abyan.

"Kurang dari sepuluh persen saham yang tertanam saja sudah bisa membuat perubahan, Bang. Dia bisa menciptakan tekanan dan sebuah kampanye kecil di perusahaan ini. Lo bisa bayangkan, apa yang akan terjadi jika tiga puluh persen saham itu benar - benar tertanam?" ucap Raka mengingatkan.

Abyan terdiam. Ia berpura - pura melanjutkan membaca berkas - berkas yang Raka berikan.

"Lo akan kesulitan untuk bisa full take over (1) perusahaan ini menjadi milik Lo lagi, Bang." Tandas Raka yang membuat Abyan memijat pelipisnya.

"Gue nggak akan pernah membiarkan perusahaan ini jatuh ke tangan Doni. Nggak akan ada merger (2) atau pun akuisisi (3) di Ally Inc." Geram Abyan.

"Sebelum itu terjadi, Lo harus bisa mendapatkan pemasok dana untuk pengembalikan peminjaman itu. Dan jika perlu, Lo harus merger dengan perusahaan itu. Merger untuk diversifikasi (4) , meningkatkan dana, serta melindungi diri dari pengambilalihan.

Gue yakin, para pemilik saham akan setuju dengan ini. Mereka sudah mengetahui kredibilitas Lo, Bang. Dan hanya Doni, salah satu pemilik saham terbaru di Ally Inc." Saran Raka.

Abyan menghela nafasnya. Kepalanya tersandar di kepala sofa sembari kedua matanya terpejam. Kepalanya serasa akan meledak hari ini.

"Cari tahu apa yang sedang Reihan lakukan dengan Keiza di belakang gue!" pinta Abyan.

"What?" seru Raka terkejut.

"Lo pasti mendengar apa yang gue katakan. Gue nggak mau Keiza ikut campur dengan urusan gue kali ini," pungkas Abyan sembari menatap Raka dengan tatapan tajamnya.

Raka pun mengangguk pasrah. Ia menelan salivanya dengan susah payah. Dan inilah yang Raka benci, masalah bisnis dan keluarga.

---

Keiza menatap Keenan yang sedang tertidur pulas di sofa bed ruangan kerjanya. Ia menghela nafasnya dengan perlahan. Otaknya sedang bekerja keras memikirkan hal - hal buruk yang akan terjadi di kedepannya nanti. Jika dirinya tetap melangkah untuk membantu suaminya, Abyan. Ia pun teringat dengan perkataan Reihan tempo hari.

"Jadi, ini semua karena ulah Doni?" tanya Keiza setelah membaca beberapa lembar kertas yang Reihan berikan.

Reihan mengangguk, "Iya, Kak. Dari sudut pandang Reihan, Doni sengaja melakukan ini. Dia menginginkan Kak Keiza dengan cara menghancurkan Bang Byan. Doni bukan orang sembarangan, Kak. Dan Reihan minta, Kakak jangan gegabah!" Peringat Reihan.

"Apa Bang Byan sudah mengetahui hal ini?" tanya Keiza yang disambut anggukan kepala dari Reihan.

"Bang Byan sudah mengetahuinya lebih dahulu,"

"Dari mana kamu tahu?"

"Bang Raka,"

"Apa?"

"Reihan nggak bisa kalau harus melawan Bang Raka, Kak. Dia atasan Reihan di kantor, dan Kakak nggak tahu bagaimana kinerja Bang Raka selama ini.

Saran Reihan, Kakak lebih baik menceritakan semuanya kepada Bang Byan. Sebelum sesuatu yang buruk terjadi." Ucap Reihan memberi nasihat.

Keiza beranjak dari tempat duduknya saat perutnya kembali terasa teraduk - aduk. Ia segera menuju kamar mandi untuk memuntahkan sesuatu yang sudah tak tertahankan lagi dari dalam perutnya. Semua makanan yang sempat di makannya tadi siang bersama suami dan anaknya terpaksa keluar kembali. Kehamilannya kali ini sangat berbeda dengan masa kehamilan Keenan. Hingga detik ini, Keiza terkadang masih mengalami morning sickness. Walau intensitasnya tak bisa diprediksi. Terlebih jika kondisinya sedang tidak stabil.

Kedua tangannya menghapus buliran air mata yang sempat menetes setelah memuntahkan semua isi perutnya. Ia menatap wajahnya yang pucat dari balik cermin di kamar mandi. Lantas ia segera membasuh wajahnya agar terlihat segar kembali.

Tangan kanannya mengusap punggung Keenan yang sedang menggeliat. Sedangkan tangan kirinya memegang smartphone yang di dekatkan di telinga kirinya. Keiza tampak fokus mendengarkan apa yang sedang diucapkan oleh seseorang dari seberang.

"Saya sudah membuat janji dengan pemilik saham PT. Dewata Jaya sore ini, di Resto Sheraton Hotel jam tiga sore nanti," cerita Pak Budi, seseorang yang dipercaya menjadi direktur untuk menjalankan perusahaan milik keluarga Wilson, keluarga dari ibunda Keiza.

"Baik, saya akan datang ke sana. Apakah Bapak yakin jika Pak Doni sendiri yang akan menemui saya nanti?" tanya Keiza.

"Iya, Bu. Menurut informasi begitu,"

"Baiklah. Tolong Bapak siapkan berkas - berkasnya sekarang. Jangan lupa dengan surat perjanjian pelunasan peminjaman. Segera kirim ke saya secepatnya,"

"Baik Ibu Keiza, saya akan menyiapkan semuanya,"

"Terima kasih Pak Budi,"

"Sama - sama Ibu,"

Keiza melirik jam tangannya, pukul dua siang. Satu jam lagi dirinya akan bertemu dengan Doni. Ia berharap, jika semuanya berjalan sesuai dengan rencananya. Berharap Doni bisa menyetujui pengembalian pinjaman dana yang akan dilakukan olehnya, sebagai perwakilan dari Abyan. Keiza mengecup kening Keenan dengan penuh sayang. Mencoba mencari ketenangan dengan berada di dekat Keenan.

---

Keiza berjalan santai sembari menggandeng Keenan di samping kanannya. Keenan memperhatikan orang - orang yang sedang berlalu lalang di salah satu hotel berbintang itu. Sesekali ia menatap orang yang memberikannya senyuman. Tangan kanannya masih memegang erat mainan rubik kesayangannya.

"Bunda, nanti pulangnya beli es krim ya," pinta Keenan kepada Bunda ketika berada di lift.

"Iya, Abang. Bunda akan membelikan es krim, tapi Abang nggak boleh rewel nanti," ujar Keiza sembari mengusap rambut Keenan.

"Keenan nggak rewel ko," sahut Keenan, "nanti beli es krim yang dapat hadiah DVD itu ya, Bunda." Sambung Keenan.

"Iya, Sayang," ucap Keiza lembut yang dibalas senyum manis dari Keenan.

Kedua mata Keiza menyapu seluruh penjuru restoran yang tampak sedikit ramai. Tatapan matanya menajam ketika melihat seseorang yang sedang dicarinya, Doni. Ia pun kembali menggandeng Keenan untuk menghampiri Doni.

"Apa kabar, Kei?" sapa Doni sembari mengulurkan tangannya, "kamu semakin cantik saja," lanjutnya memuji.

Keiza menjabat tangan Doni dengan terpaksa. Hanya sentuhan sepersekian detik yang dilakukan oleh Keiza.

"Hei, siapa ini?" sapa Doni ketika mengulurkan tangannya kepada Keenan.

Keenan memundurkan langkahnya sembari menatap Doni yang tampak asing baginya. Ia memperhatikan penampilan Doni dari ujung rambut hingga ujung kaki.

"Dia nggak terbiasa dengan orang asing," ucap Keiza ketika Keenan menggenggam tangannya dengan erat.

Doni mengangguk, lantas ia mempersilahkan Keiza untuk duduk. Keiza menarik salah satu kursi di sebelahnya. Agar tempat kursi itu tak terlalu jauh darinya. Keenan pun tak mau duduk di kursi yang tersedia.

"Keenan duduk sini ya," ucap Keiza yang dibalas anggukan dari Keenan.

Keenan pun duduk. Doni tersenyum memandang Keenan yang tampak lucu di hadapannya itu.

"Bisa kita mulai?" pinta Keiza setelah memberikan sebungkus snack gandum berukuran kecil kepada Keenan.

"Slow down, Kei. Bisakah kita mengobrol terlebih dahulu? Ini adalah hari yang sangat membahagiakan untukku, kamu tahu itu?" tutur Doni.

"Aku pesankan minuman dulu ya," tambah Doni yang membuat Keiza semakin kesal.

"Terima kasih, tapi saya tidak haus," tolak Keiza.

"Keenan mau es krim?" tanya Doni kepada Keenan yang sedang mengunyah snack - nya.

Keenan menatap Doni lekat - lekat. Lantas menatap Bundanya. Keenan pun segera menggelengkan kepalanya. Tatapan Keiza yang lembut membuat Keenan ingat apa yang harus dilakukannya saat bertemu dengan orang asing. Doni terkekeh.

"Anak kamu lucu, Kei. Mirip banget kayak Abyan," puji Doni yang bernada mengejek Abyan.

"Karena dia adalah anak Abyan,"

"Kalau kita menikah, sudah pasti dia anakku,"

Keiza terdiam. Ia kembali menatap Keenan yang sedang mengunyah cemilannya sembari memainkan rubiknya. Keenan seakan tak peduli dengan apa yang sedang dibicarakan oleh bundanya dan juga temannya. Rubik sudah menghipnotis Keenan untuk masuk ke dalam dunianya sendiri.

"Baiklah, sepertinya kamu sudah terburu - buru untuk segera pulang. Atau kamu takut jika suamimu mengetahui pertemuan ini?" tebak Doni.

"Ini berkas - berkasnya," ucap Keiza menyodorkan sebuah map kepada Doni.

"Aku tidak menyangka jika kamu memiliki warisan saham sebesar itu,"

"Jangan berbasa - basi, cepat tanda tangani surat perjanjian itu!"

"Kamu pikir semudah itu aku akan menandatangani surat itu? Come on, Kei. Kamu tahu bukan, ke toilet saja sekarang nggak gratis. Iya kan, Keenan?"

Keenan menoleh ke arah Doni. Ia menatap Doni dengan tatapan polos, khas anak - anak yang tidak mengetahui apapun.

"Keenan nggak pernah bayar ko kalau ke toilet. Iya kan, Bunda?" sahut Keenan yang membuat Keiza menahan tawanya.

"Iya, Sayang," jawab Keiza.

"Dan nggak berlaku untukku," timpal Doni.

Keiza menghela nafasnya. Ia tahu jika semua ini tidak akan mudah sesuai dengan apa yang di harapankannya.

"Bunda, Abang haus," rengek Keenan.

Keiza memberikan sebotol kecil air mineral kepada Keenan. Namun Keenan menolaknya dengan menggelengkan kepalanya.

"Abang ingat tak, dengan janji Abang tadi?" ujar Keiza yang disambut anggukan kepala dari Keenan.

"Keenan mau ini?" tanya Doni sembari menyodorkan segelas orange juice kepada Keenan.

Keenan mengangguk. Ia menatap Keiza dengan takut. Keiza pun terpaksa mengambil gelas itu dan menberikannya kepada Keenan. Namun gelas itu tumpah mengotori pakaian Keiza. Karena tangan mungil Keenan belum siap menerima gelas itu.

"Maaf, Bunda," ucap Keenan yang membuat Keiza menghela nafas.

"Nggak kenapa - kenapa, Sayang. Kan masih bisa dicuci nanti. Abang minum ini dulu ya," tutur Keiza sembari memberikan sebotol kecil air mineral yang sudah dibukanya.

Keenan menerima botol kecil itu. Ia pun meminumnya. Dan Keiza membersihkan pakaiannya dengan tisu. Membuat Doni sedikit terusik.

"Sepertinya kamu harus mengganti baju kamu, Kei," saran Doni.

"Apa kamu merencanakan semua ini?" tanya Keiza.

"Aku tidak merencanakan apapun, Kei. Kamu bisa mengganti pakaianmu itu, jika kamu mau. Setelah itu kita bisa melanjutkan pembahasan berat ini. Bagaimana?" tawar Doni.

"But, you did!" Geram Keiza sembari memberi tatapan tajamnya pada Doni.

"Om, punya baju baru buat Bunda?" Sela Keenan.

"Iya, kalau Bunda Keenan mau," ucap Doni.

"Bunda mau ya, nanti semutnya pada kumpul di baju Bunda. Kotor itu," ucap Keenan.

"Ayo!" Ajak Doni yang sudah membereskan berkas - berkasnya di atas meja.

Doni memesankan sebuah kamar untuk mengganti baju Keiza. Ia juga meminta bantuan pihak hotel, membelikan baju ganti untuk Keiza. Langkah Keiza terhenti. Membuat Keenan menatap bundanya dengan lekat.

"Apa kamu akan menjebakku lagi?" tandas Keiza.

"Oh my God! Bisakah kamu berhenti berfikiran buruk kepadaku, Kei? Aku cuma ingin membantumu, that's it. Aku nggak mungkin menyakiti wanita cantik seperti kamu, terlebih kamu sedang hamil. Lagi pula ada Keenan di sini," jelas Doni yang belum bisa meyakinkan Keiza.

"Ayo, masuk! Kita bisa melanjutkan obrolan kita tadi sembari menunggu baju pesanan kamu datang,"

Keiza tampak berfikir. Ia pun akhirnya menurut untuk masuk ke dalam kamar.

"Jangan tutup pintunya!" Peringat Keiza.

"Oke!" Balas Doni kesal.

Keiza mengganti bajunya dengan bathrobe sepanjang lutut untuk sementara waktu. Karena Keenan sedari tadi rewel meminta Keiza untuk mengganti bajunya. Keenan merasa bersalah karena telah mengotori pakaian bundanya.

Suara ketukan pintu terdengar ketika Keiza baru saja keluar dari kamar mandi. Keiza menatap kamar yang kosong. Tubuhnya menegang ketika Keenan berteriak memanggilnya.

"Bunda, Ayah sudah menjemput," teriak Keenan.

Keiza segera keluar. Ia terdiam membeku, menatap suaminya yang sedang menggendong Keenan di depan pintu kamar. Abyan menatap Keiza dengan tatapan tajam. Terlebih dengan bathrobe yang membalut tubuh Keiza saat ini. Membuat Keiza tak bisa berkutik sedikit pun. Kedua mata Keiza merebak, ketika menatap sorot mata penuh amarah dari suaminya, Abyan.

Sedangkan Doni, berdiri tegap di depan Abyan. Lantas menatap Keiza yang berada di sampingnya dengan iba. Bagaimana pun ia tak ingin melihat Keiza terluka olehnya. Tapi semua memang harus terjadi.

"Bunda masih ada urusan dengan temannya. Keenan pulang bareng Ayah saja, ya!" Ajak Abyan.

Keiza menggeleng - gelengkan kepalanya. Pandangannya mulai mengabur karena air bening yang sudah berkumpul di kedua pelupuk matanya.

"Keenan pulang dulu ya, Bunda," pamit Keenan sembari melambaikan tangan kepada Keiza.

Lidah Keiza menjadi kelu. Ia segera mengejar Abyan yang berjalan sangat cepat menggendong Keenan. Keenan yang melihatnya berteriak, meminta ayahnya untuk berhenti. Namun Abyan menulikan pendengarannya. Hingga suara tangis Keenan menggema di dalam lift.

"Keenan," gumam Keiza diiringi air matanya yang menetes.

Tbc.

***

1. Full take over, pengambil alihan penuh.

2. Merger, adalah penggabungan dua perusahaan menjadi satu, dimana perusahaan yang me-merger, mengambil / membeli semua asset dan liabilities perusahaan yang di-merger, dengan begitu perusahaan yang me-merger memiliki paling tidak 50% saham dan perusahaan yang di-merger berhenti beroperasi dan pemegang sahamnya menerima sejumlah uang tunai atau saham di perusahaan yang baru.

3. Akuisisi, adalah pengambil-alihan (takeover) sebuah perusahaan dengan membeli saham atau aset perusahaan tersebut, perusahaan yang dibeli tetap ada.

4. Diversifikasi, adalah kata lain dari pertumbuhan.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top